Happy reading ( ◜‿◝ )♡
🦉🦉🦉
Jam 19.27 Bira bangun dengan tubuh fresh. Rasanya tenggorokannya terasa kering, dia meraih gelas di atas nakas, namun gelas itu kosong jadi mau tidak mau di pun pergi ke dapur.
Membuka pintu kulkas, memejamkan mata sesaat menikmati hawa dingin khas lemari es dua pintu tersebut.
Tangannya meraih sebotol air putih dingin lalu diminumnya air itu hingga tersisa setengah. "Ahhhh seger."Mengusap tenggorokan kemudian menutup pintu
kulkas kembali.Bira menoleh ke ruang tamu, banyak pasang mata yang melihat ke arahnya, salah satunya ayahnya sendiri.
Memang letak dapur dan ruang tamu di rumah ini berada bersebrangan.
"Eh."Bira bengong di tempat. Kenapa dirinya baru menyadari bahwa tamu yang bundanya maksud tadi sudah ada di sana. Ah rasanya Bira malu sekali, berpenampilan seperti ini di depan tamu yang di undang ayahnya.
"Bira sayang ke sini."Panggil Salbia.
Sebelum menghampiri gadis itu merapikan rambut acak-acakan
nya menggunakan tangan.Alan menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, sepasang matanya tak lepas menatap ke arah gadisnya.
"Kenalkan tuan dia putri saya, Salbira."Alan mengenalkan.
"Anak tuan Syahlan cantik ya."Puji rekan bisnis Alan yang datang bersama putra laki-lakinya.
Bira terseyum kikuk. "Makasih atas pujiannya om."Ujarnya di akhiri kekehan. Baju yang Bira kenakan sekarang gambar Doraemon, hal itu mengundang tawa seorang pemuda.
"Ahahahaha Doraemon."Sadar siapa orang yang tertawa Bira pun terkejut.
"Savana?!"Pekik Bira tak percaya. Kenapa pemuda itu ada di rumahnya?
"Kamu kenal sama anak tuan Satya?"Tanya Alan Bira mengangguk.
"Kenal. Dia teman sekelas Bira, Orangnya nyebelin pake banget."Celetuknya.
Para orang tua yang mendengarnya hanya bisa tertawa. Kenapa rasanya dunia terlalu sempit? Dimana-mana Bira harus bertemu dengannya.
"Baguslah, putra putri kita sudah kesal satu sama lain, mungkin kita juga harus memperseriuskan hubungan keluarga kita kedepannya tuan."Kata tuan Satya-papanya Savana terseyum sesekali melirik ke arah putranya tajam."Malu-maluin."
Maksudnya apa? Bira tidak mengerti.
°°°•••
Sekarang Bira, Aril, dan Savana berada di taman belakang rumah. Aril dan Bira menatap pemuda yang duduk di depan mereka tajam.
"Ngapain si liatin gue kayak gitu? Gue tau kok, gue ganteng. Sirih tau gak di liatin kayak gitu."Celetuk Savana dengan kepedean tinggat tingginya.
Aril memutar bola mata malas. "Gantengan juga gue, pede banget lo."
"Bener. Gantengan juga Aril."Bira merangkul pundak Aril, menyetujui ucapan pemuda itu.
"Muka datar kayak tembok aja bangga."Cibirnya membuat Aril geram. "Kenapa? Gak suka?"
"Kamu nyebelin!"Gerutu Bira.
"Tau tuh, nyebelin banget. Muka ganteng gue di katain datar kayak tembok."Aril mendengus kesal menatap Savana tajam.
"Maaf tuan muda, tuan muda dipanggil tuan."Salah satu pelayan datang di sela-sela kegaduhan
ketiga anak remaja itu.Aril pergi dengan perasaan kesalnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
SALBIRA
Random∆Mohon jangan Plagiat!. [Sequel •Istri kampung ku•!] Alan dan Salbia tidak pernah menyangka jika anak-anak mereka memiliki kemampuan istimewa yang membuat mereka di incar oleh para pemuja ilmu hitam untuk membangkitkan ratu mereka yang telah lama me...