04. MENGUNDURKAN DIRI

1.5K 156 4
                                    

"Kamu lagi!" tegur Gavin sambil keluar dari mobil dengan pandangan kesal. "Hati-hati kalau jalan!" tegurnya dengan suara galak.

Green hanya diam membisu tapi Marcelin terlihat tersinggung dengan perkataan Gavin. "Heh, jangan salahkan dia!" sahut Marcelin tak suka. "Anda juga harus hati-hati! Untung dia tak apa-apa. Kalau sampai terluka, saya akan tuntut Anda!" ancam Marcelin serius.

Gavin hanya tersenyum mendengar kata-kata Marcelin dan menatapnya dengan tatapan sinis. "Dia itu karyawanku dan dia itu salah karena tak hati-hati menyeberang," jawab Gavin sambil menunjuk ke arah Green. "Kalian yang seharusnya minta maaf padaku karena kamulah yang membuatnya jadi jalan sembarangan. Sadar tidak, kamu itu penyebabnya. Dia itu sebenarnya tak mau bicara denganmu jika kamu peka," jelas Gavin dengan nada gusar ke arah Marcelin. "Kalian harus minta maaf padaku sekarang karena aku bisa sewaktu-waktu melepas karyawan yang tak tahu etika," suruh Gavin dengan nada  memperingatkan.

"Apa?!" ucap Marcelin kaget mendengar perkataan Gavin lalu menatap ke arah Green yang tak berkomentar. "Siapa dia? Apakah dia pemilik Kafe Mix?" tanya Marcelin.

"Walau dia bos di tempatku bekerja, kamu tak perlu meminta maaf padanya. Dia juga masih berhutang maaf padaku. Bukan begitu, Pak Gavin?" sahut Green lirih sambil melihat ke arah Gavin yang diam menatapnya dengan wajah kaku. "Permisi, saya pergi dulu," ucapnya lagi sambil berjalan pergi menuju ke arah halte bis dan meninggalkan begitu saja Gavin dan Marcelin tanpa mau menoleh lagi ke belakang.

Dua pria sama jangkungnya itu hanya menatap Green dengan wajah bingung melihatnya pergi begitu saja. Tak lama Gavin menggelengkan kepalanya dengan wajah gusar dan bergegas masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkan tempat itu, sedangkan Marcelin hanya bisa mendesah pelan berusaha sabar akan penolakan Green padanya.

***

Esok paginya.

Gavin masuk kerja pukul setengah delapan dan terlihat mengawasi seluruh karyawannya yang  sibuk dengan aktifitas mereka masing-masing. Bagian administrasi atau office  terlihat mulai berdatangan dengan seragam kerja  kemeja hitam hitam dengan pin berlabel Mix. Untuk bawahan dibebaskan mengenakan apa saja asal sopan dan rapi.

 Di ruang customer atau pelanggan para pegawai part time sibuk merapikan kursi dan membersihkan ruangan dengan giat. Gavin tersenyum puas melihat kondisi perusahaannya pagi itu. Rata-rata pengunjung yang datang ke kafenya dari kalangan sekolah dan mahasiswa serta pekerja muda. Pagi itu mereka beberapa customer sudah mulai berdatangan untuk sarapan pagi. Mereka datang hanya sekedar sarapan bubur sumsum gurih ala Mix yang sangat terkenal lembut dan enak. Ada juga yang digemari para pelajar sepulang sekolah seperti  cake coklat berbalur keju lumer, menu pasta, minum teh tarik atau kopi panas sambil duduk berbincang sebentar di ruangan yang semuanya ber-AC dengan interior ruangan yang nyaman dan terkesan adem. Customer perokok pun memiliki ruangan sendiri untuk kenyamanan customer lainnya.

Mata Gavin yang tajam kemudian mengerut saat melihat Green sibuk membersihkan meja. Wajah gadis itu tampak letih dan tak seceria pegawai lainnya. Gavin segera berjalan mendekat sehingga para karyawan tampak kaget dan  serentak memberi hormat padanya saat Gavin melewati mereka.

Sampai di dekat Green yang masih sibuk bekerja dan tak mengetahui kedatangannya, Gavin menatapnya dengan tatapan tajam. "Kamu masih datang bekerja di sini? Bukankah kemarin kamu masih ingat kata-kataku? Kamu dan temanmu berhutang maaf denganku," ucap Gavin dengan nada tak enak sambil kedua tangannya masuk ke saku celana panjangnya.

Green serentak menghentikan pekerjaannya dan berbalik ke arah Gavin. "Bukankah Bapak juga tahu ucapan saya kemarin tentang kata 'maaf'?" jawab Green lirih sehingga membuat Gavin terdiam. "Tapi, kalau Bapak tidak menghendaki saya di sini, baiklah, saya mengundurkan diri. Permisi," lanjut Green singkat tanpa emosi sambil berjalan pergi menuju ke arah loker lemari untuk karyawan untuk mengambil tas ranselnya.

DEAL WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang