[26] Adik baru?

602 88 0
                                    

Pipinya mengembung saat Bira menyalurkan udara pada balon. Cowok yang berdiri tak jauh darinya sesekali tersenyum memperhatikan.

Saat ini tatapan Al sulit untuk diartikan. Cowok itu melihat Savana yang sesekali senyum-senyum sendiri memperhatikan ke arah Bira.

Merasa sedang diperhatikan Savana menoleh menatapnya, dia terseyum tipis. Entah kenapa Al merasa tidak menyukai senyuman cowok itu.

Membuang muka, Al memilih melangkah mendekati Bira.

"Sini, kakak bantu."

Bira menyunggingkan senyumnya, segera Bira berikan bungkusan balon yang belum dia tiup. "Ini, kak."

Satu balon sudah berhasil Al tiup. Setelahnya cowok itu  menggosok-gosokkan balon itu ke rambut Bira, Bira menatapnya bingung. meski begitu dia membiarkannya.

"Wah~balonnya?"Mulut Bira terbuka, matanya sedikit melotot ketika balon yang Al gosokkan ke rambutnya tadi menempel di dinding. Tanpa bantuan lem ataupun benda lengket lainnya.

"Kenapa balonnya bisa nempel kak?"Tanya Bira heboh.

"Itu karena balon yang digosokan pada rambut bermuatan negatif. Ketika balon di dekatkan ke dinding yang memiliki muatan netral maka akan terjadi induksi atau pemisahan listrik, dimana muatan positif pada dinding akan mendekati balon."

Bukan Al yang menjelaskannya, namun Savana. Savana mendahului Al menjawab pertanyaan Bira tadi.

Savana duduk di depan Bira, dia mengambil satu balon lalu mulai meniupnya.

"Kok Savana tau?"Cibir Bira.

Alis Savana terangkat satu, sudut bibirnya sedikit tertarik ke atas.

"Itu pelajaran fisika elektro, gampang. "Terdengar nada sombong saat ia mengatakan bagian akhir. Bira yang mendengarnya berdecih pelan.

"Kue nya udah di beli belum?"Tanya Aril memastikan kue sudah harus ada. Setiap merayakan hari ulang tahun atau beberapa acara tentunya kue tidak boleh ketinggalan bukan? Maka dari itu Aril pergi membeli kue tambahan untuk ulang tahun Luna.

"Udah."Sahut Beni sibuk membantu Gio memasak. Urusan memasak memang Gio jagonya. Sedikit kepayahan Gio pun meminta bantuan Beni, meski Beni tidak bisa membantunya banyak dan malah membuatnya semakin kerepotan.

"Abang bantu."Al memakai celemek kemudian menggulungkan lengan bajunya. Meraih pisau untuk dipergunakan memotong bahan.

"Buatin menu Ayam kecap manis. Luna paling suka makan itu."Ujar Aril di angguki Al. Pesta perayaan ulang tahun itu hanya mereka yang tau.

"Tau banget makanan kesukaan pacar."Ledek Bira menyenggol lengan kembarannya. Aril hanya terkekeh.

"Makanan kesukaan Bira apa?"Tanya Bira jutek. Melihat Aril yang terlihat kebingungan membuat Bira kembali bersuara, "Pasti Aril nggak tau, kan?!"

"Semuanya. kecuali, batu, tanah, kayu, logam, perak, besi, dan baja."

Mendelik tajam, lalu mencubit pinggangnya gemas sampai Aril meringgis. "Aril tau aja, hehe."

Dua jam berlalu sampai akhirnya semuanya selesai. Lampu ruangan sengaja Bira padamkan, mereka hanya tinggal menunggu kedatangan sang tuan putri yang berulang tahun.

Semuanya mulai bersembunyi saat mendengar suara Luna yang memanggil-manggil nama Bira.

Saat Luna membuka pintu semuanya terlihat gelap. Luna melangkah masuk, tak sengaja dia menendang sesuatu. Mengeluarkan hp dari dalam saku lalu menyalakan lampu senter.

Kedua matanya tiba-tiba terpejam saat lampu ruangan menyala terang.

"HAPPY BIRTHDAY!"

Bira meniup terompet yang mengeluarkan suara melengking.
Gio, Beni dan Al keluar dari persembunyian mereka. Jangan tanyakan dimana Aril, sekarang aril berada di halaman belakang, bersiap bersama hadiahnya. sedangkan Savana pergi ke kamar mandi.

SALBIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang