27. KARYAWAN

728 73 3
                                    

Green melangkah memasuki rumah itu mengikuti langkah Gavin. Sampai di dalam ruang tamu, Green berusaha melepas tangan Gavin yang menggandengnya tapi usahanya sia-sia karena Gavin masih menggenggam erat tangannya. Gavin bahkan makin memperat genggaman tangannya tiap kali Green berusaha keras melepaskan diri.

Green sebenarnya merasa tak enak hati dan tak nyaman saat kedua mata Keiza melihat mereka berdua bergandengan tangan seperti itu. Dari sorot matanya, Green bisa menebak dan merasakan jika Keiza terluka melihat mereka seperti itu. Ia tahu pasti jika gadis berwajah cantik itu masih memendam perasaan cinta terhadap mantan kekasihnya.

"Masuklah, Tante Maya menunggumu, Gavin," ucap Keiza sambil menatap ke arah Gavin.

Gavin mengerutkan dahinya dengan wajah serius, ia kemudian mengikuti langkah Keiza menuju ke sebuah kamar yang tak jauh dari ruang tamu. "Kenapa Tante Maya ingin bertemu denganku?" tanya Gavin heran karena Tante Maya adalah tante Keiza yang selalu baik terhadapnya dan mendukungnya dengan tulus saat mereka masih berhubungan.

"Aku memintamu datang kemari karena dia. Tante Maya sangat menyayangimu seperti anaknya sendiri dan dia belum tahu jika aku telah bertunangan dengan Aryo. Saat pertunangan itu berlangsung, dia sedang dirawat di Singapore untuk pengobatan sakitnya," jawab Keiza dengan wajah berubah sedih. "Ia tahunya kita masih bersama," jelas Keiza lirih.

"Tante Maya sakit apa?" tanya Gavin kaget dengan wajah khawatir karena semenjak putus dengan Keiza, mereka sama sekali tak saling berhubungan.

"Dia terkena kanker payudara tapi syukurlah dia berhasil dioperasi dan sekarang masih proses penyembuhan dan pemulihan walau itu butuh waktu dan kesabaran. Semoga setelah ini, dia akan makin sehat dan sembuh," harap Keiza dengan mata berkaca-kaca. "Kumohon Gavin, jangan buat dia bersedih saat ini. Aku sangat menyayanginya karena dia seperti ibuku sendiri," pinta Keiza dengan wajah memohon.

Gavin terdiam sesaat dan perlahan tangan kirinya melepas telapak tangan Green dari genggamannya saat mendengar kabar itu.

'Akhirnya...' batin Green lega sambil mendesah pendek saat telapak tangannya terlepas.

Tangan Keiza terlihat membuka pintu kamar dan Gavin bergegas masuk ke dalam kamar. Gavin melihat seorang wanita keibuan duduk di kursi roda dengan wajah pucat dan tubuh yang kurus. Rambutnya tertutup topi untuk menutupi rambutnya yang habis karena efek pengobatan selama penyembuhan sakitnya. Wanita itu tersenyum lembut saat melihat Gavin datang mengunjunginya.

"Kenapa Tante Maya tak bilang padaku kalau sakit?" tanya Gavin mendekat dengan wajah prihatin sambil menggenggam erat kedua telapak tangannya saat berada di depannya.

"Kamu ini masih saja seperti dulu, Gavin. Tante tidak apa-apa. Sekarang sudah mulai membaik dan mulai penyembuhan," jawab Tante Maya dengan suara lirih sambil menyentuh pundak Gavin. "Lama tak bertemu denganmu, kamu makin ganteng saja, Gavin. Tak heran jika Keiza pasti cemburu terus, apalagi aku dengar karyawanmu banyak yang cantik-cantik," ucapnya dengan nada menggoda sehingga Gavin hanya tersenyum tipis.

Gavin tampak  prihatin melihat kondisi Tante Maya sekarang yang tampak lebih kurus. Satu-satunya Keluarga Keiza yang bisa menerima kehadirannya dan selalu bersikap baik  padanya. Ia tak pernah menyangka jika Tante Maya ternyata sakit dan berjuang sendiri di Singapore untuk pengobatan sakitnya karena suaminya meninggal karena kecelakaan beberapa tahun lalu. Hal itu mengingatkan kembali memori mendung Gavin akan ibunya sendiri beberapa tahun yang lalu, saat berjuang melawan sakit yang sama seperti yang diderita Tante Maya. Ibunya  pulang balik Jogja Singapore untuk pengobatan dan berjuang melawan penyakitnya itu. Akan tetapi ibunya tak sanggup lagi dan pergi dalam pelukan Gavin di mana  saat itu ia baru saja lulus SMA dan hendak melanjutkan kuliahnya.

"Lho, ada tamu rupanya?" tanya Tante Maya  kaget saat melihat Green berdiri di belakang Gavin dan Keiza. "Mari ke sini," sapa Tante Maya ramah ke arah Green yang berjalan ragu menuju ke arah Tante Maya dan entah kenapa tiba-tiba suasana di kamar itu menjadi terasa kikuk. "Siapa dia? Kenapa tidak dikenalkan dari tadi?" tanya Tante Maya ke arah Gavin dan Keiza yang berdiri berdampingan dan tampak bingung untuk menjelaskan hubungan mereka sebenarnya.

"Di-dia...?" Keiza dengan suara bingung menatap ke arah Gavin yang hanya diam dan terlihat sedang berpikir. Tatapan Keiza saat itu seakan meminta bantuan Gavin untuk menjawab pertanyaan Tante Maya yang tak terduga.

"Kalian ini ditanya malah diam saja? Ada apa?" tanya Tante Maya heran.

"Tante tidak usah bingung. Sebenarnya Green adalah ke...," jawab Gavin pelan dan tampak hati-hati saat akan menjelaskannya.

"Karyawanmu. Maksudmu dia ini pegawaimu yang kamu ajak ke sini?" tebak Tante Maya yakin sehingga membuat Gavin kaget karena belum sempat melanjutkan kata-katanya.

"Iya,benar! Saya memang karyawan Pak Gavin. Kenalkan nama saya, Green!" potong Green tiba-tiba sambil mengulurkan tangan kanannya ke arah Tante Maya untuk mengajaknya bersalaman. "Kebetulan hari ini, saya diminta Pak Gavin untuk membantunya bekerja di luar kantor," lanjutnya lagi tanpa berani melihat wajah Gavin walau sekilas ia sempat melihat wajahnya tampak tak suka dengan apa yang dilakukannya barusan.

"Senang sekali bertemu denganmu, Green. Namanya unik dan sesuai dengan wajahnya yang cantik," ujar Tante Maya dengan senyum ramah. "Tapi ngomong-ngomong, hari ini aku ingin meminjam bosmu. Aku ingin dia menemaniku jalan-jalan keluar untuk refreshing. Sudah lama tak keluar rumah semenjak pulang dari Singapore dan tinggal di sini. Saat ini aku hanya ingin bersama dengan mereka berdua saja. Tante minta maaf sehingga membuatmu terpaksa balik ke kantor sendirian. Tidak apa-apa, bukan?" pinta Tante Maya dengan wajah tak enak dan jujur.

"Oh, silakan. Tidak apa-apa!" jawab Green sambil menggerakan tangan kanannya. "Jika begitu, lebih baik saya permisi dulu. Maaf jika kehadiran saya mengganggu di sini. Semoga Tante Maya cepat sembuh dan sehat lagi," ujar Green sambil tersenyum manis. "Kalau begitu saya pamit pergi dulu Pak Gavin. Permisi, Kak Keiza," lanjutnya lagi sambil beranjak menuju ke arah pintu kamar untuk pergi keluar.

"Gavin, kenapa kamu tak memberinya uang untuk pesan driver online buat balik ke kantor?" tanya Tante Maya mengingatkan karena melihat Gavin hanya berdiri kaku dan memandang Green dengan wajah bingung dan seperti sedang berpikir.

"Ma-maaf, aku lupa," sahut Gavin gugup dan bergegas menuju ke arah Green sambil merogoh saku celana panjangnya. "Ini buatmu untuk pulang. Hati-hati di jalan," ucapnya dengan suara lirih sambil memberi uang lima ratus ribuan ke telapak tangan Green dengan tampang kaku karena tak enak dan bingung dengan situasi saat itu.

"Terima kasih, Pak Gavin." Green menatap Gavin dengan wajah datar tanpa senyum, ia kemudian membuka pintu kamar dan menutupnya pelan.

Saat pintu kamar tertutup, tubuh Gavin yang jangkung hanya bisa berdiri kaku di depan pintu setelah pintu itu memisahkan dirinya dengan Green. Telapak tangan kanannya tampak menggenggam dengan erat sambil menarik nafas panjang untuk menahan perasaannya saat itu.

***


DEAL WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang