Bab VII | This is Our Case : bagian 4

14 4 4
                                    


«∞»

𝚆𝚎 𝙷𝚊𝚟𝚎 𝙲𝚊𝚜𝚎

«∞»







"Going for a walk? There's nothing we can do at home, I also want to see how Indonesia is here," ucap Ezra menutup laptopnya.

Diez terlihat memikirkan itu. "That's fine, I'll borrow the motorbike again, come on!" Diez dengan cepat keluar dari kamar dan pergi ke dapur.

Ia menghampiri Tante Mila yang sedang duduk di lantai memotong sayuran hijau, itu terlihat seperti kangkung. Diez berjongkok dan tersenyum pada Tante Mila.

"Tantee, Diez minjam motor nya lagi ya?" tanya Diez.

"Mau kemana?" tanya Tante Mila balik.

"Diez mau jalan-jalan sama Ezra," jawab Diez dengan nada membujuk tantenya agar ia di pinjamkan motor.

"Isiin bensinnya loh, jangan jauh-jauh nanti nyasar, kamu kan udah lama nggak kesini," ucap Tante Mila.

"Nggak nyasar kok kali ini, pinjem ya?" tanya Diez lagi, memastikan ia dipinjamkan motor.

"Iya, hati-hati," jawab Tante Mila.

Diez dengan semangat langsung mengambil kunci motornya di atas meja makan dan segera pergi keluar diikuti Ezra di belakangnya.

"Abang Diez mau kemana?" tanya Risa, kepalanya muncul di balik jendela.

Diez sedikit celingukan mencari asal suara Risa. "Jalan-jalan," jawab Diez menaiki motornya.

"Ikuutt," ucap Risa merengek.

"Nggak boleh, kamu di taruh mana kalo mau ikut, besar gitu," ucap Diez, ia sudah membelokkan sepedanya bersiap pergi.

"Aku nggak besar tahu, aku duduk di tengah juga gapapa kok," ucap Risa.

"Bodoh! Duduk aja di ban," ledek Diez lalu menatap Ezra. "Ayo naik," ucapnya.

Tapi jelas Ezra tidak paham, karena Diez menggunakan bahasa Indonesia. Diez menepuk jidatnya sendiri, mungkin ia lupa soal Ezra yang tidak bisa bahasa Indonesia, ia lalu menepuk jok belakangnya sebagai isyarat agar Ezra segera naik.

Begitu Ezra sudah naik dan Diez menancapkan gasnya, Risa tiba-tiba berteriak lagi memanggilnya.

"Abaaang, nitip!" Teriak Risa.

"Apa?" Teriak Diez juga.

"Seblak yang pedes banget satu!" ucap Risa.

"Uangnya?" tanya Diez.

"Bayarin lah bang," jawab Risa nyengir.

Diez menghela napas dan segera pergi menancapkan gasnya dengan cepat, Ezra yang terkejut sedikit terpental ke belakang lalu dengan cepat merangkul Diez agar ia tidak jatuh.

"Damn, do you want me to die?!" Teriak Ezra.

"It's your own fault don't hold on, don't hug me like that!" ucap Diez tersenyum lebar.

"Then, how?" Tanya Ezra.

"Just hold my shirt! But don't tear it, hahaha," ucap Diez.

Ezra ganti menarik kaos Diez di kedua sisinya, itu membuat tubuh Diez terlihat jelas bentuknya dari belakang, untungnya perut Diez tidak bunting, tapi kotak-kotak.

"Where are we going?" tanya Ezra kini matanya juga sudah menyipit karena tertabrak angin jalan, rambutnya juga tersibak angin kebelakang.

"Are you still hungry?" Tanya Diez.

We Have Case ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang