[11] Melayang bukan layang-layang

667 78 2
                                    

VOTE. KOMEN. SHARE

HAPPY READING~

🦉🦉🦉

Sesampainya di kampung Mekar endah kedatangan mereka di sambut oleh Abah Javid dan Ambu Siti.

Wanita berkebaya krem dengan rambut di sanggul memeluk kedua cucunya sebagai rasa rindunya.

"Cucu nenek sudah besar ya. Perasaan dulu pas ketemu masih kecil, masih
di gendong sama ceuceu."

Bira dan Aril menanggapi perkataan nenek mereka dengan senyuman.

"Bira kan makannya banyak, jadi cepet besar."Ujar Bira di akhiri tawa.

Abah Javid memeluk cucu laki-lakinya."Gimana sehat?"

"Sehat, kek."

"Kakek gimana? Sehat?"Balik tanya Aril.

"Sehat Alhamdulillah."

"Sekarang kamu sudah tumbuh jadi remaja."Tepukan pelan di pundak Aril rasakan."Tumbuh jadi pria baik ya."

Cowok itu menganguk. "paman Azril mana, kek?"Menyadari pamannya tidak ada Aril pun bertanya.

"Di kebun, biasa."

"Asalamualaikum."Satu laki-laki muda masuk ke dalam rumah, meletakan cangkul di sisi pintu. Dibelakangnya ada satu perempuan cantik berkebaya biru mengikutinya.

Sepasang matanya melihat satu persatu wajah orang yang selama dua tahun terakhir ini tidak datang ke sini. Senyumnya merekah ketika melihat sosok kakak perempuannya.

"Ceuceu!"Panggil Azril berlari memeluk Salbia. "Ceu, kenapa jarang datang ke sini? Ceuceu tau, Abah sama Ambu kangen banget sama ceuceu. Termasuk adik ceuceu ini."

Adiknya sudah tumbuh menjadi laki-laki dewasa yang tampan dan gagah perkasa. Terlihat dari otot tangannya yang membentuk, seperti tangan suaminya yang sering dilatih.

Salbia terseyum, tangannya mengusap kepala sang adik. "Maaf ya."Hanya itu yang bisa Salbia ucapkan. Bukannya ia tidak mau berkenjung ke tempat kelahirannya atau tidak merindukan semua orang yang ada di tempat ini. Namun dua tahun belakangan ini tahun merah yang tidak memperbolehkan kedua anak kembarnya pergi jauh dari rumah, itu salah satu larangan yang diucapkan seorang nenek yang
sering muncul di mimpi Salbia.

"Udah punya calon?"Pertanyaan Salbia membuat Azril terdiam sejenak. Kedua matanya tertuju pada sosok perempuan cantik berkebaya biru yang berdiri tidak jauh darinya.

"Ada."

Mendengarnya Salbia terseyum senang. "oh ya? Dimana dia sekarang? Ceuceu mau lihat dia perempuan kayak gimana. Cantik atau enggak."

Azril menunjuk dengan lirikan mata. Salbia mengerti lalu melangkah mendekati wanita berkebaya biru.

Dilihat dari atas sampai bawah perempuan ini sungguh terlihat cukup sempurna. Salbia sangat setuju jika adik laki-lakinya menikah
dengan wanita cantik ini.

"Nama kamu siapa?"Tanya Salbia dengan senyum manisnya.

"Cici."Jawab perempuan itu malu-malu.

"Calonnya Azril ya?"Goda Salbia.

Pipi perempuan itu merona, dia terseyum dan mengangguk. Tiga minggu yang lalu Azril datang ke rumah dan melamarnya, mereka akan menikah kurang lebih dua minggu kedepan, di waktu yang tepat.

°°°•••

Entah kenapa Bira merasa ada aura aneh saat berdekatan dengan wanita yang ia kenal sebagai calon bibinya.

SALBIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang