"Aku mencintaimu Audelina."
"Aku lebih mencintaimu Delion."
Dibawah langit senja sepasang kekasih yang sedang di mabuk cinta duduk berduaan di ayunan pohon.
Ladang yang dipenuhi berbagai macam bunga menjadi tempat
favorit mereka bertemu. Meskipun hari sudah menjelang sore, burung-burung kecil masih berterbangan, kicauan mereka semakin mengindahkan suasana.Mengusap rambut pirang wanita di sampingnya penuh cinta, dari segi wajah wanita itu pun terbilang sangat cantik. Satu yang paling dia sukai dari kekasihnya itu, yaitu matanya yang menurutnya sangat indah, bahkan selama ratusan tahun dia hidup, dia tidak pernah melihat mata indah seperti yang dimiliki kekasihnya.
"Ada satu pribahasa mengatakan jika cinta berasal dari mata turun ke hati. Awalnya aku tidak mempercayai pribahasa itu, namun setelah bertemu denganmu, aku mulai percaya jika dari mata bisa menimbulkan sebuah rasa cinta."Ujarnya lalu mengecup kening sang wanita beberapa detik.
Audelina hanya tersenyum. Mungkin saat ini mereka memang saling mencintai, akan tetapi di sisi lain perbedaan keduanya membuat cinta mereka tidak di restui dan bahkan di tentang keras oleh dua belah pihak.
Delion memetik satu bunga, niat hati ingin memasangkan sepucuk bunga itu di rambut Audelinea, sang bunga malah layu begitu saja di tangannya.
Ada rasa malu dan sedih di hatinya. Bunga layu yang baru dia petik itu menyadarkannya arti perbedaan.
Sadar jika kekasihnya merasa sedih Audelina langsung menggenggam tangannya.
"Aku lupa menyiramnya." Ucapan ringan terdengar lembut itu membuat Delion kembali terseyum.
"Bisakah kau berjanji padaku jika kita tidak akan berpisah dan akan terus bersama seperti ini?"Tanya Delion tiba-tiba, matanya penuh harap jika mereka berdua akan terus bersama.
"Jujur, saat ini aku ragu untuk menyetujui perjanjian mu itu."Mendengarnya genggaman tangan Delion sedikit turun.
Menyentuh wajah tampan kekasihnya, Audelina pun berkata,
"jika aku pergi dari dunia ini, dan memintamu untuk mencariku di dunia lain, apakah kau bisa?"
°°°•••
Karena ilmu kebalnya meskipun sudah kehilangan banyak darah ki Acen dinyatakan masih hidup. Sekarang pria gila itu sudah di bawa ke kantor polisi dan akan di hukum seberat-beratnya, melihat sebanyak apa tengkorak manusia di gubuk.
Mendengar kabar itu membuat Bira menghela nafas lega. Kenapa begitu? Karena jika ki Acen meninggal, maka Savana yang dijadikan tersangka utama oleh polisi akan di masukkan kedalam penjara atas tindakan pembunuhan. mungkin itu akan membuat Bira sangat bersalah.
"Aku menemukanmu, Audelina"
Kata itu terus terngiang-ngiang di isi pikiran Bira. Semalam Bira bermimpi bertemu dengan seorang laki-laki tampan bertubuh tegap dan tinggi, pemilik mata merah, semerah darah.
Di dalam mimpinya bukan hanya ada laki-laki itu saja, ada juga beberapa makhluk bersayap serta bertelinga runcing, tubuh mereka agak kecil dan pendek jika di bandingkan manusia.
"Twilight queen. "Panggil mereka bersamaan. yang diartikan Ratu senja.
Membuka kedua mata bersamaan deru nafas tidak beraturan. Detak jantung nya berdebar kencang.
"Sebenarnya siapa Audelina?"Lirih Bira memposisikan diri duduk menyandarkan punggung.
"Hem? Kamu udah bangun sayang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SALBIRA
Random∆Mohon jangan Plagiat!. [Sequel •Istri kampung ku•!] Alan dan Salbia tidak pernah menyangka jika anak-anak mereka memiliki kemampuan istimewa yang membuat mereka di incar oleh para pemuja ilmu hitam untuk membangkitkan ratu mereka yang telah lama me...