24. TAMU DADAKAN

795 75 7
                                    

Green kemudian menoleh ke arah Gavin yang menatapnya. Mereka sesaat saling berpandangan mata dengan wajah sama seriusnya, seakan mencari kesungguhan di antara mereka.

"Aku hanya ingin Pak Gavin menjelaskan pada ibuku tentang uang 150 puluh juta itu. Ibu sangat terpengaruh dengan gosip negatif tentang diriku di lingkungan rumah kontrakan kami. Aku ingin Bapak menjelaskan pada Ibu bahwa Pak Gavin yang meminjamkan uang itu dengan potongan gaji dan dicicil," pinta Green dengan raut wajah memohon. "Aku tak akan pernah bisa pulang tanpa alasan itu. Aku harus segera ke rumah karena ayah kami pulang hari ini dari rumah sakit. Aku tak ingin Ayah sedih karena aku dan Ibu bertengkar," lanjutnya dengan mata yang terlihat mendung dengan wajah bingung.

Gavin serius menatap wajah gadis yang jarang tersenyum itu dan terkadang kedua matanya yang indah terpancar kemurungan jika ia tak sengaja melihatnya sedang merenung atau menyendiri. Ia tak menduga jika ternyata uang perjanjian itu dipergunakan untuk membiayai ayahnya yang sedang sakit. Sayang, ia terlambat mengetahui hal itu dan terlanjur bersikap tak adil padanya. Ia mengakui Green benar-benar pandai menyembunyikan kehidupan pribadinya selama ini. Ada banyak rahasia yang disimpan gadis itu di balik wajahnya yang jarang tersenyum dan sikapnya yang tak banyak bicara.

"Maaf, aku tak bisa menjawabnya sekarang," jawab Gavin singkat dengan suara berat hati karena bertentangan dengan keinginannya sendiri. Ia sebenarnya sangat ingin menolongnya tapi itu tak bisa dilakukannya. "Kau tahu, aku tak boleh terlalu dekat dengan salah satu karyawan di sini. Itu akan membuat kecemburuan sosial dan itu tak baik untuk kelangsungan manajemen perusahaan yang sudah berjalan baik selama ini.Kita juga harus berhati-hati soal 'hubungan' kita itu," jelasnya lagi sambil menatap wajah Green yang tampak kecewa.

"Iya, saya sangat mengerti alasan Pak Gavin mengatakan hal itu," sahut Green lirih.

Tak lama kemudian Green menundukkan kepalanya pelan ke arah Gavin untuk berpamitan dan keluar dari ruangan tersebut. Ia kemudian melangkah ke arah pintu, tapi tiba-tiba pintu terbuka dari luar dan muncul sosok cantik memasuki ruangan dengan sebuah senyum manis. Ia menatap satu-satu ke arah Gavin dan Green secara bergantian. Kehadiran sosok tinggi ramping itu membuat Gavin dan Green kaget, khususnya raut wajah Green yang langsung berubah gugup dan tegang.

"Biar aku yang membantu kekasihmu," sahut gadis cantik itu sambil menatap ke arah Gavin yang tampak kaget melihat kedatangannya.

"Keiza?!" Gavin menatap gadis semampai itu dengan wajah kaget. Ia tak menduga sama sekali kalau mantan kekasihnya akan datang dan muncul secara tiba-tiba ke kantornya, apalagi saat ia sedang bersama Green dan tengah membicarakan hal yang serius. Wajah Gavin sesaat tegang karena sangat khawatir jika Keiza mendengar pembicaraan mereka dan tahu tentang sandiwara mereka.

Keiza  tampak berdiri dengan penuh percaya diri di depan pintu dengan senyum tipis di bibirnya yang terpoles lipstik warna merah muda. Tubuhnya yang tinggi semampai berjalan melewati Green dengan pakaian yang anggun. Rok warna peach berjuntai selutut dengan paduan atasan kaos berwarna senada sehingga makin menonjolkan kulit Keiza yang putih bersih. Rambut coklatnya yang panjang sedikit bergelombang, dibiarkan tergerai di bahu kirinya sehingga terlihat indah. Harum parfumnya yang lembut menambah penampilan Keiza makin memikat.

Keiza melangkah pelan menuju tempat Gavin duduk. Ia kemudian menunduk dan mencium pipi kiri pria itu lembut dan mesra tanpa sungkan. "Apa kabar, Gavin?" sapanya ramah tanpa melihat ekspresi  Green yang berdiri di dekat pintu.

Green tampak tegang sesaat sehingga lupa perannya sebagai kekasih Gavin saat itu. Ia tak berkomentar dengan ciuman yang diberikan Keiza untuk Gavin di depan matanya. Padahal jika dirinya adalah kekasih yang sebenarnya, seharusnya ia pura-pura marah karena 'kekasihnya' dicium oleh wanita lain.

Green perlahan menatap ke arah Gavin yang duduk sambil berusaha bersikap tenang dan tak terpengaruh dengan ciuman mesra Keiza tadi. Gavin tiba-tiba mengedipkan matanya ke arah Green, seolah-olah memberitahu Green agar mereka mulai bersandiwara lagi sebagai sepasang kekasih.

"Kenapa kamu datang ke sini, Keiza? Seharusnya kamu ketuk pintu dulu sebelum masuk. Bikin kaget orang saja jika datang mendadak seperti ini," tegur Gavin tak suka sambil berusaha bersikap wajar dan biasa saja. Ia tahu, sekretarisnya tak akan berani melarang Keiza masuk ke ruangannya, karena semua karyawan lama Mix tahu jika mereka dulu memiliki hubungan spesial. Keiza bahkan bisa dengan mudah memasuki kafe Mix dan office-nya karena semua karyawan menghormatinya sebagai kekasihnya.

"Jangan emosi seperti itu. Aku memang mendengar sedikit pembicaraan kalian tentang pinjaman uang yang kamu berikan pada Green," ucap Keiza dengan bibir tersenyum. "Aku juga baru tahu jika hubungan kalian masih baru. Kudengar dari salah satu staf-mu, ternyata Green salah satu karyawan baru di sini," lanjutnya dengan wajah menyelidik ke arah Gavin.

"Dengar, Keiza. Kumohon kamu jangan bilang siapapun di sini, kalau aku dan Green punya hubungan. Oke?" pinta Gavin dengan nada suara serius. "Selama ini kami merahasiakan hubungan kita demi kebaikan semuanya."

"Tak masalah. Tak perlu khawatir. Lagipula semua karyawanmu di sini, menganggapku masih kekasihmu, bukan Green," jawab Keiza dengan senyum tipis saat melihat kekhawatiran di wajah Gavin. "Aku paham hubungan kalian masih sangat baru sehingga masih tahap awal saling kenal. Tapi ngomong-ngomong, kenapa wajah kalian jadi tegang seperti itu?" tanyanya heran.

"Itu hanya pikiranmu saja," sahut Gavin tanpa senyum sedikitpun.

"Hubungan kalian masih baru, tapi sudah berani terikat dengan sejumlah uang yang tak sedikit?" tanya Keiza heran sambil menatap satu-satu ke arah Gavin dan Green bergantian dengan wajah curiga.

"Apa kamu tak ingat, saat kita masih berhubungan awal, aku juga mengirim uang untuk kedua orang tuamu yang terlilit utang dan meminta tolong padaku dengan meminjam uang padaku dengan jumlah tak sedikit, lebih dari yang kuberikan kepada keluarga Green. Dan sampai sekarang, aku tak mengharap uang itu kembali, walau orang tuamu berjanji mengembalikannya saat itu," jawab Gavin dengan wajah dingin. "Apakah sekarang aku salah membantu kekasihku yang sedang menghadapi kesulitan?" tanya Gavin ke arah Keiza dengan senyum miring.

Keiza terdiam mendengar kata-kata Gavin dan teringat uang pinjaman orang tuanya dulu  kepada Gavin dengan nilai tak sedikit. Mantan kekasihnya itu tanpa banyak berpikir, langsung transfer ke rekening ayahnya sebesar 500 juta rupiah.

"Oya, apa Aryo tahu kamu datang ke sini?" tanya Gavin dengan wajah menyelidik ke arah Keiza. "Kamu harusnya memberitahunya jika kamu datang ke sini. Dia itu tunanganmu."

"Tak usah khawatirkan soal dia." Keiza menjawab enteng sambil menepuk bahu tegap Gavin. "Sekarang jelaskan padaku, apa yang harus kulakukan untuk membantu Green?" tanya Keiza kemudian.

"Benar kamu ingin membantuku?" tanya Gavin meyakinkan sekali lagi dengan wajah sedikit curiga.

Keiza mengangguk pelan. "Tentu saja."

"Oke. Jika kamu sungguh ingin membantu kita berdua, kamu jelaskan pada kedua orang-tua Green, jika uang bantuanku itu berasal dari kamu dan aku selaku teman baiknya dengan pinjaman tanpa bunga dan pengembaliannya bisa dicicil," jawab Gavin ke arah Keiza.

Keiza menatap Gavin lalu mengangguk pelan. Mereka saling berpandangan dengan tatapan penuh arti.

Melihat mereka berdua saling tatap seperti itu, membuat Green yang sedari tadi berada di ruangan itu merasa tak nyaman. "Maaf, aku permisi dulu, silakan kalian berbicara berdua agar lebih enak mengobrolnya," pamit Green pelan dan bergegas melangkah keluar menuju pintu.

Belum sempat Green menyentuh gagang pintu, tiba-tiba sosok Gavin bergegas melangkah mendahuluinya. Pria jangkung itu langsung menahan daun pintu dengan tangan kanannya, saat Green hendak membuka pintu. Green otomatis melihat ke arah Gavin yang menunduk menatapnya dengan tatapan tajam. Bibirnya sedikit mengerut dan matanya yang dalam tampak menyipit. Green tak bisa menyelami arti tatapan Gavin untuknya....

***


DEAL WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang