Kembalinya Masa Lalu 4/5 : bagian 1

12 6 6
                                    

«∞»
𝚆𝚎 𝙷𝚊𝚟𝚎 𝙲𝚊𝚜𝚎
«∞»


Bel istirahat berbunyi, seluruh siswa mulai berdesakan memenuhi kantin untuk makan siang. Setiap anak kebanyakan memiliki teman duduk untuk makan siangnya, tetapi untuk anak laki-laki berambut cokelat ini lebih memilih sendirian. Ia hanya fokus untuk memakan bekalnya dengan cepat walau terkadang pandangannya teralihkan kesana-kemari terlihat was-was.

Begitu selesai ia segera pergi dari sana, meninggalkan meja tempatnya makan. Baru setengah jalan, tak sengaja ia menabrak anak laki-laki berambut hitam yang jelas terlihat lebih tinggi darinya sedang menatap ia dengan wajah kesal dan meremehkan.

"Sorry," ucapnya segera pergi.

Tapi lengan kanannya ditarik mendekat, membuat mereka berdua bertatap muka. "Who said you could leave just saying sorry?" ucap anak laki-laki berambut hitam yang lebih tinggi darinya.

"No one," jawabnya.

"Oh, you're the new kid huh? You don't have a father and your mother is crazy! haha, your mother is crazy!" ucap anak laki-laki berambut hitam itu dengan teriakan, hal itu cukup menarik perhatian anak-anak lainnya.

Ia bergeleng cepat, "No! My mom isn't crazy, you know! You'll get beat up if my brother finds out what you're doing!" ucap anak laki-laki berambut cokelat dengan geram.

"What? Sorry, I can't hear you. You're too small for a middle schooler!" Tatapan anak berambut hitam itu sungguh mengejek anak laki-laki berambut cokelat. Ia mencengkram kerah baju anak itu, dan melayangkan tinjunya pada perut anak berambut cokelat.

Anak itu membungkuk memegangi perutnya, itu pasti sangat sakit. Belum reda rasa sakit itu, ia kembali mendapatkan tinju keras pada hidungnya yang kemudian mengeluarkan darah.

"Just keep imagining that brother of yours, idiot!"

«∞»

00.27

Udara dingin menyerobot masuk melewati celah-celah pintu, keadaan rumah begitu sunyi, tak terkecuali suara hujan yang terdengar deras di luar, serta dentingan cangkir yang bertabrakan dengan sendok di dapur. Archer dan David tengah duduk pada satu sofa, kedua hanya diam tak bicara. Malam semakin larut, tetapi mereka masih terjaga.

"David," panggil Archer tanpa menatap adiknya itu.

"Ya?" tanggap David sedikit menoleh.

"Sorry to bother you," ucap Archer menoleh.

David mengangkat sebelah alisnya, "There's nothing to apologize for, Archer," ucapnya. "I should be the one apologizing, I can't help you. We can't spend our childhood together."

"Yeah, I can't help you either, we can't spend our childhood together," ucap Archer. Ia merentangkan tangannya, "Come here."

Seolah tenggelam dalam dekapan, keduanya sama-sama mengelus rambut dan punggung menyalurkan kehangatan, mulai menghapuskan rasa rindu satu sama lain. Sampai sudut pandang Archer menangkap sebuah nampan berisi tiga cangkir teh diletakkan diatas meja, ia melepas dekapannya.

Ilona sudah duduk di sofa seberang mereka, menyuguhkan segelas teh yang masih panas.

"Minumlah."

David mengambilnya, begitu pula dengan Archer, "Terima kasih, Ilona," ucap David.

"Bagaimana kondisimu, Archer?" tanya Ilona.

"Aku baik-baik saja," jawab Archer.

"Maafkan aku sempat benar-benar tidak mempercayaimu. Aku bahkan sama sekali tidak membelamu bahkan dengan mudah mempercayai mereka. Apa kau bisa memaafkan hal itu Archer?" ucap Ilona.

We Have Case ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang