[29] Ratu Senja?

476 84 6
                                    

Halo aku kembali whehe

°°°

"Vika sama Yula kemana?"Tanya Bira tidak melihat kedua manusia itu.

"Tadi Yula bilang mau ke kamar mandi, tapi hampir satu jam belum balik. terus Vika pergi nyusul dia, dan sekarang mereka belum kembali juga."Jelas Lia sembari membenarkan syal yang dikenakannya. Hawa dingin sungguh membuat tubuh menggigil.

"Takut mereka kenapa-kenapa, kita susul mereka."Setelah mengatakan itu Bira bergegas pergi ke kamar mandi. jaraknya lumayan jauh dari tenda.

Tidak membiarkan Bira pergi sendiri Luna, Lia, dan Riri pergi mengikuti dari belakang. masing-masing mereka membawa senter untuk penerang.

Setelah mencari di dalam kamar mandi perempuan Vika dan Yula tetap tidak mereka temukan. Bahkan sudah berkali-kali Bira dan yang lainnya memanggil-manggil nama mereka, namun tidak ada sahutan.

"Mereka nggak ada di sini."

"Mungkin udah balik ketenda?"

Mengigit bibir bawahnya pelan. Tubuh Bira masih terasa kedinginan meski dia sudah memakai jaket tebal.

Senter yang ada di tangannya mengarah ke bawah, tepat ke tanah.

Tepat di tanah bewarna coklat agak kebasah-basahan itu terdapat ikat rambut perempuan beserta telapak kaki orang dewasa. Ada juga guratan seperti jejak balok kayu yang di seret.

Ikut melihat ke arah yang sedang Bira lihat, Riri mengambil ikat rambut yang sepertinya dia kenali.

"Ini bukannya ikat rambut Yula?"

"Kayaknya iya."Sahut Luna.

"Mereka—di culik?"

Mendengar kata 'diculik' membuat Riri menarik nafas dalam-dalam. Kenangan buruknya seakan muncul kembali di isi pikiran. Kenangan dimana Riri kecil di culik dan hampir di perkosa oleh sekelompok penjahat.

Riri hampir terhuyung ke belakang, untung saja Lia bersiap menahan.

"Riri kenapa?"Tanya Bira bingung.

"Setiap mendengar kata culik Riri sering kayak gini. Dia punya trauma."

Bira mengangguk mengerti. "Sekarang Lia bawa Riri kembali ke tenda. Kalo sampai jam tiga pagi Bira dan Luna belum kembali, kalian lapor ke pak Nopan ataupun Bu Sulis, ya?"

"Iya. Hati-hati."Lia mulai memapah Riri untuk kembali ke tenda dan beristirahat. Meski rasanya dia tidak ingin membiarkan kedua temannya pergi mencari teman yang lainnya di kegelapan malam seperti ini. Apapun bisa saja terjadi kepada mereka.

Bira dan Luna hanya bisa mengikuti jejak balok kayu yang mendadak hilang di tengah perjalanan. saking pokus nya mengikuti jejak mereka berdua sekarang tidak tau berada di sebelah mana. Ingin kembali pun mereka tidak tau arah jalan pulang.

"Awsh."Luna memekik pelan saat merasa kakinya menginjak sesuatu yang tajam. Diarahkan lampu senter ke bawah, ternyata itu akar tajam yang muncul dari dalam tanah. Akar itu terlihat seperti perangkap yang sengaja di buat oleh pepohonan besar.

Luna duduk di atas potongan kayu besar, melepas sandal yang dia pakai.

"Astaga, kaki Luna luka!"Panik Bira."Kita kembali aja gimana?"

"Kita udah setengah jalan, Ra. lagi pula emangnya kamu tau jalan pulang ke arah mana?"Tanya Luna. Bira memperhatikan sekeliling, ternyata mereka sudah berjalan terlalu jauh.

"Terus kaki Luna?"Bira melirik kaki Luna yang sudah mengeluarkan darah segar. "Kalo nanti infeksi?"

Luna terseyum, sahabatnya ini super duper perhatian. "Ayo! aku masih bisa jalan."Luna berdiri, menahan rasa sakit di bagian kaki. Akar pohon tadi lumayan dalam menusuk kakinya.

SALBIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang