59. AWESOME

530 50 5
                                    

Esok paginya,

hari entah kenapa terasa panas dan bikin gerah saja. I hate Monday benar-benar slogan yang cocok untuk menggambarkan cuaca hari itu. Setetes keringat mengalir pelan di kening Green yang putih saat beristirahat di ruang karyawan. Tiba-tiba ia teringat malam di mana Gavin memeluknya tapi ia berusaha melupakannya. Ia mengingatkan pada dirinya sendiri, jika itu hanya salah satu tugasnya karena terikat perjanjian itu. Green kemudian mendesah pelan dan tak sengaja melihat Mbak Sandra melewatinya dengan wajah tak ramah, tapi Green tak terlalu ambil pusing. Ia sudah terbiasa dengan karakter Mbak Sandra yang seperti itu.

Beberapa saat setelah meminum beberapa teguk air mineral dari tempat minum di ruang kerja, langkah Green terhenti saat melihat Ezzel, teman baik Gavin, berjalan mendekatinya dengan wajah serius.

"Boleh aku ingin bicara denganmu," ucap Ezzel dengan wajah serius sehingga membuat Green berdiri dengan alis mengerut.

Tak biasanya Green melihat Ezzel bersikap begitu serius padanya. Biasanya pria itu akan bersikap ramah dan murah senyum terhadap semua karyawan, termasuk dengan dirinya.

"Ada apa, Kak Ezzel?" tanya Green bingung.

"Ikut denganku," ajak Ezzel sambil melangkah menuju ke arah ruang tamu yang tak begitu jauh dari ruang administrasi dan Ezzel langsung menutup pintu ruangan tersebut.

Di dalam ruangan, Ezzel kemudian menatap Green dengan wajah serius. "Aku mengajakmu berbicara di sini, hanya ingin mengingatkan saja. Jangan salah paham dengan perhatian Gavin selama ini terhadapmu. Aku tahu ada sesuatu yang membuat kalian bisa dekat seperti sekarang. Aku tak bisa dibodohi, karena aku tahu betul sifat asli Gavin. Ada seorang teman di Jakarta yang menceritakan padaku jika Gavin membawa kekasih barunya di pesta pertunangan Keiza. Saat aku melihat fotonya, aku sadar jika kalian sedang melakukan sandiwara sebagai pasangan," ujar Ezzel sambil menunjukkan sebuah foto dari ponselnya yang menampakkan foto Green dan Gavin tengah berada di pesta pertunangan Keiza beberapa waktu lalu. "Walau Gavin mengatakan padaku jika kalian sekarang sedang menjalin hubungan, aku tak percaya dengan kata-katanya. Jangan terlalu berharap padanya. Gavin masih mencintai Keiza dan aku tahu betul perjuangannya mempertahankan hubungan mereka. Aku hanya tak ingin kamu berharap banyak dengan hubungan palsu kalian," ucap Ezzel mengingatkan. "Kau nanti akan lihat sendiri bagaimana Gavin tak bisa jauh dari kehidupan Keiza. Gavin hanya menganggapmu seperti karyawan biasa seperti lainnya. Tak akan lebih dari itu. Percayalah padaku."

Green masih diam membisu mendengar perkataan Ezzel. Ia hanya menunduk dengan sebuah senyum tipis. "Terima kasih atas nasehat dan sarannya, Kak Ezzel. Tak usah khawatir dengan hubungan kita. Aku tahu diri sejak awal bekerja di sini. Jika masih tak percaya dan tak yakin dengan jawabanku, Kak Ezzel bisa tanyakan langsung dengan teman baik Kak Ezzel itu. Pak Gavin pasti jawabannya akan sama denganku," ujarnya lagi sambil menundukkan kepalanya dengan sikap sopan kemudian Green melangkah keluar dari ruang tamu kantor dan menutup pintu dengan pelan.

Green meninggalkan Ezzel dengan sikap tenang saat melangkah pergi tanpa memperhatikan Ezzel menatapya dengan mata menyipit di belakangnya. Saat sampai di ruang pengunjung kafe, Green tak sengaja berpapasan dengan Gavin yang berjalan melewatinya. Gavin serentak menoleh ke arahnya dengan wajah datar dan tak ada senyum sama sekali di wajahnya. Hanya wajah angkuh seperti biasanya dan sesaat mereka saling bertatapan.

"Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Gavin curiga. "Jangan pernah memandangku dengan acuh seperti itu padaku," tegur Gavin tak suka dan mendadak berhenti sambil menatap Green dengan tatapan curiga.

"Wajahku memang seperti ini," jawab Green singkat.

"Bilang awesome sekarang," suruh Gavin tiba-tiba.

"Apa?" ulang Green kaget.

"Ucapkan sekarang sebelum banyak orang ke sini," suruh Gavin lagi.

"Awesome," ucap Green segera tanpa banyak protes ke arah Gavin.

Gavin berdiri diam sambil menatap lama ke arah Green dan melihat bibir merah alami Green membentuk sebuah senyuman lembut setelah mengucapkan kata awesome. "Nah, seperti itu! Awesome! Wajahmu yang seperti itu membuat segalanya jadi lebih can... maksudku cerah!" ujar Gavin singkat dan agak gugup tapi ia bergegas membalikkan tubuhnya lalu melangkah pergi tanpa Green sempat bersuara untuk menjawabnya.

"Dia itu memang orangnya aneh. Sifatnya benar-benar tak bisa ditebak. Kadang jutek, kadang manis tapi juga kadang aneh seperti barusan," guman Green heran sambil berjalan menuju ke salah satu pengunjung baru yang memanggilnya untuk minta dilayani.

***

Sorenya sepulang dari Kafe Mix, Green melangkah tergesa saat menyeberang jalan menuju halte bis di seberang jalan. Ia melihat bis yang dinantinya muncul dari kejauhan sehingga membuatnya bersemangat saat menuju halte. Ia berlari kecil dan tergesa sehingga ia sama sekali tak melihat sebuah mobil meluncur ke arahnya saat menyeberang. Green menjerit kaget dan memejamkan matanya dengan wajah gugup.

Terdengar suara rem mobil diinjak keras. Green pasrah apa yang akan terjadi dengannya saat itu. Perlahan Green membuka kedua matanya dengan tubuh masih gemetar. Ia tak terluka dan ternyata tak terjadi apa-apa. Saat ia melihat ke depan, Green melihat dua kakinya hanya tinggal beberapa inchi saja dari moncong mobil mewah yang hampir menabraknya

Saat itu Green hanya bisa bersyukur pada Tuhan karena masih melindunginya sehingga tak terjadi apa pun dengannya. Perlahan ia mendongakkan kepalanya dan wajahnya tampak terkejut saat mengetahui mobil siapa itu. Ternyata mobil mewah itu milik Gavin. Green melihat wajah Gavin sama tegangnya seperti dirinya di belakang setir mobil. Tak sengaja Green menatap sosok di samping Gavin, ia mendapati sosok Keiza berada di dalam mobil dengannya.

***

DEAL WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang