(15) •Une journée amusante 2•

126 118 37
                                    

Pikiran itu membuat Naura tersenyum sendiri.

Baru kali ini ia membayangkan punya suami. Selama ini yang ada di dalam pikirannya hanya kuliah sambil bersenang-senang di kota Paris ini.

Kemudian Naura baru sadar bahwa Adam yang terlihat sangat tampan serta sopan santun dan taat ibadah sepertinya lebih cocok untuk Widya.

Ia mulai bertanya-tanya apakah widya tertarik kepada Adam? Tetapi ia bisa menduga bahwa Adam tertarik pada Widya karena terlihat jelas sekali dari cara Adam tiap kali memandang Widya.

Naura pun tak heran jika suatu hari nanti ia mendengar Adam menyatakan cintanya kepada Widya.

Sayang sekali. Padahal Naura mulai merasa tertarik kepada Adam tetapi jika Widya lebih dahulu menyukai Adam, Naura tak mungkin menyerobot walau bagaimanapun Widya adalah sahabatnya.

Ia dan Widya tak mungkin saling mengkhianati satu sama lain. Mereka memang akhir-akhir ini sering berdebat, tetapi berkhianat? Ia pastikan tidak akan pernah terjadi.

Adam menghentikan mobilnya di depan sebuah gedung tua yang sudah tidak terawat.

Seorang wanita berusia lima puluh tahun berambut pirang segera mencegat Adam begitu Adam keluar dari mobil.

"Jangan robohkan tempat tinggal kami. Dasar kau teroris!" ucap wanita itu.

Widya dan Naura yang juga baru saja keluar dari mobil tersentak kaget mendengar teriakan wanita itu.

"Tenang nyonya aku kemari hanya ingin berbagi sembako untuk para penduduk di gedung ini" sahut Adam dengan suara sangat sopan berusaha menenangkan hawa panas sang wanita itu.

"Kalian jangan mencoba mensuap kami!" ucap wanita itu.

"Aku tidak mensuap kalian. Ini adalah hari raya agamaku, aku hanya ingin berbagi kebutuhan kalian di sini," kata Adam.

Wanita itu terus memandangi Adam dengan tatapan curiga serta sinis.

"Aku adalah seorang muslim dan hari ini adalah hari raya idul fitri. Kami ingin berbagi kebahagiaan," ucap Adam.

"Apa? Kamu seorang muslim?!" seru wanita itu dengan suara keras saking emosinya.

"Kau penghianat! Kau warga Prancis, kenapa kau mau ikutan menjadi teroris?" seru wanita ini lagi sambil memandang curiga kepada Adam.

Widya tersentak kaget mendengar wanita itu. Mengapa masih ada yang mengidentifikasikan kalau muslim itu teroris? Mengapa wanita itu tega sekali berkata seperti itu?.

"Sorry Nyonya, please janganlah marah. Aku janji akan membantu penghuni di sini untuk mendapatkan tempat tinggal yang layak. Percayalah ... gedung tua ini memang sudah tua dan aku akan membantu untuk membiayai, serta membantu keperluan dana keuangan anda jika anda berminat ingin pindah dari sini karena di sini sudah tidak layak, lihatlah gedung ini sudah tua bahkan bisa saja jika suatu saat runtuh dan memakan korban" ucap Adam masih bernada sopan.

Wanita itu masih memandang Adam dengan tatapan curiga. Adam segera ke belakang mobil dan membuka pintu belakang.

Ia meminta Naura dan Widya membantu mengeluarkan makanan dan kebutuhan para penghuni gedung dari bagasi mobilnya.

"Mengapa nyonya itu kasar sekali, Adam?" tanya Widya pada Adam sambil membantu mengambil barang-barang yang ingin disumbangkan Adam itu.

"Dia hanya merasa tertekan dan kecewa, kudengar petugas keamanan negara ini berniat untuk menghancurkan gedung tua ini dan memang penduduk di sini dendam sekali pada teroris yang dulu pernah menghancurkan dan membuat onar di negara ini. banyak sekali memakan korban dan tidak menutup kemungkinan bahwa salah satu keluarga korban juga berada tinggal di sini hingga menyimpan dendam begitu amat dalam pada teroris yang memakan korban dari keluarga mereka." ucap Adam.

WIDYA YOU WILL BE MINE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang