Kembalinya Masa Lalu 2/5 : bagian 2

15 11 23
                                    

«∞»
𝚆𝚎 𝙷𝚊𝚟𝚎 𝙲𝚊𝚜𝚎
«∞»


"Rebbeca, apakah ada tamu yang datang ke kantor Arthur?"

Wanita yang dipanggil Rebecca itu menoleh, "Pak Arthur! sopanlah sedikit, Archer, berapa lama kau bekerja disini dan sopan santunmu itu semakin menurun!" ucapnya.

"Baiklah-baiklah, apa ada tamu yang datang ke kantor Pak Arthur, Rebecca?" Archer mengulang kembali pertanyaan dengan intonasi yang dibuat-buat, menyamarkan rasa kesalnya.

"Ada, aku yang mengatur pertemuan mereka, dan Pak Arthur yang memintanya," ucap Rebecca menatap Archer, sembari menaikkan kacamata yang bertengger di hidungnya.

Archer juga menatapnya, berdecak pelan setelah itu. "Kau tahu siapa mereka?"

"Pak Arthur tidak memberitahu namanya, mereka tiga orang, dua Pria dan satu Wanita, yang terpenting mereka Agent dan mantan Agent FBI!" ucap Rebecca, sembari menata rambutnya yang terurai sampai di bawah bahu.

Archer terlihat gelisah, matanya tak berhenti menatap pada pintu kantor Pak Kepala Arthur yang masih saja tertutup. Dengan berharap pintu itu terbuka lalu Ia dipanggil ke dalam, tetapi tidak kunjung terbuka sampai dua menit kedepan.

Ia menoleh menghadap Rebecca yang masih sibuk dengan rambutnya, berada di belakangnya mengambil satu karet gelang yang ada di meja, menguncir rambut Rebecca dan membuat sanggul kecil dengan rapi.

Rebecca terdiam sampai Archer selesai dengan rambutnya. Mengambil cermin yang biasa digunakan Rebecca di dalam lacinya dan menaruhnya di depan Rebecca.

"Nah, seperti ini terlihat lebih cantik bukan? Terima kasih informasinya, sampai jumpa nanti, Rebecca," ucap Archer dan pergi meninggalkan Rebecca yang masih menatap cermin, seolah ia terlalu terkejut untuk menyadari apa yang terjadi.

Rebecca menoleh mendapati Archer sudah tidak ada disana, ia kembali menatap cermin, memuji dirinya yang terlihat cantik dengan gaya rambut seperti itu, terlihat sedikit semburat merah di wajahnya. "Tinggi, berotot, tampan, matanya indah, rambutnya menawan, perhatian, pandai menata rambut juga, andai Dia milikku, sayangnya Dia hanya mencintai satu Wanita yang tidak pernah peduli padanya."

«∞»


Archer keluar dari lift, ia berada di lantai keempat, mencoba mencari-cari dua orang dengan nama Afsa dan Nindy. Ia tidak terlalu hafal gedung yang satu ini, karena setiap ruangannya akan berbeda dengan kantor pusat disana. Bertanya-tanya pada setiap orang yang lewat terlihat seperti orang kehilangan arah dengan pikiran yang kacau tidak mengerti apa-apa.

Pencariannya berakhir di kamar mandi, tidak mengerti bagaimana perasaannya saat ini, sekarang Ia hanya ingin menemui Afsa maupun Nindy. Jika bisa dua-duanya juga boleh.

Kondisi kamar mandi kebetulan memang begitu sepi, Archer menyalakan keran di wastafel, membasahi wajahnya dengan air, sedikit menepuk-nepuk pipinya sambil melihat cermin di depan.

Ia mencabut plester yang menempel membuat lukanya kembali terbuka, entah dengan apa Nicole memukulnya, luka itu terlihat lebar berada di sebelah kiri wajah dengan memar yang ada disisinya.

Lima menit Ia terdiam di sana, sampai seseorang membuka pintu dengan perlahan, mengintip kesana kemari mendapati hanya Archer dan dirinya yang ada disana.

"Archer … apa kau baik-baik saja? Ada beberapa orang yang bilang kau mencariku dan Nindy, dan ada yang melihatmu pergi ke kamar mandi, jadi aku menyusul kemari, apa yang terjadi padamu?" tanyanya dengan mengajukan pernyataan.

Archer mematikan keran, menoleh melihatnya, "Afsa! Syukurlah kau disini, aku--" ucapan Archer terpotong.

"Apa kau baik-baik saja, Archer?" tanya Afsa kembali.

Archer hanya diam, Ia tidak terlalu mengerti apa yang ditanyakan Afsa.

"Kau … menangis?"

Mereka terdiam, keheningan membuat semua ini begitu membingungkan, suara tetesan air keran di wastafel menambah kesan yang mencekam.

Afsa menutup pintu dengan rapat, mulai melangkah perlahan mendekati Archer yang hanya mematung diam, "Katakan padaku, apa yang menjadi beban di pikiranmu?" suaranya begitu kecil, hampir tak terdengar dengan jelas.

Archer tak kuat menahan tubuhnya yang lemah, Ia butuh pundak untuk menopang dirinya, memeluk Afsa menenggelamkan wajahnya di pundak Afsa.

Archer terisak disana, jarang sekali ia mengeluarkan air mata, apa yang membuat sosok Archer menangis sesenggukan di pundak seorang wanita. Afsa membalas pelukannya, mengosok perlahan rambut pirang kecoklatan Archer.

"You, one of two people I trust here."

.

"I, Agent Jack Archer."

.

"Assigned to uncover the secrets within EGH."

.

"My real name is Peter Jones Anderson."

.

"It's been four years, and I ignored that order."

.

"They, will kill me, or even make EGH a bad bureau!"

.

"And I, still want to meet my brother I just met!"

.

"My family, almost 20 years I haven't seen them."

.

"Don't tell this to anyone!"

«∞»

"Dia penyusup?"

"Aku menyukainya saat pertama bertemu, pertemanan kami hanya beberapa hari saja?"

"Tidak semua bisa dianggap teman! Kau ingat soal perkataannya di bandara?"

"Aku tidak percaya ini, selama ini ... Aku mencoba untuk mempercayainya tapi ternyata dia hanya sampah yang ingin menghancurkan EGH?!"

"Tunggu, kalian percaya begitu saja? Tidak mungkin Dia melakukan hal yang seperti itu!"

"Sudah ada buktinya, Nona, dokumen ini, surat-surat pernyataan, bahwa Dia memang seorang penyusup diantara kalian, buronan yang menyamar!"

"Dia sudah empat tahun disini, tidak ada yang terjadi!"

"Itu hanya kedok belaka."

"Tangkap Dia setelah kasus berlian ini selesai!"

«∞»
𝚆𝚎 𝙷𝚊𝚟𝚎 𝙲𝚊𝚜𝚎
«∞»


Bersambung ....

Archer, ... mana yang benar?!
Mereka akan segera menyelesaikan kasus penyelundupan berlian tersebut, bagaimana nantinya hubungan Ezra dengan snake gangster?

Lalu bagaimana dengan Archer? Apa dia akan menjadi buronan Nicole, Chalisa dan Mr. Morgan? Atau bahkan ia akan mengalami tuduhan-tuduhan lain atas dirinya.

Oke best tai, lihat di chapter selanjutnya ya!

Pengen banget dapat bom pembaca dan bom vote, apalagi di komen 🙃

Terima kasih atas kunjungan Anda. Sampai jumpa

Salam_ Keisha Adira 🙃

We Have Case ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang