(58) •Je cherche l'amour en Indonésie-3•

19 10 1
                                    

Smith benar-benar kagum dengan arsitektur masjid ini, ia menyimak semua penjelasan Widya yang tampan sangat paham tentang masjid ini.

"Kau sangat cerdas dan kau pasti sering salat di sini kan?" tanya Smith penasaran bagaimana Widya bisa tahu semua hal detail tentang masjid ini.

Widya merasa tersipu mendengar pertanyaan Smith itu. Sejujurnya dahulu ia hanya pernah dua kali berkunjung ke masjid ini dan tak tahu secara detail tentang masjid ini namun begitu ia kemarin sampai di Jakarta, tempat yang ia kunjungi pertama kali adalah masjid istiqlal dan ia perhatian semua secara detail dan ia pelajari makna filosofi yang terkandung dalam semua arsitektur dan interiornya.

Tiba-tiba saja mata Smith tampak semakin bersinar lalu ia menoleh ke arah Widya.

"Aku ingin menikah dengan mu di masjid ini Widya, pasti akan luar biasa sekali rasanya. Sakral dan bersejarah" ucap Smith tampak antusias ucapannya dengan diiringi senyuman lebar saking senangnya dengan ide yang dianggapnya cemerlang itu.

"Siapa yang ingin menikah dengan mu?" ledek Widya pura-pura tidak suka pada Smith.

Lalu ia melanjutkan langkahnya mengelilingi masjid itu meninggalkan Smith yang masih menatapnya penuh dengan harapan. Smith segera menyusul langkah Widya yang kini mulai menjauh.

"Ayo lah Widya jangan lagi kau pura-pura tak suka pada ku, aku tahu kau juga menyimpan keinginan yang sama dengan ku" ucap Smith setelah ia kembali berjalan di sisi Widya.

"Kau ini terlalu percaya diri" ledek Widya.

"Bisakah kau menerima ku dengan apa adanya, segala kekurangan ku? Aku tahu ibadah ku memang belum sempurna. Tetapi aku tulus mencintaimu karena Allah" ucap Smith terdengar bersungguh-sungguh pada Widya.

Widya masih saja menatap ke depan seolah tak memperdulikan ucapan Smith.

"Aku berharap kau bisa membimbingku untuk menjadi muslim yang lebih sempurna lagi" lanjut ucapan Smith.

Widya masih tak menyahut namun kini ia tersenyum dan menoleh ke arah Smith yang masih mengiringi langkahnya di samping Widya.

"Tak ada manusia yang sempurna Smith, aku pun tak sempurna. jika kita bersama, maka kita akan bersama-sama belajar menjadi manusia yang lebih baik lagi." Ucap Widya kemudian Smith tersenyum seolah tak percaya dengan apa yang barusan didengarnya. 

"Apa ini artinya kau menerima cinta ku?" tanya Smith penuh harap.

"Apakah aku bilang menerima?" Widya balik bertanya dengan mengernyitkan matanya.

"Tadi kau bilang "jika kita bersama""

"Aku bilang jika kan?"

"Ah, apakah kau masih saja ragu menerima cintaku, Widya?" tanya Smith.

"Kau tahu Smith untuk apa ayah ku merelakan aku untuk menerima beasiswa kuliah jauh-jauh ke Prancis? Karena ayah ku yakin aku mendapat pendidikan terbaik, kemudian setelah lulus aku bisa membantunya memajukan perusahaannya di sini" ucap Widya dengan wajah serius.

"Tapi tak ada yang mampu menolak takdir kan bukan kah salah satu kewajiban seorang muslim adalah percaya pada takdir yang telah ditetapkan untuk kita?." Sahur Smith lagi masih tak mau kalah.

Widya tertegun mendengar ucapan Smith dan ternyata Smith menyimak semua pengajian yang selama ini ia ikuti.

"Awal kedatanganmu ke Prancis memang untuk melanjutkan pendidikan mu tapi takdir yang mempertemukan aku dan kamu menjadi kita. Kemudian kau menjadi jalan bagi ku untuk mengenal Islam dan kini kau mengingkari jika takdir kita mungkin saja bisa berlanjut dalam sebuah pernikahan?" lanjut Smith.

WIDYA YOU WILL BE MINE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang