[31] Orang tua Gea

489 80 7
                                    

Di ruang keluarga Aril, opa Firman, dan Alan tampak serius menonton acara sepak bola di temani beberapa camilan serta minuman kaleng.

Kompak memakai kaos tim sepak bola yang mereka dukung. Kepala Aril di ikat oleh sebuah tali merah putih.

Memasukkan popcorn ke dalam mulut, matanya tidak beralih dari layar televisi.

"Tim A pasti menang! "

"Pasti, mereka selalu menang."Sahut Opa Firman meminum kaleng soda yang ada di tangannya kemudian menyembunyikannya di sisi meja. Takut ketahuan sang istri, Oma Tasya.

Saat bola yang tim mereka dukung berhasil masuk ke dalam gawang, ketiganya spontan berteriak heboh.

"GOL GOL GOL!"

"GOOOOLLL!"

"TUH, KAN APA OPA BILANG!" Opa Firman melempar kaleng soda kosong
ke sembarang arah. "GOL!"

"Ada apa ini kok berisik banget?"Seru Oma Tasya dari arah lift bersama Salbia di belakangnya.

Terseyum merengah, Alan berdiri hendak berlari menghampiri istri tercintanya.

"ISTRIKU SAYANG!"

Aril mencibir pelan, terkadang ayahnya itu terlihat seperti anak
kecil ketika bersama bundanya.

"YOUR HUSBAND IS COMING!"

Brug!

Alan terjatuh. Punggungnya terasa patah. Semua orang yang melihatnya sontak berlari menghampiri dan membantu Alan berdiri. Terkecuali  Opa Firman yang malah tertawa di tempat, si pelaku pelempar kaleng.

"Aduh pinggangku!"Pekik Alan kesakitan. Salbia berjalan cepat menghampiri suaminya dengan satu tangan terus memegang pinggang.

Ingat, Salbia sedang hamil muda.

Melihat suaminya yang sedang kesakitan Salbia menyuruh beberapa pembamtu pria untuk memapah Alan ke kamar dan membaringkannya.

"Bagian mana yang sakit, yah?"Tanya Bira duduk di tepian ranjang Alan.

"Punggung, sakit banget."

"Kenapa bisa jatuh coba?"

"Lari, kayak anak kecil."Cibir Aril.

Alan meliriknya tajam. "Kamu itu anak ayah bukan? Julit banget."

Salbia tertawa kecil. "Ya anak ayah atuh, masa anak tetangga."

"Sebentar lagi mas Aldo datang."Sambungnya.

"Sayang, catit."Bibir Alan melengkung ke bawah, ekpresinya terlihat menyedihkan. Bergidik Aril dan
Bira melihatnya. So lucu sekali.

"Ulu-ulu, tayang aku catit." Respon Salbia memonyongkan bibirnya, membenarkan posisi bantal sang suami agar terbaring nyaman.

Bira dan Aril saling melirik.

"Bucin mode on."ujar mereka bersamaan.

°°°•••

"Kak Al percaya nggak sama kata ini Dua jiwa, satu raga?"

Mendengarnya Al terdiam sesaat sambil menutup perlahan buku yang sedang dia baca.

"Semacam reinkarnasi?"

"Reinkarnasi?"Lirih Bira bingung.

"Kenapa?"Al bertanya.

Bira menggeleng."Enggak, Bira cuma tanya doang kok."Jawabnya. Padahal Bira sendiri masih bingung dengan apa yang sudah terjadi kepadanya akhir-akhir ini. Apalagi saat bertemu pria bermata mata merah yang mengaku sebagai cinta lamanya.

SALBIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang