74. SIGN

372 32 12
                                    

Green terkejut melihat kedatangan Gavin. Ia sama sekali tak menyangka pria itu akan muncul di Kafe Moya padahal ia menunggu Priyanka. Barusan ia menerima pesan dari Priyanka jika ia tak bisa datang menemuinya karena ada urusan mendadak. "Pak Gavin?" gumam Green kaget.

Gavin menatap Green dari kejauhan dengan perasaan campur aduk, antara senang, merasa bersalah dan juga sedih. Gavin melangkah pelan mendekati Green yang berdiri dari kursi dengan wajah tampak begitu terkejut.

"Aku lama mencarimu dan akhirnya menemukanmu," ujar Gavin lirih. "Kita harus bicara tentang kita."

"Yah, kita harus bicarakan masalah kita berdua. Tentang deal kita selama ini. Kita memang harus menyelesaikannya segera," jawab Green lirih. "Mengakhirinya...," lanjutnya lagi dengan pasti.

Mendengar perkataan Green, Gavin sesaat terdiam dan langkahnya langsung terhenti. Mereka saling tatap dengan wajah sama seriusnya. Gavin mendapati wajah dingin Green. Tak ada lagi tatapan lembut dibalik kedua matanya yang kehijauan. Tak ada lagi senyum 'awesome' yang membuat wajahnya makin cantik dan manis. Gavin seakan kembali menemukan Green yang dulu saat pertama kali mereka melakukan perjanjian.

"Apa maksudmu... Mengakhiri?" tanya Gavin dengan suara bergetar.

Green tak banyak bicara dan hanya melangkah pelan mendekati Gavin sehingga mereka saling berdiri berhadapan. "Bisakah Pak Gavin mengantarku ke suatu tempat?"

"Kita akan ke mana?" tanya Gavin kaget.

"Akan aku tunjukkan arahnya saat di mobil," jawab Green sambil melangkah menuju ke mobil Gavin tanpa senyum.

Gavin bergegas membukakan pintu mobil dan Green langsung masuk dengan wajah datar. Di dalam mobil yang bergerak keluar dari halaman parkir, mereka saling diam membisu tanpa banyak kata. Suasana terasa hening dan wajah keduanya kaku dan serius selama perjalanan hingga mereka tiba di sebuah pinggir jalan dan memarkir mobil tak jauh dari area trotoar jalanan.

Green turun lebih dulu dari mobil kemudian diikuti Gavin. Mereka kemudian melangkah berdampingan di sepanjang trotoar yang tampak sepi. Gavin menatap ke arah Green yang masih diam sambil melangkah pelan.

"Green, maafkan aku," ucap Gavin tiba-tiba. "Saat itu Ezzel sengaja melakukannya agar aku melukaimu. Aku tak tahu kenapa ia sampai berbuat seperti itu," ucap Gavin.

"Karena Kak Ezzel tak menyukai kita terlihat bersama. Dia benar karena semua itu palsu dan kepura-puraan. Dunia kita memang sudah berbeda sejak awal," jawab Green lirih. "Bahkan pertemuan pertama kita juga di jalanan dengan situasi yang tak mengenakkan. Sebenarnya itu sebuah sign atau tanda kita tak semestinya melakukan perjajian itu. Di sinilah semua diawali, di jalanan ini, saat kita pertama kali bertemu," lanjut Green sambil menoleh ke arah Gavin.

Gavin mengerutkan dahinya mendengar kata-kata Green dan tersadar mereka berada di trotoar pertama kali bertemu. "Kenapa kamu mengajakku ke tempat ini, Green?" tanya Gavin mulai curiga.

Green menatap Gavin dengan wajah serius. "Aku mau mengembalikan sisa uang pinjaman yang kupinjam karena tak bisa memenuhi permintaan Pak Gavin," ucap Green. "Setelah ini, aku anggap perjanjian yang kita sudah selesai. Kita tak akan berhubungan lagi. Di mulai di sini dan kita juga akhiri pertemuan kita," lanjut Green dengan sungguh-sungguh.

"Apa?" Gavin menatap Green dengan wajah terkejut.

"Aku tak akan memenuhi permintaan Pak Gavin lagi. Semua harus selesai hari ini," tegas Green.

"Tidak mau!" jawab Gavin dengan suara menahan emosi. "Aku tak akan pernah mengakhiri deal kita."

"Pak Gavin tidak boleh egois," sahut Green. "Aku akan transfer ke rekening perusahaan," lanjut Green dengan kukuh sambil membuka ponselnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DEAL WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang