Bab VII | This is Our Case : bagian 7

8 4 12
                                    





«∞»

𝚆𝚎 𝙷𝚊𝚟𝚎 𝙲𝚊𝚜𝚎

«∞»




Tak lama setelahnya ponselku berdering, ada panggilan masuk dari Ilona. Jujur saja walau dia itu menyebalkan aku juga takut padanya, jadi aku segera mengangkat panggilan darinya.

Tidak kusangka dia akan menanyakan hal itu sendiri padaku, aku jadi cukup bingung menjawab apa.

"Ezra?" Suara Ilona terdengar dari sana.

"Ezra kau disana? Hey, bicaralah! Kau mengirim siapa untuk masuk ke kelompok Morgan?!" Sudah kuduga ia akan bertanya soal itu.

"Hey, kau mendengarkan atau tidak?!" tanyanya.

"Iya, aku mendengarkan," jawabku.

"Kalau begitu jawab sialan!"  Ilona berteriak cukup keras dan aku diam saja masih berpikir bagaimana caranya agar dia tidak marah dan agar aku terdengar tidak takut padanya.

"Ezra!" Bentaknya lagi.

"Tidak bisakah kau bicara dengan baik-baik?" ucapku.

"Lalu kau akan menjawab ku?" tanya Ilona.

"Aku tidak akan menjawabnya jika kau marah," ucapku, sepertinya itu berhasil agar Ilona tidak marah padaku.

"Baiklah aku tidak akan marah, asalkan nyawa orang itu tidak terancam," ucapnya.

"Gita," jawabku singkat.

"Siapa?"

Sepertinya dia pura-pura tidak mendengar. "Aku tidak mengulanginya lagi," ucapku.

"Gita anak baru itu? Kau!"
Ilona marah, itu sudah pasti dari nada suaranya, marahnya lebih besar daripada saat awal panggilan tadi.

"Janji tidak marah kan?" ucapku mengingatkannya.

Tapi Ilona selalu keras kepala. "Tapi kenapa kau tidak membicarakannya dengan kami, dia juga anggota kita!" Dia tetap membentakku.

"Ezra!"

"Kau marah," ucapku tak menjawab pertanyaannya.

"Tidak, aku tidak marah," ucap Ilona.

"Suaramu seperti orang marah, Ilona," ucapku tak mau kalah, sudah jelas Ilona marah.

"Jawab saja, Ezra." Lihat kan, dia memang marah.

"Kenapa kau lama sekali, kau menelpon siapa?" Suara itu terdengar, suaranya berbeda dari suara Ilona tapi terdengar familiar.

"Diamlah!" Itu suara Ilona yang masih marah.

"Siapa itu Ilona?" tanyaku.

"Oh, Ezra ya! Ezra ini aku Adira!" Oh ternyata suara Adira, lucu sekali dia menyapaku.

"Oh, hai Adira!" Sapaku balik.

"Jawab pertanyaanku!" Ilona masih keras kepala ingin mengetahui kenapa aku tidak bicara dengan mereka, padahal seharusnya sudah jelas karena mereka akan marah, atau lebih tepatnya dia yang akan marah.

"Aku tidak akan menjawabnya kalau kau masih-- "

Tittt ….

Ilona sudah mematikan ponselnya sebelum Ezra sempat bicara lagi, karena sudah jelas Ezra tidak akan dan tidak mau menjawabnya.

We Have Case ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang