Mulutnya dibekap, tubuhnya
bergetar hebat, keringat pun mulai bercucuran. Bira benar-benar
tidak Bira kabur."Tolong Bira, siapapun tolong" Bira berujar dalam hati. Hari sudah malam, mana mungkin ada orang yang bisa menolongnya. Para satpam yang sedang bertugas pun tidak akan mendengar karena mereka sedang nongki di warung kopi. Atas suruhan Hasan saat menjalankan aksinya.
Lampu dalam ruangan tiba-tiba berkedip-kedip, Awalnya Hasan tidak menghiraukan, akan tetapi dia merasa bahunya di cengkram oleh seseorang.
Di ruangan ini hanya ada dia dan murid cantiknya ini. Lalu siapa yang mencengkram kuat bahunya itu? Bahkan rasanya kuku jari seseorang itu mulai menyakiti kulitnya.
Mata Hasan membola ketika melihat hantu murid perempuan yang hanya memiliki satu tangan, dilehernya terdapat bekas gorokan lebar yang hampir membuat kepalanya terlepas.
"Kau harus mati!"
"Kau harus mati!"
Hantu itu berjalan mendekat seiring dengan langkah kaki Hasan mundur.
"Pergi kau hantu jelek!" Usir Hasan melemparkan kursi ke arah hantu itu. baru kali ini dia melihat hantu semerikan itu. Dia bahkan tidak pernah mengingat bagaimana cara dia membunuh para korbannya.
"KAU HARUS MATI!" Teriakan melengking itu membuat Hasan bergetar ketakutan di tempat.
TOK!
TOK!
TOK!
Pintu di ketuk kencang. Seseorang berteriak di luar sana. "BIRA KAMU ADA DI DALAM? INI KAKAK!"
Bira bisa mendengarnya, namun mulutnya terasa kaku untuk bicara.
Meski tidak ada sahutan Al nyakin Bira ada di dalam ruangan itu, karena suara orang kesakitan di dalam sana bisa dia dengar.
"Ahggggggkkkk"
Kulit wajah Hasan mengelupas terkena cakaran siswa yang dia bunuh dua bulan lalu secara tragis.
Darah mulai bercucuran di lantai, Hasan terduduk mundur, dia bahkan tidak ingin melihat wajahnya sendiri.
"JANGAN MENDEKAT!"
"PERGI KAU SETAN!"
Leni menyeringai. Dia akan membalas Hasan seperti apa yang telah dia perbuat kepadanya. Dibalas setimpal.
Sebuah pisau pahat tajam terbang mendekat ke arah Hasan. Hasan mencoba untuk kabur namun dia lupa bahwa tadi dia telah mengunci pintu ruangan ini. Alhasil pisau pahat itu berhasil mengenai kepalanya
Jleb!
Hasan berteriak kesakitan, refleks dia mencabut pisau itu dari kepalanya.
Merasa tidak cukup, Leni mencekik leher Hasan. "Manusia seperti mu tidak pantas hidup di muka bumi ini!"
"Apa kau lupa? Aku murid yang kau perkosa lalu kau bunuh secara tragis tanpa ada rasa kasihan sedikit pun."
"KAU MERENGGUT NYAWA KU!"
Ingatannya kembali pada dua bulan yang lalu, tepat saat Leni terpilih menjadi siswa yang akan mewakili sekolahnya untuk lomba melukis.
Hasan memintanya untuk menginap di asrama sekolah, menunggu hari perlombaan yang akan berlangsung di keesokan harinya. Melihat bagaimana di luar sana hujan turun dengan lebatnya sehingga Leni memilih setuju untuk menginap.
Di dalam satu kamar asrama sekolah bukan hanya Leni yang menginap, melainkan tiga murid perempuan lainnya yang memilih ikut menginap.
Malamnya Leni terbangun karena ingin buang air kecil, dia merasa tidak enak jika harus membangunkan temannya yang masih terlelap.

KAMU SEDANG MEMBACA
SALBIRA
Random∆Mohon jangan Plagiat!. [Sequel •Istri kampung ku•!] Alan dan Salbia tidak pernah menyangka jika anak-anak mereka memiliki kemampuan istimewa yang membuat mereka di incar oleh para pemuja ilmu hitam untuk membangkitkan ratu mereka yang telah lama me...