[19] Murid hilang

495 73 4
                                    

Halo, aku up lagi. Double ya!

Vote komen nya jangan lupa(*˘︶˘*)

HAPPY READING~

"Enam bulan lalu ada satu murid bernama Lia yang hilang entah kemana. Kabarnya sampai sekarang murid itu belum ditemukan. Dan sekarang, ada satu murid lagi yang hilang secara tiba-tiba. Apa ada sesuatu di balik hilangnya kedua murid itu?"Ketua kelas 10 Ipa-2 sedang berunding membicarakan desas-desus murid hilang misterius.

Bira memasang telinganya, ingin tau apa yang sedang sekelompok orang itu bicarakan.

"Murid hilang?"

Hari ini Luna tidak masuk sekolah, rasanya Bira hampa belajar tanpanya.

Bira berdiri dari duduknya, hendak pergi ke kantin membeli sesuatu.

Di koridor Bira berpapasan dengan Al. Kebetulan Al ingin pergi ke kelas Bira untuk memberikan susu kotak.

"Mau kemana?"

"Ke kantin."

"Beli ini, kan?"Al memberikan dua susu kotak rasa coklat kesukaan Bira.

Menerima susu kotak itu dengan senang hati. Al selalu tau apa yang dia mau. "Makasih, kak Al tau aja."

"Kayak sama siapa aja bilang makasih."Al mencubit gemas hidung Bira. Bahkan tinggi gadis di depannya hanya mencapai batas dada. Pendek.

"Manusia gak boleh lupa bilang makasih, meski sekecil apapun bantuannya."

Bel masuk sudah berbunyi. Bira bergegas kembali ke dalam kelas.

Mata pelajaran pertama adalah bahasa Indonesia. Guru mapel itu seorang laki-laki muda dan tampan. Bahkan guru muda itu dikabarkan sedang dekat dengan aunty Erlin.

"Saya mau mengulang kembali materi yang mungkin sudah kalian pelajari di bangku SMP, bahkan SD, untuk mengasah kemampuan ingat kalian."

Semua murid memperhatikan guru tersebut. Termasuk murid perempuan yang sesekali senyum-senyum sendiri.

"Oke, saya akan mulai bertanya. Orang yang saya tunjuk harap menjawab, ya? " Pak Aldi terseyum di akhir kalimat, hal itu membuat murid perempuan rela di tunjuk olehnya.

"Kamu yang nggak pakai dasi!"Aldi menunjuk siswa laki-laki bernama Dodi.

"Apa yang di maksud buku fiksi dan non-fiksi?"

Dodi celingak-celinguk, menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Bentar pak guru, saya sedang berpikir sejenak."

Tiga menit Dodi berpikir, tetapi tidak ada jawaban. Di isi kepalanya sekarang hanya ada makanan.

Beberapa murid lainnya meremas tangan mereka, merasa geram dan gemas. Bahkan pertanyaan mudah seperti itu Dodi tidak bisa menjawab.

"Pak maaf, ternyata saya lupa."

Aldi menghela nafas, tatapannya mulai sinis. Percuma menunggu tiga menit, buang-buang waktu saja.

"Izin menjawab pak guru!"Ketua kelas mengangkat tinggi tangannya.

" Silahkan. "

"Buku fiksi adalah buku yang berisi imajinasi, atau karangan penulis. Sedangkan buku non fiksi adalah buku yang berisi kisah nyata, kisah yang benar-benar terjadi di kehidupan."

Acungan jempol ketua kelas terima dari guru tampan berkharisma itu.

"Betul!"

Setelah pelajaran berakhir, Aldi meminta Bira dan Aril membawakan tumpukan buku tugas para murid.

SALBIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang