[16] Saling jaga?

564 74 11
                                    

Up lagi nih(◍•ᴗ•◍)

Vote dan komennya jangan lupa)

HAPPY READING~

Bira merentangkan kedua tangannya ke atas. menikmati semilir angin sore yang menerpa wajah cantiknya.

Al mengendarai motor dengan kecepatan sedang. Gadis yang sedang ia boncengi tidak henti-hentinya menyuruhnya untuk menambah kecepatan laju kendaraan. Sore ini jalanan pun tidak terlalu ramai oleh kendaraan lainnya.

"Lebih cepat kak, Al!"

"Ayo balap sama motor itu!"
Bira berteriak heboh. Gadis itu
menunjuk ke arah motor sepasang kekasih yang sedang bermesraan.

"Pegangan, Ra!"Titah Al. Bira segera melingkarkan tangan di perut Al.

Al mulai menambah kecepatannya. Bira kegirangan saat motor Al berhasil menyusul motor lain.

"Kalian kalah. Hahaha."

"Idih, siapa juga yang balapan?"

"Udah ayang pokus aja."

Al dan Bira yang mendengarnya malah tertawa. Puas mencari angin,
motor Al berhenti di depan kedai mie bakso. Kedai mie itu terlihat banyak pembeli yang sedang mengantri.

"Mau bakso, kan?"

"Mau. Tapi, banyak banget yang beli."

"Gak papa."

Bira mengikuti langkah Al dari belakang. Mereka duduk di salah satu meja yang kebetulan sedang kosong.

Awalnya semuanya memang terlihat biasa-biasa saja, layaknya seperti aktifitas penjual dan pembeli.

Namun saat kedua mata Bira melihat ke arah panci bakso yang dimana di dekatnya terdapat sosok wanita tua dengan lidah panjang menjulur keluar serta mengeluarkan air liur bewarna hijau pekat.

Bakso yang semulanya Bira anggap terlihat enak dan mengeluarkan aroma harum, serta dapat menggoda siapapun orang yang melewati kedai bakso ini pasti menyempatkan diri untuk mencicipinya, kini berubah menjadi menjijikkan. Liur nenek tua itu di aduk bersamaan kuah bakso.

Bira menutup rapat mulutnya. Hal itu membuat Al bingung.

"Kenapa, Ra?"

Bukannya menjawab Bira malah menarik Al keluar dari tempat itu.

"Kenapa keluar? Kakak udah pesen dua porsi bakso tadi."Ujar Al.

"Kak Al, pemilik kedai bakso ini memakai pesugihan untuk membuat kedainya banyak pelanggan."Nafas Bira tidak beraturan. Bira meneguk sebotol air yang diberikan Al tadi.

"Pesugihan?"

"Iya."

Al menelan ludahnya sendiri. Padahal perutnya sudah berbunyi minta di isi.

°°°•••

"Aaa-"

Al membuka mulutnya, menerima suapan nasi goreng dari Bira.

"Gimana? Enak?"

"Enak. Yang ini aman, kan?"

"Aman."Bira mengacungkan ibu jarinya.

Sekarang mereka berdua berada di tukang nasi goreng dekat taman kota.

Meski hari sudah menjelang sore banyak manusia-manusia yang masih berkeliaran di sekitar taman itu.

SALBIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang