(38) •Je vous aime•

23 22 6
                                    

Smith merasa aneh dengan perasaannya sendiri.

Entah mengapa ia kesulitan menyingkirkan sosok Widya dari dalam pikirannya. Ia mengenal banyak gadis bahkan sejak ia masih di sekolah dasar ia sudah punya pacar.

Kini usianya sudah memasuki dua puluh satu tahun dan tak terhitung sudah berapa kali kencan yang sudah ia jalani

Kekasih terakhir Smith adalah model yang ia kenal saat sedang konser orkestranya. 

Sudah sejak setahun yang lalu hubungannya dengan gadis model itu terputus karena gadis itu lebih memilih meninggalkan Smith untuk mengejar mimpinya menjadi model kelas dunia internasional dengan pindah ke Amerika.

Saat ia belum bertemu dengan Widya seorang gadis yang berasa dari Indonesia, Smith sempat kenal dengan gadis teman satu kampusnya
Frisiela Van Houten namun setelah ia mengenal Widya perlahan Smith mulai mengabaikan Frisiela.

Jelas sekali produktivitas Smith dalam bermusik mulai berkurang dalam dua bulan ini Smith hanya terfokus kepada Widya karena sangat sulit bagi Smith untuk tidak berfokus kepada Widya. Sang gadis idaman Smith.

Entah mengapa widya sangat menarik perhatiannya bukan hanya karena senyumannya yang manis, wajahnya yang cantik dan penampilannya yang bersahaja tetapi juga keperduliannya  kepada orang lain. Sosok Widya telah menyesuaikan kriterianya tentang gadis yang menarik minatnya.

Kekasih-kekasihnya dulu sangat berbeda penampilan dengan Widya
Semuanya cantik, berkulit putih dan berambut pirang khas Eropa serta penampilannya yang seksi tak bisa dibandingkan dengan Widya yang memiliki jenis kecantikan berbeda.

Widya yang terlihat eksotis dengan wajah Asia Tenggaranya dan warna kulitnya sawo matang khas penduduk Asia. Itu adalah negara yang sangat jauh dari Prancis belum lagi cara berpakaian Widya yang serba tertutup mengapa bisa-bisanya selera Smith dalam memilih gadis yang ingin ia dekati kini menjadi sangat jauh berubah.

"Arrrgggh" ujar Smith mencoba melepaskan rasa tertekan yang ia rasakan.

Widya Cantika Pratiwi membuat Smith tenggelam dalam dilema berkepanjangan. Tetapi ia tak bisa mengabaikan perasaannya ini dan kenyataannya ia menyukai widya

Ia merasa senang saat berada di dekat Widya dan walaupun ia tahu pasti tak mudah mengejar cinta Widya.

Perbedaan dirinya dengan Widya sangat begitu besar serta halangan diantara mereka begitu banyak jika ia memaksakan dirinya memilih Widya bisa dipastikan ayahnya tak akan pernah mengizinkannya karna status Widya sebagai warga negara Indonesia saja sudah cukup rumit bisa disandingkan dengannya. ditambah dengan Widya adalah seorang gadis muslim.

Smith sangat sadar ini bukan jalan yang mudah lagi pula Widya juga belum Tentu menerima cintanya karena Widya adalah seorang gadis muslim Yang taat mana mungkin Widya mau menerimanya. 

Smith menggeleng-gelengkan kepalanya dan ia bangkit berdiri diri meraih jaketnya lalu berjalan ke pintu kamarnya ia ingin berjalan-jalan keluar untuk menenangkan pikirannya.

Langit masih tampak terang walaupun sinar matahari sudah mulai tenggelam silih berganti malam, Smith berjalan sampai melihat bangunan gedung apartemen Widya.

"Widya.. " gumamnya.

Ingin sekali ia bertemu
Widya saat ini ia ingin membicarakan segala kegelisahan hatinya akan rasa cinta yang begitu besar kepada Widya.

Tapi bagaimana caranya? Ia tahu tidak mudah mengajak widya untuk bertemu lalu membahas hal ini dengan meminum sesuatu di sebuah cafe kopi. Dan seperti biasanya Widya pasti akan menolak ajakannya jadi Smith harus berpura-pura tak sengaja bertemu Widya. 

Jadi yang ia lakukan ia berdiri tak jauh dari gedung apartemen Widya dan sambil berharap melihat widya keluar dari apartemennya
Lalu akan ia ikuti seolah kebetulan ia sedang lewat jalan ini. Agak lama Smith berdiri di tempat tersebut tetapi Widya belum terlihat juga.

"Est-il à la maison ou pas? (Apakah dia ada di rumah atau tidak?)" tanya Smith dalam hatinya.

Jika ia menelpon Widya sedang ada di mana akan jelas ketahuan ia sedang mengecek keberadaan Widya.

Smith mendekati gedung apartemen widya dan sesampainya di depan gedung itu Smith berdiri memandangi pintu gedung itu.

"Smith? Que fais-tu ici? (Apa yang kau lakukan di sini)" tanya sesosok wanita.

Sebuah suara teguran membuat Smith terkaget. Di sampingnya sudah terdapat Widya yang menatapnya heran dan Smith menjadi sedikit gugup dipergoki Widya seperti ini.

"Je t'attendais et je pensais que tu étais dans ta chambre d'appartement (aku sedang menunggu kau dan ku pikir kau sedang berada di kamar apartemen mu )" jawab Smith masih dengan gerak gerik salah tingkah.

"Bagaimana kau bisa tahu aku ada di dalam atau tidak, kalau kau tidak bertanya?" tanya Widya lagi masih terlihat heran.

"Karena kalau aku bertanya kau akan tahu aku sedang menunggumu dan kau seperti biasanya pasti akan menolak ajakanku untuk keluar makan malam Berdua" jawab Smith.

"Je viens d'acheter le dîner et il est impossible de t'inviter dans mon appartement mais il semble qu'il y ait quelque chose dont tu veux me parler? (ku baru saja membeli makan malam dan tidak mungkin mengundang mu ke apartemen ku tetapi sepertinya ada sesuatu yang ingin kau bicarakan dengan ku?)"  sahut widya disertai pertanyaan lagi.

"Yaa ada yang ingin aku bicarakan dengan mu Widya dan apakah boleh?" jawab Smith disertai pertanyaan.

Widya tampak berpikir sebentar sebelum memutuskan.

"Menurut ku bagaimana kalau kita berbicara di taman saja karena di sana banyak orang dan kau pasti tak akan berani berbuat macam-macam padaku," sahut Widya.

Smith tertawa kecil disertai senyuman.

"Aku tak pernah berniat berbuat macam-macam pada mu widya dan jika kau mengajukan syarat kita harus menjaga jarak sejauh apapun itu ketika duduk baiklah aku akan melakukan nya untuk mu" ucap Smith bersungguh-sungguh.

Widya tersenyum mendengar janji Smith itu dan membalikan tubuhnya lalu mulai melangkahkan kakinya menuju taman.

Di sisinya dengan jarak benar-benar agak sedikit jauh, Smith ikut berjalan mengiringi langkah Widya.

"Kau membeli apa untuk makan malam mu?" tanya Smith sambil melirik ke arah bungkusan kantung yang dibawa Widya.

"Nouilles et fruits de mer (mie, dan makanan laut), kau mau? Karena aku membeli dua, satu lagi maksud ku ingin ku simpan untuk Naura namun ia bilang ia akan pulang agak sedikit malam karena harus menyelesaikan tugas tambahan dari kampusnya dan biarlah bagian makanan Naura untukmu saja Smith" jawab widya

Smith tersenyum. "terima kasih Widya".

---0000---

Jangan lupa vote dan komenn 970 kata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan komenn
970 kata

乂❤‿❤乂

WIDYA YOU WILL BE MINE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang