[40] Akhir dari segalanya

731 76 1
                                    

Memilih hidup namun di lupakan atau mati di ingat?

Sulit baginya untuk memilih. 

°°°•••

Suasana di dalam rumah sangatlah suram, banyak manusia berjubah hitam sedang melakukan suatu ritual sesat. Kedua tangan Erlin di ikat tinggi-tinggi, mengenakan jubah putih, mulutnya rapat tidak bisa berbicara. Erlin terpilih menjadi tumbal Ratu Meycin selanjutnya, karena Ratu Meycin membutuhkan banyak darah perawan untuk memulihkan separuh kekuatannya.

Sempat Aril berniat menolong Aunty Erlin, akan tetapi liontin yang ia cari-cari tidak ada di kamar Bira, sampai akhirnya Aril malah diikat.

"Apa yang bisa kau gunakan untuk melawanku, Hah?!"Ratu Meycin terseyum miring, menghempas wajah Aril kasar sampai menoleh ke kanan.

"Darah perawan dan perjaka hahaha"

"Lanjutkan Ritual!"

"Baik Ratuku."

Para manusia berjubah hitam mulai membaca suatu mantra, tidak lama sebuah kekuatan seperti akar hitam muncul mengelilingi Aril dan Erlin.

Satu perwakilan pemuja sekte  melangkah maju mendekati Erlin, terlihat dia membawa sebuah pisau berkarat serta mangkuk perak kecil.

Berteriak dalam diam, Erlin merasakan rasa sakit yang teramat luar biasa bahkan sampai pingsan sebelum dihampiri pemuja sekte.

Tidak merasa kasihan melihat Erlin yang kini sudah jatuh pingsan, tanpa basa-basi satu perwakilan pemuja itu menyayat pergelangan tangan Erlin.

Tawa Ratu Meycin menggelegar melihat tetesan darah segar masuk ke dalam mangkuk perak persembahan.

Aril mencoba memanggil Aunty nya, namun mulutnya terasa rapat.

"Emmm!!!"

Situasi semakin tidak terkendalikan.
Siapa yang akan menolong mereka? Bahkan Opa Firman, Oma Tasya, dan Bunda Salbia nya sedari tadi hanya berdiri seperti patung di kejauhan.

"Ya Tuhan siapa yang akan menyelamatkan kami dari makhluk yang menguasai tubuh Bira ini? Aku tidak bisa melakukan apapun." Batin Aril bulir bening jatuh melihat tetes demi tetes darah dari pergelangan tangan Erlin. Jika di biarkan Erlin akan kehabisan banyak darah, itu akan membahayakan nyawanya.

Tiba-tiba mata Aril terpejam melihat sinar putih menyilaukan yang muncul sendirinya, Para manusia berjubah hitam pun ikut memejamkan mata mereka karena sinar itu bisa saja membuat mata mereka buta.

Berbeda dengan Ratu Meycin yang malah membelalakkan matanya melihat siapa yang dia lihat, agak terkejut makhluk itu terseyum.

"Sudah aku bilang kita akan bertemu lagi, Audelina"."

"Lihat, tubuh ini sudah menjadi milikku. Bukannya kau memilih raga gadis ini untuk di tempati?"

Sosok perempuan bergaun Oren itu terseyum. "Apa yang kau pikirkan dengan merebut raga titisan ku itu? Bukankah tujuan awal muncul ke dunia hanya ingin membunuhku?"

"Itulah sebabnya aku menggunakan raga ini untuk membunuhmu!"

Raga Bira yang masih Ratu Meycin kendalikan berdiri agak jauh dari Audelina—Ratu kencana Senja.

"Katakan, dimana Delion?"

"Aku tidak mau memberitahu. "Mendengarnya membuat Ratu Meycin menggeram.

Sekilas Audelina menatap kearah keluarganya.

"Bunda." Lirihnya melihat Salbia berdiri layaknya patung bersama Opa dan Oma nya.

"SAMPAI KAPAN KAU MENYEMBUNYIKAN SAUDARA KU AUDELINA?!" Teriak Ratu Meycin membuat urat-urat leher Bira terlihat.

SALBIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang