ALKALIYA || PART 40

576 37 2
                                    

Spam next and vote ❤️
🌼🌼🌼

Alka dan teman-temannya membawa rombongan polisi dan juga TNI Al untuk mencari Aliya di tengah pulau terpencil yang ada di pantai yang sempat mereka datangi. Mama, Papa Aliya serta kedua orang tuanya turut ikut serta dengan kapal rombongan polisi. Sedangkan Alka dan teman-temannya ikut dengan kapal milik TNI Al.

Mereka menyusuri luasnya lautan demi menyelamatkan Aliya. Lima jam pencatatan namun mereka tak menemukan pulau disekitar sana, hingga pada akhirnya salah satu TNI mendapatkan sinyal tentang keberadaan pulau itu.

Semangat mereka kembali bangkit, kembali menyusui luasnya lautan dan ganasnya ombak untuk sampai di pulau itu.

Tempat lainnya....

"Dengan cara Lo bunuh gue, itu gak bakal bisa menjamin Lo bakal bisa dapetin Alka!!" Lirih Aliya menatap Siska dengan tatapan tajamnya.

Siska tertawa sumbang, dirinya menatap Aliya seperti menatap sampah. Ia kemudian meludah dan menampar pipi Aliya sekuatnya. Bunyi tamparan menggema di ruangan kecil mirip gubuk itu. Aliya meringis merasakan sudut bibirnya pecah.

"Kalo gue gak bisa dapetin Alka, maka siapapun gak berhak buat dapetin dia!!" Teriak Siska lantang.

Aliya terkekeh kecil dengan sisa tenaganya, ia menatap Siska remeh. Ternyata dalang di balik semua teror itu Siska, dan semua itu hanya buah dari Siska yang terobsesi dengan Alka dan berniat memilikinya.

"Gue bakal pastiin Lo mendekam di penjara karena kelakuan Lo, Bitch!!" Desis Aliya tak gentar. Walau diujung kematian pun ia tak akan pernah takut dengan manusia modelan Siska seperti ini.

"LO ITU ANJING!! LO PENYEBAB GUE GAK BISA BARENG SAMA ALKA, ALIYA!!!"

Brak

Siska melemparkan pistolnya hingga hancur ke lantai yang terbuat dari kayu menimbulkan suara yang cukup nyaring.

"GUE PASTIIN LO BAKAL MATI DETIK INI JUGA!!"

Siska mengambil pisau lipatnya dan kembali menyayat lengan Aliya. Aliya hanya bisa pasrah, kedua tangannya terikat kebelakang kursi. Dia tak bisa melawan, tenaganya berkurang seiring banyaknya darah yang keluar dari tubuhnya.

"Aliya!"

"Aliya, Lo dimana?"

"Aliya!"

Siska terdiam, nafasnya tercekat tubuhnya mendalam menjadi kaku. Itu, suara Alka bukan? Ia tak pernah salah, itu memang benar suara Alka dan teman-temannya.

Aliya tersenyum kecil, ternyata Tuhan masih sayang kepadanya. Kesempatan dirinya untuk bertahan hidup masih ada. Aliya berteriak sekeras-kerasnya, berharap Alka dan yang lainnya bisa mendengar suaranya.

Siska kalut, saat mendengar suara helikopter yang sepertinya mendarat di pulau ini. Rencananya gagal untuk menghabisi nyawa Aliya di pulau ini, ia harus segera melarikan diri sebelum tertangkap polisi.

"Gue bakal kembali buat nyingkirin lo, Aliya!!" Gumam Siska yang berjalan keluar gubuk meninggalkan Aliya.

Dua orang bertubuh gempal berlari menghampiri Siska dengan dua gerijen membuat Siska bertanya-tanya.

"Kita bakar gubuknya aja bos, jangan sampe dia ketemu polisi dan masukin kita semua ke penjara." Tutur salah satu antara mereka.

Senyum Siska merekah, ia kemudian menyuruh dua orang itu untuk menyiramkan gerijen berisi bensin itu di sekitar gubuk tua. Bau bensin menyengat di indera penciuman Siska, namun tak membuat cewek itu menghilangkan senyum devilnya.

Ctak

Siska memantik api dari korek yang dibawanya, menunggu dua orang suruhannya selesai dan tinggal melempar korek itu ke gubuk tua, dan boam.

"Selamat tinggal, Aliya!!" Kata terakhir yang diucapkan Siska sebelum akhirnya melempar korek itu kearah gubuk, dan dalam hitungan detik gubuk itu terbakar dengan asap yang membumbung tinggi.

"Ayo bos kita lari, kapal sudah menunggu." Ujar orang suruhan Siska dan langsung membawa Siska pergi dari sana.

Aliya mencoba melepaskan ikatan tali di lengannya, dadanya sesak karena menghirup asap dari kayu yang terbakar. Matanya perih dan tubuhnya lemas.

"Gue gak boleh lemah, gue gak boleh mati disini!" Ujar Aliya menyemangati dirinya sendiri.

"Uhuk, uhuk."

Aliya terbatuk-batuk, pandangannya memburam akibat asap yang semakin tebal. Dirinya pasrah jika harus mati terpanggang didalam gubuk tua yang terbuat dari kayu ini.

"Alka, tolongin Liya." Lirih Aliya putus asa. Kemungkinan dirinya selamat sangatlah sedikit, namun sepercik harapan datang saat Aliya melihat pisau lipat milik Siska yang tergeletak tak jauh dari dirinya.

Aliya menggerakkan kursi mencoba meraih pisau itu, namun gagal. Tak ingin menyerah, Aliya menggulingkan kursi yang didudukinya hingga terjatuh membuatnya lebih mudah untuk menggapai pisau itu.

"Akh!" Ringisan kecil keluar dari bibir Aliya saat tangannya tergores pisau lipat itu. Tak menyerah, Aliya menggerakkan tangannya untuk membuka ikatan tali itu dengan pisau lipat.

Berhasil.

Aliya bernafas lega saat tangannya terbebas dari ikatan tali itu. Lanjut membuka ikatan tali di kaki dan perutnya, Siska benar-benar ingin membunuhnya. Setelah semuanya terlepas, Aliya mencari cara agar bisa keluar dari gubuk yang terbakar itu. Nihil, asap mengepul tinggi menghalangi pandangannya.

Aliya merobek gaun panjang yang dikenakannya, kemudian ia gunakan untuk menutup hidungnya agar tak banyak menghirup asap. Ia menajamkan penglihatannya, senyumnya kembali mengembang saat menemukan celah dari pintu gubuk tua itu.

Tuhan sepertinya tak menginginkan hari ini, semuanya berpihak kepada Aliya. Aliya berlari keluar menerobos asap dan panasnya api dengan memeluk tubuhnya sendiri. Sampai di ujung pintu, Aliya memilih melompat dan mendarat di pasir pantai.

Aliya menghembuskan nafasnya lega, terbebas dari gubuk yang terbakar itu membuat harapan Aliya untuk bertahan itu semakin bertambah. Ia menatap sekeliling, ini pulau. Siska membawanya ke pulau terpencil yang entah berantah.

Aliya tersenyum kecut saat tak mendengar suara Alka, suara itu hilang digantikan sunyi dan suara kobaran api di hadapannya. Tak ingin berlama-lama di sana, akhirnya Aliya memutuskan berlari tanpa arah yang jelas.

Ia hanya mengikuti insting nya agar bisa keluar dari pulau itu. Sepertinya keberuntungan selalu berpihak kepadanya, ia melihat sebuah kapal yang terletak tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia pun segera berlari dan naik ke atas kapal itu.

"Sial!" Maki nya saat tahu kapal yang di tumpangi nya adalah kapal milik Siska. Aliya bersembunyi dibalik peti-peti buah kosong. Didepan sana ada Siska yang sedang tertawa puas sembari menatap kearah pulau yang terlihat mengeluarkan asap hitam pekat.

"Lihat pembalasan gue, Siska!" Gumam Aliya lirih yang tak bisa didengar siapapun kecuali dirinya sendiri.

🌼🌼🌼

Bersambung....

Yuhuu, Alkaliya up lagi

Alka sama Aliya juga punya akun Instagram loo, yuk buruan cek

@alkana.davasptian
@aliya_anandhita

Jangan lupa spam next and vote

Babayy

Ika Putri, 13 Maret 2022

ALKALIYA [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang