Mendeketi kelahiran Ana yang tak sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh Dokter. Untungnya Fazry sudah izin dari seminggu yang lalu, kalau tidak iya gak tau bakal seperti apa nantinya.
Kehadiran yang sekian lama telah mereka berdua dambakan keberadaannya. Tak sabar ingin memeluk dan memandangi wajah anaknya yang kecil.
Fazry membantu dan menenangkannya dikala terus mengeluh sakit, Fazry bahkan ingin menangis tapi ia urungkan. Ia tak bisa merasakan bagaimana sakitnyabyang dirasakan Ana saat ini.
Bagi Fazry, Ana adalah perempuan yang kuat. Tidak bagi Ana saja tapi bagi perempuan yang sudah berjuang untuk buah hatinya. Mempertaruhkan nyawanya untuk sang buah hati tercinta, bahkan yang mereka pikirkan hanya keselamatan bayinya tidak dirinya.
Fazry terus mengelus bagian belakang Ana, membaca ayat-ayat Al-Quran. Membantu Ana untuk berjalan, Fazry bisa merasakan betapa sakitnya saat merasakan cengkraman Ana.
"Mau duduk aja Hum?" tanya Fazry.
Ana mengangguk kecil sambil memegang perutnya yang terus merasa agak mulas.
"Abi.."
"Iya sayang? kenapa? mau perlu apa?"
Ana cemberut ke arahnya, "Ayah mana? Ayah sama Bunda? kenapa gak temenin Aku?"
Fazry menglap keringat yang terus bercucuran, "Mereka lagi dalam perjalanan sayang, semua keluarga nanti tunggu di depan... intinya kamu fokus ke diri kamu dulu sama anak-anak kita ya"
"Masih sakit? sini Mas pijit pelan-pelan" sambung Fazry. Ana duduk membelakangi Fazry, agar Fazry mudah memijitkannya.
TOK!!! TOK!!!
Suster membukakan pintu kamar perlahan, "Ibu Ana? sudah siap?"
Ana menatap ragu ke arah Fazry, "Kamu ikut kan?" tanya Ana.
Fazry mengangguk sambil tersenyum. "Pasti, aku selalu ada disamping kamu. Kamu udah siap?"
"Aku selalu siap kalau ada kamu disamping aku" tutur Ana.
Perkataannya mampu mengembangkan senyum Fazry yang manis itu, Ia menyembunyikan senyumnya agar tidak terlihat oleh Suster yang ada disampingnya saat.
"Mari Bu saya antar keruangan"
"Biar saya saja ya Sus" sela Fazry. Suster itu pun pasrah, menyerahkan kepada Fazry.
***
"ARGHHHH!!!"
"Ayo Bu terus... dikit lagi... atur nafasnya..."
Ana mengatur napasnya sambil mengedan, Sakit. Amatlah sakit bahkan ia hampir menyerah. Namun dengan dulungan Fazry ia jadi bangkit kembali.
"Mas aku gak kuat... hikss, sakit banget"
"Mas yakin kamu kuat, pelan-pelan... atur nafasnya" tutur Fazry lembut.
Ana menggenggam tangan Fazry erat. Ana mengedan sekuat tenaga dengan teriakan kerasanya.
Suara tangisan begitu kencang sampai menyentuh hati mungil seseorang yang kini resmi menjadi Ibu dari bayi itu.
"Alhamdulillah ya Allah, makasi sayang... terima kasih sayang" lirih Fazry saat mendengar tangisan bayi.
"Alhamdulillah keluar satu" ucap Ana.
Fazry tertawa kecil saat mendengar ucapan Ana barusan, Ana pun juga tertawa bahagia saat mendengar suara bayi yang ia rindukan selama ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
DIA TAKDIRKU! || TAMAT
Ficción General⛔️FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MULAI MEMBACA, TERIMA KASIH⛔️ Kisah ini menceritakan tentang, seorang anak SMA yang dijodohkan oleh kedua Orang Tuanya. Mereka menyembunyikan Pernikahannya sampai waktu yang tepat. Zyana Khairunnisa anak tunggal seo...