02.OWNER TAK DIHARAPKAN

2.1K 171 5
                                    

Seminggu kemudian.

Green berdiri termangu di depan Mix Coffee Shop  setelah turun dari bis pagi itu. Rambutnya yang lurus sebahu membingkai wajahnya yang bulat telur dengan topi merah yang menghiasi rambutnya yang tebal. Green melangkah pelan menuju kantor kafe yang terletak di bagian belakang gedung. Tampak beberapa pegawai part time baru tengah menunggu di depan kantor. Rata-rata mereka masih muda dengan penampilan rapi dan sangat fashionable. Mereka semua rata-rata seumur dan sebaya dengan Green, karena syarat untuk bekerja part time di tempat itu adalah masih kuliah dan harus saat liburan semesteran.

Green melangkah masuk ke dalam ruangan mengikuti pegawai baru lainnya saat pintu kantor dibuka dari dalam. Tampak ruangan yang lumayan luas dengan kursi berjajar rapi. Tak lama muncul seorang wanita berkacamata, berambut ikal dengan wajah penuh percaya diri berjalan di tengah ruangan dan menatap mereka satu-satu.

"Selamat datang di Mix Coffee Shop!" sapanya dengan suara lantang. "Saya Sandra dan kalian boleh panggil dengan sebutan Mbak Sandra. Saya mewakili kepala HRD yang kebetulan sakit mendadak sehingga tak bisa menyambut kalian hari ini. Hari ini kalian mulai bekerja di tempat ini. Tapi sebelum kalian bekerja, kalian akan diberi training terlebih dahulu oleh senior kalian. Semua ketentuan dan peraturan, tentu sudah kalian pelajari saat kalian dinyatakan bergabung dengan manajemen di sini. Mix Coffee Shop sudah ada di beberapa kota dan Jogja adalah kafe yang pertama kali berdiri dan di-handle oleh pemiliknya langsung. Kalian pasti sudah mengerti, kan?" ujarnya sambil membenahi letak kaca mata minusnya yang sedikit melorot ke bawah.

Semua pekerja part time terlihat mengangguk pelan, termasuk Green yang enggan berbicara padahal beberapa pekerja pria di sampingnya, berusaha mengajaknya mengobrol tapi hanya dijawab singkat olehnya. Saat ini, Green hanya berkonsentrasi satu hal saja, bagaimana meniti hari esoknya dengan lancar tanpa memikirkan makhluk bernama laki-laki. Apalagi bertampang lumayan dan anak orang kaya. Sudah cukup Marcelin saja yang pernah melukai hatinya. Ia tak mau terlibat dengan hal-hal seperti itu lagi. Rasa kecewanya masih begitu terasa hingga sekarang. Saat keluarganya terpuruk dan sangat membutuhkan dukungan orang terdekatnya, Marcelin malah mencampakkannya dengan begitu menyakitkan. Marcelin menduakan hatinya dengan gadis lain bernama Adenta.

Green mendesah pelan sambil mendengarkan semua pidato Mbak Sandra yang sangat panjang dan sedikit berbelit untuk menuju ke intinya, hingga matanya yang tajam melihat sosok tubuh jangkung berkaca mata hitam memasuki ruangan dengan sikap angkuh. Pria itu kemudian berdiri di samping Mbak Sandra yang terlihat salah tingkah karena grogi. Green mengernyitkan dahinya saat melihat beberapa pekerja part time  terpaku melihat pria berwajah datar di depan mereka.

"Wuaaaah! Keren banget dia!" seru beberapa pekerja wanita sambil berbisik-bisik penuh semangat sambil mengeluarkan ponsel mereka diam-diam. "Bisa-bisa, kita saling bersaing nih mendapatkannya. Siapa sih dia?" celetuk salah satu dari mereka sambil berusaha mengambil foto pria di samping Mbak Sandra dengan diam-diam.

Green tak terpengaruh dan hanya menatap sosok pria itu dengan seksama. Ia seakan pernah melihatnya. Saat kedua matanya yang lentik melihat pria betubuh jangkung itu melepas kacamata hitamnya dan melihat warna emas putih di gagang kacamatanya, wajahnya serentak mengerut. Green terpaku karena kaget. Kepalanya segera menoleh ke arah jendela di sampingnya dan melihat sebuah mobil BMW X6 berwarna silver terparkir di halaman khusus di Coffee Shop. Mobil yang sama dengan mobil yang membuat bajunya kotor seminggu yang lalu. Green kemudian menatap pria itu lagi dengan lebih seksama. Ia baru sadar jika pria itu adalah laki-laki yang sama yang membuat bajunya kotor dan telah membuatnya tersinggung waktu itu.

"Inilah pemilik Mix Coffee Shop  kita. Namanya... Kak Gavin Adithama!" seru Mbak Sandra lagi dengan suara bangga saat memperkenalkan pria yang ada di sampingnya.

Green serentak memejamkan matanya pelan dengan wajah kecewa dan tak percaya. Ia sama sekali tak membayangkan bahwa bos barunya sekarang ternyata laki-laki itu. Pria sombong yang tak tahu sopan santun dan begitu meremehkan orang lain!

****

Setelah acara perkenalan di ruang meeting, mereka diberi kebebasan selama setengah jam untuk berstirahat. Green memberanikan diri mendekati Mbak Sandra yang terlihat duduk di meja kerjanya dan terlihat serius mengetik sesuatu di depan laptopnya. Posisi meja kerja  Mbak Sandra tepat berada di depan ruangan bos karena menjabat sebagai sekretaris.

Mbak Sandra mengangkat kepalanya dengan wajah tak ramah saat melihat Green berdiri di hadapannya. "Ada apa?" tanyanya ke arah Green yang sudah memakai seragam kerja. Seragam bermotif kotak-kotak berwarna biru tua dan putih dengan hiasan bros berlambang Mix berwarna keemasan.

"Saya ingin bertemu dengan pimpinan perusahaan," ucap Green pelan tapi membuat mata Mbak Sandra melotot kaget.

"Ngapain? Baru kerja sudah aneh-aneh saja. Maaf, Kak Gavin sedang sibuk di dalam," sahut Mbak Sandra ketus dan kembali sibuk mengetik sesuatu di laptopnya tanpa memperdulikan Green yang masih berdiri menunggunya.

"Cuma sebentar saja kok, Mbak," pinta Green lagi dengan suara pelan.

Mbak Sandra kembali menatap Green dengan kesal dan matanya melihat ID Card pegawai yang ditempelkan di dada sebelah kiri Green sambil membaca namanya. "Green Widadari Buditomo!" ucap Mbak Sandra agak keras. "Lebih baik, kamu kembali kerja dan ikuti training hari ini dengan baik. Untuk bertemu dengan Kak Gavin harus benar-benar masalah penting. Aku tahu banyak gadis yang suka padanya. Tiap hari aku bosan melihat banyak gadis mencarinya dan ingin bertemu dengannya. Ya, seperti kamu ini. Jadi maaf saja, kembalilah bekerja!" suruh Mbak Sandra tegas tapi Green tetap berdiri di hadapannya sehingga membuat kesabaran Mbak Sandra habis.

Belum sempat Mbak Sandra membuka mulutnya lagi untuk berbicara, terdengar pintu ruangan di belakang meja Mbak Sandra terbuka dengan cepat. Muncul Gavin dengan wajah tanpa senyum dan tak ramah.

"Sandra, kalau bicara jangan keras-keras. Pusing aku mendengarnya dari dalam. Lebih pelan kan bisa," tegur Gavin tak suka dan matanya yang tajam melirik ke arah Green sekilas dengan acuh.

"A-Anu... Kak Gavin, anak ini penyebabnya," bela Mbak Sandra sambil menunjuk ke arah Green yang masih berdiri dengan sikap tenang. "Dia ingin ketemu Kak Gavin, padahal dia kan baru mulai kerja hari ini," jelasnya dengan wajah gugup.

Gavin menatap ke arah Green dengan tatapan tajam. Tanpa banyak kata ia menyuruh Green masuk ke dalam ruangannya hanya dengan kode jari telunjuk kirinya saja. "Suruh dia masuk!" ujar Gavin ke arah Mbak Sandra dengan wajah tanpa senyum sambil masuk kembali ke ruangannya.

Melihat respon Gavin terhadap Green, membuat Mbak Sandra melongo karena kaget. Ia tak percaya Green diperbolehkan masuk begitu saja ke ruangan bosnya yang terkenal sulit dan tak mau diganggu itu.

****

DEAL WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang