(1) •Ambiance campus dans la ville d'Aubervilliers•

735 289 629
                                    

~Memilihmu untuk menjadi imamku adalah pilihanku, tetapi berjodoh denganmu adalah anugrah paling terindah untukku~ 

Widya Cantika pratiwi

****

"Huft laparnya."

Tarikan napas diembuskan panjang oleh seorang gadis berpasmina hitam panjang, yang baru saja sampai ke sebuah kantin di kampusnya.

Berjalan terlalu cepat dari ruang kampus sampai kantin, membuat napasnya terasa sesak. Ia berjalan sembari mengatur napasnya, dia melangkah menuju ruang pemesanan pelanggan untuk memesan menu makan siang hari ini.

Gadis berhijab ini pun mengambil sebuah tempat dan memilih lauk santapan makan siangnya, sambil keberatan menggenggam tempat makan dan memegang tiga buku tebal di tangan kanannya.

Kemudian kedua matanya melihat seluruh isi ruangan kantin itu yang sangat ramai dipenuhi oleh seluruh mahasiswa dan mahasiswi yang sedang menikmati makan siangnya. Saling mengobrol dan saling bercengkrama satu sama lain.

Agak jauh dari tempat di mana dia berdiri dan mengamati. Ia melihat ada sebuah kursi kosong di samping seorang wanita berambut pirang. Ia pun menghampiri kursi itu.

"Désolé ce siège vide appartient à mon copain. (maaf kursi kosong ini milik pacarku)." Ucap gadis berambut pirang itu dengan suara nada ketus seolah tidak memperbolehkan gadis berhijab ini duduk.

Gadis berhijab ini pun tidak berkomentar apa-apa selain bersabar.

Dan pandangannya pun tertuju kembali ke sebuah kursi kosong yang terdapat sebuah meja. Dikelilingi oleh empat pria dan satu orang gadis.

Ia pun menghampiri kursi itu, sambil berharap diizinkan untuk duduk, serta menikmati santapan makan siangnya.

"Excusez moi puis je avoir un siège (Permisi bolehkah saya duduk?)" ucap gadis berhijab ini secara sopan.

Lalu pria yang duduk di sebelah kursi kosong itu segera meletakan jaket miliknya di kursi itu.

"Désolé c'est la chaise de mon amant, trouve une autre chaise là-bas!"
(Maaf itu kursi kekasihku, carilah kursi lain di sana!)" ucap Jansen dengan sedikit emosi.

Gadis berhijab ini pun hanya bisa terdiam. Ia tampak bingung, kedua tangannya sudah merasa pegal dengan menggenggam tempat makan, sekaligus tiga buku tebalnya yang amat berat.

"Heii Asia Arab! Nikmatilah makan siangmu di tempat lain. Tempat ini tidak pantas untuk dirimu!" dilanjut seruan Jansen untuk kedua kalinya, lalu semua rekannya itu pun tertawa, bersama satu teman wanitanya.

"Jansen, kamu ini kenapa begitu kasar?." tegur seorang wanita berparas cantik serta berkulit putih, yang masih merupakan teman Jansen itu yang baru saja balik dari toilet.

Gadis berpakaian jeans biru serta dengan berjaket hoodie putih berlengan panjang yang pas di badan. Tiba-tiba saja sudah berada di samping gadis berhijab yang sedang memegang tempat makannya itu.

Gadis itu sedikit emosi kepada rekannya, ia langsung meraih tempat makan si gadis berhijab ini lalu menaruhnya di atas meja makan dan menyuruh gadis berhijab ini untuk segera duduk menempati kursi yang kosong itu.

Pria yang disebut Jansen itu pun hanya tampak terdiam sambil terkagum-kagum melihat aksi tingkah satu teman wanitanya ini. Sementara gadis berhijab itu hanya bisa terdiam sambil melihat tempat makannya diambil tanpa permisi oleh wanita itu.

"Kamu boleh menghabiskan makan siangmu di sini. Kursi ini sudah disediakan oleh pihak kantin di kampus kita. Boleh ditempati oleh siapa saja," ucap gadis bergaya modis yang membelanya.

"Serius nih tidak apa-apa?" sahut gadis berhijab itu tampak ragu.

"Ce n'est pas important (Itu tidak masalah)" sahut gadis yang menolongnya itu sambil tersenyum.

"Et toi, Jansen, souviens-toi que je ne suis pas ton amant! Nous ne sommes que des amis d'université, rien de plus. (Dan kamu, Jansen, ingat aku bukan kekasihmu! Kita hanya teman kuliah, tidak lebih)" ujar gadis itu kepada pria yang bernama Jansen.

"Aku ini hanya sebatas menjaga kursi ini untukmu, sayang." sahut Jansen disertai alasan dan senyuman.

"Ne m'appelle jamais ma chérie, je ne suis pas ton copain et pars tout de suite car je vois que tu as fini ton déjeuner (Jangan pernah panggil aku sayang, aku bukan pacarmu dan segeralah pergi, karena aku lihat kamu sudah menghabiskan makan siangmu hari ini)" ujar gadis itu dengan sangat tegas untuk sekali lagi.

Jansen pun hanya menurut dan saat ia ingin beranjak pergi, ketiga temannya yang masih duduk itu tetap masih tertawa.

Sementara Jansen dan Catherine sudah bangun dari kursi dan ingin beranjak pergi.

"Ok allons-y et amusons-nous avec ton nouvel ami hijab (Ok mari kita pergi dan bersenang-senanglah Widya dengan teman hijab barumu itu)" ucap seorang teman gadisnya itu yang berwajah Pakistan sambil terdengar seperti menyindir Widya.

Gadis yang disebut Widya itu tak menghiraukan dengan sindiran yang diucapkan rekannya itu.

"Au revoir Catherine (Selamat tinggal Catherine)" sahut Widya yang tetap bersikap sopan untuk mensauti ucapan rekannya itu.

Sementara Jansen masih tetap diam, dan ditatap sinis oleh Widya. Selanjutnya Jansen pun pergi bersama keempat teman prianya dan disusul satu langkah teman wanitanya itu yang bernama Catherine.

---0000---

Jangan lupa vote dan komennya747 kata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan komennya
747 kata

乂❤‿❤乂

WIDYA YOU WILL BE MINE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang