51. MOONBOW

607 65 8
                                    

"Mereka itu bukan atasanku. Mereka bukan pemilik Mix Coffee Shop. Pak Gavin itu pemimpin dan beda dengan yang lain. Kenapa Pak Gavin protes karena hal seperti itu? Itu juga hanya sebuah panggilan saja," jawab Green heran. "Dan lagi aku tak terbiasa memanggil Pak Gavin dengan sebutan kakak sejak awal kita bertemu. Lebih baik seperti ini saja. Rasanya lebih nyaman seperti itu."

Gavin tersenyum mendengar jawaban Green dan memalingkan wajahnya ke arah lain. Tak terasa mereka telah sampai di depan bangku penonton. Perlahan Gavin memarkir sepeda di pinggir lapangan dan mengajak Green duduk di salah satu bangku penonton.

"Tempat ini penuh kenangan buatku. Sejak kecil, aku sering diajak kemari karena ayahku penggemar bola. Sampai remaja aku masih ke sini, masa saat aku masih bisa merasakan kasih sayang penuh dan tulus dari orang tuaku," ujar Gavin lirih sehingga membuat Green memandang Gavin dengan tatapan heran mendengar kata-kata dari bibir pria itu karena untuk pertama kalinya menceritakan tentang keluarganya.

Green tak berkata apa-apa dan hanya bisa memandang wajah Gavin yang diam membisu dari samping. Mata bagus Gavin tersirat kesedihan penuh luka dan juga kesepian.

Gavin menoleh ke arah Green dan perlahan jari tangan kirinya menyentuh kedua kelopak mata Green pelan hingga membuat mata Green otomatis terpejam beberapa saat lamanya. "Jangan tatap aku seperti itu," tegurnya pelan. "Kalau kamu baik hati, beri aku senyum yang paling manis saja," pintanya sungguh-sungguh.

* Cerita lengkap bab ini ada di KaryaKarsa akun #KANUNA

DEAL WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang