FANA 04

45.9K 4K 42
                                        

Keesokan harinya tepat hari minggu dimana waktu Ana libur tinggal hitungan jam. Ia gak mau membuang waktu libur berharganya. Syukurlah sekarang ini ia sudah merasa enakan, entah mengapa badan sangat kebal.

Dokter memperboleh Ana pulang dengan syarat yaitu menjaga pola makannya dan jangan makan sembarangan. Ana hanya mengiyakannya, toh kalau dia sakit juga palingan hanya hitungan hari atau hitung jam saja.

Bunda membereskan semua pakaian milik Ana, sedangkan Ana sibuk bermain hp sambil mengasih kabar kepada temannya bahwa dia akan pulang dari rumah sakit.

Teman-temannya kaget mengetahui kabar itu, sejak kapan Ana dirawat? bahkan Ana tidak mengabarinya. Ia mengabari sangat ingin pulang.

Bunda melirik Ana sekilas ada yang ingin ia sampaikan kepada anaknya, "Ana, kamu udah bener-bener sehat kan?" tanyanya menyakinkan.

Ayahnya hanya melirik ke istri dan anaknya sekilas lalu kembali sibuk dengan hpnya. Sibuk urusan kerja.

"Iya Bun, udah yuk pulang Ana gak betah banget" rengeknya seperti anak kecil.

"Iya sabar, ini tanggung dikit lagi selesai, kamu bukannya bantuin malah sibuk main hp kaya Ayah" sindiran keras untuk Ahmad.

"Aku main hp karna kerjaan loh Bun, cari duit buat nambah beban satu lagi"

Ana terkejut dengan ucapan Ayahnya barusan.
lalu turun dari ranjangnya dan menghampiri Ayahnya mengasih unjuk sebuah foto anak kecil perempuan yang lucu.

"Ayah mau bikin adek buat Ana kan? yang ini aja Yah lucuuu, usahain cewe ya Yah soalnya biar Ana bisa dandanin adek Ana nanti. Pasti lucuuuuu" gemasnya sambil memandang foto anak kecil yang ada di hpnya.

Bunda melotot tak percaya, bisa-bisanya Anaknya meminta langsung ke Ayahnya sedangkan nanti yang mengandung Bundanya.

"Ana, kamu kira bikin anak tinggal dilukis?!"

"Gapapa Bun lumayan nambah beban keluarga satu lagi, kasian Ana sendiri. Jadi mau bikin kapan Bun?" goda Ahmad kepada Nur dengan wajah yang sedikit menggoda.

Bunda yang melihatnya pun langsung saja melempari pakaian yang barusan dilipat ke wajah suaminya. Bisa-bisanya ia ngomong seperti itu di depan anaknya sendiri, apa gak malu.

•••

Sesampainya mereka rumah Bunda menyuruh Ana untuk mandi membersihkan dirinya. Karna saat dirumah sakit ia tidak mandi sama sekali.

Semua berada dikamar masing-masing, hingga waktu ingin menjelang siang Bunda keluar dari kamarnya untuk menuju ke dapur. Bunda langsung saja berperang di dapur untuk menyiapkan makanan siang, karna tadi Pagi hanya makan roti saja.

Saat sedang sibuk memasak, Ana menghampiri Bundanya dan memandangi Bundanya dari belakang.

"Oh jadi ini yang bikin Ayah jatuh cinta sama Bunda. gimana engga, Bunda masak aja cantik. Dari belakang aja cantik bgt" batinnya saat memandangi Bundanya.

"Kenapa ngeliatin Bunda gitu?"

Ana langsung sadar dari lamunannya seraya menggelengkan kepalanya, "Hah? siapa yang nikah Bun?" tanyanya.

"Siapa yang nikah apanya? kamu mau nikah?"

"Eh engga, tuh kan Ana lupa nyamperin Bunda mau ngapain" sebalnya, tiba-tiba tidak ingat sama sekali mau ngapain.

Ana mencium wangi harum semerbak dari masakan Bundanya. "Mmm wangiii banget, Bunda acuuu macak apa niiii" ucapnya seperti anak kecil.

DIA TAKDIRKU! || TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang