Bab VII | This is Our Case : bagian 5

4 5 9
                                    




«∞»

𝚆𝚎 𝙷𝚊𝚟𝚎 𝙲𝚊𝚜𝚎

«∞»







Tetapi sayangnya ditengah perjalanan, suatu hal terjadi, motor mereka tiba-tiba berhenti ditengah jalan, untungnya Diez segera turun dan membawa motornya ke tepi jalan.

Diez membuka jok motornya mengecek tangki bensinnya, sial sekali mereka kehabisan bensin bahkan belum sempat mendapatkan seblaknya Risa.

Diez menengok kesana-kemari tengah mencari pom bensin terdekat, atau setidak-tidaknya pom bensin mini yang ada disekitar sini.

"Why?" tanya Ezra melihat tangki bensinnya.

Diez tidak menjawab pertanyaan Ezra, ia yakin Ezra sudah paham jika melihat kondisi tangki bensin motor yang kosong. Sepertinya Diez baru mengingat sesuatu, ia langsung menutup jok motornya dan menyorong motornya pergi dari sana.

"Come on Ezra!" ajar Diez.

Ezra membantu mendorong motor Diez, tentu mereka mencari pom bensin mini, Diez baru saja ingat tempat pom bensin mini yang ada disekitar sini, dalam hatinya ia berharap pom bensin mini itu masih buka sampai sekarang karena dia sendiri sudah lama tidak disini. Mungkin sekitar dua tahun yang lalu.

Hampir masuk ke perkampungan, ada sebuah rumah yang membuka pom bensin mini di depannya, Diez dan Ezra bersyukur dalam hati karena mereka akhirnya menemukan penjual bensin terdekat.

Diez segera membenahi motornya dan meminta Ezra untuk terlebih dulu memanggil penjualnya di dalam rumah.

"How?" tanya Ezra.

"You just scream 'Beli bensin'!" jawab Diez sembari membuka jok motornya.

Ezra segera mendekati pintu rumah itu. "BELI BENSIN," ucapnya berteriak, tidak ada sahutan dari rumah Ia berteriak lagi dua kali.

"HALLO, BELI BESIN, BLI BESIN!"

Sayangnya dia sedikit salah mengucapkan kata-kata itu.

"Iya bentar!" suara itu terdengar dari dalam rumah, suara perempuan lalu pintunya perlahan terbuka.

"Kenapa bang?" tanya perempuan berpakaian tertutup itu, terlihat sangat cantik dan rapi, ia juga mengenakan kacamata yang bertengger di hidung peseknya.

"Mau beli bensin?" tanyanya pada Ezra tanpa menatap wajahnya sedikitpun.

Ezra 'tak terlalu paham, tetapi ia jelas tahu bahwa perempuan itu berkata tentang 'beli bensin', jadi ia mengulangi kembali ucapannya.

"Beli bensin." Dengan nada pelan tentunya.

Perempuan itu langsung mengambil sandalnya yang ada di atas rak, dan pergi kedepan diikuti Ezra. Diez sedikit menyingkir dari motornya agar perempuan bisa itu mengisi bensinnya.

"20 ribu aja, mbak," ucap Diez.

"Iya mas," jawab perempuan itu mulai proses mengisi tangki bensinnya. Terlihat ia sedikit-sedikit mencuri pandang ke Diez dan Ezra.

"Diez ya?" tanya perempuan itu sedikit mendongak menatap Diez.

"Iya, kok tahu?" tanya Diez cukup terkejut.

"Lupa? Ini Tasya loh, kita satu kelas pas SMP dulu, terus kamu pindah ke Jakarta," ucap perempuan itu dengan nama Tasya, ia tersenyum manis padanya.

Diez juga ikut tersenyum, sepertinya dia lupa tentang teman sekelasnya itu. "Oh, iya, maaf lupa, beda banget sih," ucap Diez.

We Have Case ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang