13. AKTING CINTA

1.1K 112 4
                                    

Tanpa bisa menghindar, bibir Gavin mendarat di bibir Green layaknya seorang kekasih sungguhan. Green kaget sesaat dan hanya bisa berdiri kaku karena tak siap dengan perlakuan mesra Gavin saat itu. Ia tak menduga sama sekali, jika Gavin akan nekad melakukannya.

"Terima kasih sudah mau mengerti," ucap Gavin sambil menjauhkan wajahnya dari wajah Green. Ia kemudian mengelus rambut panjang Green dengan lembut, tanpa memperhatikan wajah Green yang memerah karena malu dan tegang karena kejadian singkat yang dialaminya barusan.

Perlahan Green mundur dan melangkah pergi meninggalkan Gavin dan Keiza dengan perasaan bercampur aduk. Rasa malu dan gugup semuanya jadi satu saat itu juga. Ia benar-benar tak menyangka Gavin berani melakukan ciuman mendadak seperti itu. 'Aaaah...!' jerit Green dalam hati dengan keras. 'Dia berani menciumku di depan orang lain! Pak Gavin, kamu... kamu? Aiiish!" makinya dalam hati dengan gondok.

Green ingin sekali berteriak sekerasnya untuk melepas perasaannya saat itu juga. Dan kalau boleh, ia ingin sekali menimpuk muka Gavin sekerasnya!

***

Tak lama setelah Green menjauh, dan memberi waktu luang untuk mereka berbicara, Keiza menatap Gavin dengan tatapan sendu karena mendapati pria itu berdiri dengan sikap acuh. Selama ini Gavin selalu mempunyai tempat khusus dihatinya. Keiza terpaksa mengakhiri hubungan mereka karena orang tuanya telah menjodohkan dirinya dengan Aryo, anak salah satu pengusaha kaya raya di Jakarta di bidang dealer mobil. Perusahaannya banyak dan sebagian besar berkaitan dengan bidang otomotif.

"Tega sekali kamu memperlihatkan kekasih barumu di sini? Ditambah kajadian barusan tadi?" protes Keiza dengan suara terluka. "Begitu mudahnya kamu berpaling ke gadis lain. Kamu jahat, Gavin!"

Gavin hanya tersenyum dengan wajah sinis menatap ke arah Keiza. Ia tak menduga respon Keiza akan seperti itu saat ia datang bersama Green. Ia telah membuat mantan kekasihnya itu begitu emosi. "Dia kekasihku. Kamu tahu sendiri jika aku sudah memutuskan menyukai seorang gadis, aku pasti akan sungguh-sungguh bersamanya. Tak ada salahnya kan, aku menunjukkan rasa sayangku seperti tadi?" jawab Gavin santai dengan wajah puas karena Keiza terpengaruh dengan kehadiran Green bersamanya.

"Kamu dulu tidak seperti itu," sahut Keiza heran. "Dulu kamu paling tidak mau kedekatan hubungan kita dilihat orang lain. "Kamu sudah jauh berubah, Gavin."

"Tentu saja aku akan terus berubah karena hidup itu proses, penuh pelajaran dari kejadian baik atau buruk. Jika buruk, pastilah kita akan berubah dengan harapan lebih baik dari sebelumnya," sahut Gavin dengan mata menyipit ke arah Keiza. "Dan sekarang aku sedang jatuh cinta dengan kakasihku sekarang. Hubungan kita masih sangat baru. Wajar kan kalau aku mengekspresikan rasa cintaku padanya seperti tadi. Namanya juga lagi jatuh cinta," jelas Gavin santai dengan wajah penuh percaya diri.

Mata Keiza yang indah terlihat berkaca-kaca saat menatap sikap Gavin yang mengacuhkannya tanpa ada lagi tatapan penuh perhatian seperti dulu. Keiza hanya mendapati wajah dingin tanpa senyum. "Aku tak bisa berbuat apa-apa untuk menolak perjodohan itu. Masa depanku sudah diatur oleh kedua orang-tuaku. Mereka selalu menentang hubungan kita. Aku sudah berusaha membujuk mereka agar menerimamu, tapi tetap tak bisa," jelas Keiza jujur sambil berusaha menahan tangis. "Jika saja kamu mengikuti saranku, untuk berbaikan dengan ayahmu dan meneruskan perusahaan konveksi besar milik keluargamu di Tangerang dan tidak bersikukuh membangun usahamu sendiri. Hubungan kita pasti akan disetujui orang tuaku. Apalagi kudengar ayahmu membuka pabrik baru di Jogja yang luasnya melebihi yang di Tangerang."

Gavin tersenyum miring dan raut wajahnya tampak geli mendengar kata-kata Keiza. "Hubungan itu tak didasarkan hanya dengan materi semata, kita manusia juga punya rasa. Hubungan itu dibangun karena kecocokan dua pribadi saling melengkapi. Dan untuk hubunganku dengan ayahku, berarti selama ini kamu tak pernah memahamiku akan masalahku dengan ayahku. Kenapa aku memang belum ingin meneruskan usahanya?" jawab Gavin heran. "Dan lagi, aku memang ingin  membangun bisnisku sendiri, jauh dari bantuan siapapun, termasuk ayahku. Aku ingin bekerja dengan keras, bebas dan terus belajar. Mungkin kita memang harus begini. Kamu bersama Aryo dan Green bersamaku," jawab Gavin lirih. "Maaf, kami harus pulang sekarang. Sampaikan salamku pada orang tuamu," lanjut Gavin sambil melangkah pergi tapi tangan Keiza menahan lengan kanannya.

DEAL WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang