(18) •prince de la nuit•

92 79 23
                                    

Widya menceritakan bagaimana awalnya ada seseorang yang ingin merampoknya dan menodongkan pisau padanya. Namun, seketika Smith datang ingin berniat untuk menolongnya tetapi justru Smithlah yang tertusuk pisau oleh pisau tersebut.

"Apakah nona masih ingat bagaimana ciri-ciri penodong itu?" tanya petugas kepolisian Prancis kepada Widya.

Widya mengingat ngingat bagaimana ciri-ciri penodong itu, lalu menceritakan bagaimana ciri-ciri orang yang telah menusuk Smith secara detail.

Dua kali bertemu perampok itu membuat Widya mulai mengenali bentuk dan rupanya. Akan, tetapi Widya ingat bahwa penodong itu sepertinya mengenal Smith Valesky.

Ia tak bisa sembarangan menceritakan seperti apa sesungguhnya penodong itu.

Ia khawatir penodong itu punya hubungan entah apa dengan Smith
Widya hanya menceritakan ciri-ciri secara umum.

Seorang pemuda berusia sembilan belas tahun. Tinggi cenderung kurus ia tak menceritakan secara detail.

Wajah tirus pemuda perampok itu serta hidung yang terlalu mancung tidak proposional. Dengan wajahnya yang kurus Widya memutuskan akan menyimpan dulu informasi detail yang sebenernya ia ketahui.

Yang ia pikirkan sekarang adalah nasib Smith. Ia berharap Smith akan selamat. Sungguh ia akan sangat terpukul jika terjadi sesuatu yang sangat amat fatal pada Smith Valesky.

"Permisi bolehkah saya ikut di dalam mobil ambulance ini untuk menemaninya ke rumah sakit?" tanya Widya pada petugas paramedis yang memasukan tubuh Smith ke dalam mobil ambulance.

"Apakah kau pacarnya?" tanya petugas itu yang sudah masuk ke dalam bagian belakang mobil ambulance mendampingi Smith yang berbaring lemas dengan selang infus di tangan kirinya.

Widya tertegun mendengar pertanyaan paramedis itu.

Mengapa petugas itu bertanya begitu? Apakah ia terlihat bagaikan kekasih Smith?.

"Bukan, aku bukan pacarnya. Kami ini hanya berteman dan aku hanya mencemaskan keadaannya," jawab Widya sedikit tersipu.

"Sekarang dia sudah stabil. Biarkan kami segera membawanya ke rumah sakit agar kami bisa segera menangani lukanya lebih baik. Jika tidak keberatan anda bisa menyusul dengan kendaraan lain," kata petugas itu.

Widya hanya menangguk pasrah. Ia hanya bisa terus berdoa dalam hati agar Smith dapat segera pulih dan Widya segera menghentikan sebuah taksi dan meminta supir itu mengikuti mobil ambulance untuk menuju ke rumah sakit paling terdekat dari sini.

Taksi yang membawa Widya tepat berada di belakang mobil ambulance itu mengikuti sampai mobil itu berhenti di depan bagian unit gawat darurat rumah sakit.

Widya segera turun dari taksi dan ikut masuk mendampingi Smith yang dipindahkan ke tempat tidur beroda lalu segera dibawa ke ruang operasi.

Widya hanya bisa mengantar sampai depan pintu ruang operasi namun asisten dokter yang ia temui di luar ruangan operasi mengatakan keadaan Smith akan baik-baik saja.

Tak terasa sudah menunjukan saatnya salat subuh.

Widya mengerjapkan matanya lalu menutup mulutnya dan yang menguap lebar dengan tangan kanannya.

Ia meregangkan tubuhnya yang terasa pegal karena hanya duduk semalaman.

Seusai shalat subuh, Widya kembali ke ruangan gawat darurat ternyata Smith telah dipindahkan ke kamar perawatan tetapi masih belum sadarkan diri.

Penanganan pihak rumah sakit sangat sigap mereka sudah memberitahu orang tua Smith tentang keadaan anaknya.

Mereka bisa mengetahui siapa Smith dari kartu identitasnya kemudian pihak rumah sakit bisa tahu tempat tinggal Smith yang masih mencantumkan alamat kedua orang tuanya.

Widya sempat bimbang ia ingin menunggu sampai Smith sadar, tetapi ia tak mau bertemu dengan keluarga Smith karena nanti Widya pasti diminta menjelaskan banyak hal termasuk siapa dirinya dan mengapa ada di sini menunggu Smith dirawat.

Lalu ia segera pergi dari rumah sakit itu kembali ke kamar apartemennya. 
Sesampainya di sana Naura langsung menghadangnya.

"Widya lu semalam enggak pulang ya? Lu nginep di mana kenapa engga pamit sama gue? Bikin gue khawatir aja" tegur Naura curiga.

"Aku dari rumah sakit," jawab Widya.

"Lu ngapain di rumah sakit? Lu kenapa? Lu sakit? Ko engga bilang-bilang sama gue sih? Kenapa HP lu juga ga aktif pas gue hubungi," tanya Naura beruntun.

"Maaf Nau semalam batreku sudah habis. Aku jadi tidak bisa mengabarkan kamu. Semalam aku dicegat penodong saat sedang pulang dan untunglah ada cowo yang menolongku tetapi akhirnya malah cowo itu yang tertusuk pisau si penodong itu," jawab Widya.

Mulut Naura setengah terbuka saking tertegun nya mendengar jawaban Widya.

"lu enggak ngebohongin gue, kan? Ini bukan cuma alasan aja kan?? Padahal lu nginep di rumah. Siapa gitu? Cowo mungkin?" sahut Naura terdengar seperti meledek tak percaya.

Widya terdiam dan Naura mengoleskan selembar roti dengan selai kacang lalu ia tangkupkan dengan selembar roti tawar lagi dan ia menikmati sarapannya itu.

Lalu Naura berangkat kuliah lebih dulu karena ia ada kuliah pagi.


---0000---


Jangan lupa vote dan komenn725 kata~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan komenn
725 kata~

Sabtu 16 April 2022
乂❤‿❤乂

WIDYA YOU WILL BE MINE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang