[25] Kecupan singkat

627 82 12
                                        

HAPPY READING~

Seorang psikolog sering datang ke rumah berapa hari ini. Psikolog itu datang atas perintah tuan Syahlan.

Alan melakukan itu karena tidak mau mental putrinya sampai rusak karena guru tidak berakal yang dinyatakan tewas beberapa hari yang lalu.

Sebenarnya bukan karena psikolog Bira bisa kembali menjadi pribadi yang ceria dan Aktif, namun berkat  makhluk bernama Carrie Audeline yang menghapus ingatan buruknya tentang Hasan. Semuanya merasa bersyukur ketika Bira kembali menjadi pribadinya, tidak murung seperti beberapa hari terakhir.

Al melangkah lebar mendekati seorang perempuan cantik yang dia anggap sebagai bundanya sendiri.

"Bunda."

Salbia menoleh saat merasa ada orang yang memanggilnya. Sudut bibir perempuan itu tertarik ke atas.

"Kabar Bira gimana?"Tanya Al.

Menghembuskan nafas panjang, pandangannya kertuju pada seorang gadis yang sedang duduk di ayunan.

"Seperti yang kamu lihat sekarang."

Ekor mata Al mengikuti arah pandangan Salbia. Dilihatnya Bira yang sedang duduk di ayunan sambil bersenandung kecil, di pangkuannya terdapat seekor kucing putih. Ketty.

"Bira bersikap seolah tidak pernah terjadi hal buruk kepadanya."

Saat melihat Bira yang terlihat kembali baik membuat Al senang, namun di sisi lain dia merasa aneh, secepat itu Bira melupakannya? Tapi itu jauh lebih baik dari pada harus melihat sisi berbeda dari Bira.

"Bunda gak pernah ngebayangin kalo putri bunda bakal ngalamin kejadian seperti itu."Lirih Salbia merasa gagal menjadi seorang ibu karena tidak bisa menjaga putrinya dengan baik.

Meraih tangan Salbia, menatapnya lembut lalu menggeleng. "Gak, Bun. Bunda itu bunda terbaik menurut Al."

"Semua yang telah terjadi, bukan salah bunda. Bukan salah siapapun."

Salbia tersentuh dengan tutur lembut anak laki-laki di depannya itu. "Bunda boleh minta tolong sama kamu Al?"

Mata Al mengerjap sebelum dia mengangguk. "Bunda mau minta tolong apa?"

Salbia menggenggam erat-erat tangannya."Tolong jaga Bira."

"Karena beberapa hari ini bunda merasa banyak hal yang terjadi kepadanya. Dan untuk Aril, bunda yakin dia bisa menjaga diri sendiri."

Tanpa berpikir, Al mengangguk kembali. "Meski bunda gak minta Al untuk jaga Bira pun, Al akan tetap menjaganya. Bunda tenang saja, ya?"

Salbia terseyum haru. Jujur saja dia sangat menyayangi anak laki-laki ini, sebelum Bira dan Aril lahir ke dunia, Al sudah dia anggap sebagai anak sendiri. Baginya Al anak pertama.

Salbia melepas pelukan itu. Ada sesuatu yang harus dia kerjakan.

"Bunda mau ke dapur dulu."Al mengangguk mengiyakan, Salbia
pun melangkah pergi.

Beberapa saat Al memilih diam di tempat sebelum akhirnya dia melangkah mendekati Bira.

"Bira, are you okay?" Tanya Al, langkahnya semakin dekat.

Bira menoleh, senyumnya mengembang begitu saja.

"Yes, Bira is fine."

"Kenapa, kak?"

Al menarik pelan besi ayunan, sehingga ayunan itu perlahan berhenti. "Kamu sehat, Ra?"

Bira mengangguk. Tentu dia merasa sehat, bahkan sangat sehat sehingga tadi pagi dia ikut pergi jonging bersama aunty nya Erlin.

SALBIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang