"HUAAA!!" menguap bagaikan Singa yang terbangun dari tidurnya.
"Astaghfirullah Ana, Bunda kan udah ajarin ke kamu kalau nguap itu ditahan sebisa mungkin"
"Gak ketahan Bun"
Ana duduk di kursi belakang ditemani dengan bingkisan yang banyak entah untuk apa. Dan juga dengan gamis cantik pilihan Bundanya.
"BUN GAK MAU PAKE GAMIS, GERAH BUNN" rengeknya.
"Gerah dari mana? orang enak ko"
"Ya kan Bunda pake gamis terus, jadi udah terbiasa"
"Nah itu tau, makannya coba pake gamis dulu biar nanti kamu terbiasa"
"Ck! kaya emak-emak aja gua pake gamis begini" umpatnya.
Setelah perjalan jauh akhirnya mereka pun sampai di tempat tujuannya. Mereka disambut dengan hangat oleh keluarga Pak Zakir.
"Ck! ilah waktu libur gua masa dipake buat nemenin Bunda kajian si! ah elah mana besok senin. pelajaran pertama agama pulak!" dumelnya.
Ana masih diam di dalam mobil, tidak terbiasa dia dengan banyak orang seperti itu, apalagi orang dewasa semua dan gak ada yang sepantarannya.
Bunda yang menyadari tidak ada anaknya disamping akhirnya pamit untuk pergi ke mobil sebentar, Ana yang melihat Bunda berjalan menuju ke mobil akhirnya buru-buru ia merapihkan kerudungnya yang berantakan.
"Kamu ini kenapa gak turun, gak enak tuh sama keluarganya Pak Zakir" tanya Bunda dengan muka masamnya.
"Ah Bun gak pede, aku kek emak-emak pake gamis ini tuh"
Bunda mendengus pelan, "Itu cantik Zyana Khairunnisa" puji Bunda tulus. Benar saja saat Ana memakai gamis cantiknya jadi bertambah.
Bunda mengajak Ana untuk keluar, Ana terus tanpa menempel memegang lengan Bundanya karna memang dengan berada disamping Bundanya ia terlihat lebih sedikit pede. Semua orang tertuju kepada Bunda dan Ana saat berjalan menghampiri mereka.
"Maa Syaa Allah ini anakmu Nur" tanya Umi Amira dengan senyum ramah ke Ana.
Umi Amira langsung saja menghampiri Ana, Bunda langsung memberi isyarat kepada Ana untuk salim. Ana mendapat colekan dari Bundanya pun menengok dan mengerti maksud dari Bundanya.
"I-iya tante hehe" jawab canggung Ana.
Umi Amira tersenyum, "Eh jangan panggil tante, panggil Umi Amira aja ya nak. Masa lupa si sama Umi, dulu Umi waktu kamu kecil suka gendong kamu, Fazry juga waktu kecil suka ledekin kamu terus, maa syaa Allah tabarakallah sudah besar ya anakmu Nur, cantik sama seperti Bundanya." ucap Umi Amira.
"Ya mana gua tau anjir, gua masih kecil ya mana inget. Ya masa kecil terus kapan gedenya dong" ngomelnya.
"Hehehe, Umi maaf sebelumnya tapi Fazry itu siapa? Ana lupa kan waktu itu Ana masih kecil jadi gak tau, muka nya aja juga udah lupa"
Umi Amira mempersilahkan yang lain untuk masuk dan mengobrol di dalam, Umi menuntun Ana ke sofa dan memperlihatkannya album yang cukup besar. Disana banyak sekali foto-foto kebersamaan Ana dan Fazry waktu kecil.
"Nah ini dia, foto-foto kalian Umi taro disini abisnya lucu-lucu banget"
Ana mulai tertarik dengan album besar itu, ia duduk disamping kanan Umi Amira dan Bunda yang berapa disamping kiri Umi Amira. Dan diceritakanlah semua foto dan kenangan-kenangan pada masa itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
DIA TAKDIRKU! || TAMAT
Narrativa generale⛔️FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MULAI MEMBACA, TERIMA KASIH⛔️ Kisah ini menceritakan tentang, seorang anak SMA yang dijodohkan oleh kedua Orang Tuanya. Mereka menyembunyikan Pernikahannya sampai waktu yang tepat. Zyana Khairunnisa anak tunggal seo...