(43) •La déclaration d'amour d'Adam•

20 14 0
                                    

"Yaa, aku memang pernah punya pacar dulu sebelum aku tau batasan hubungan antara pemuda dan gadis muslim. Saat itu aku belum Memakai hijab tapi aku sudah lama putus. Sudah dua tahun lebih sejak aku kuliah di sini, pacarku itu mengkhianatiku. Ia berselingkuh dengan gadis lain" jawab Widya.

Widya memutuskan menceritakann dengan jujur pengalaman pahitnya itu pada Adam. Ia mulai penasaran apa yang sebenarnya maksud Adam dengan segala pertanyaannya ini.

"Ih itu lah sisi negatif pacaran. Dikhianati, diselingkuhi, padahal sebenarnya saat seorang pemuda dan seorang gadis belum terikat dalam tali pernikahan, maka keduanya belum Punya hak dan kewajiban saling memiliki. Aku juga pernah punya pacar saat aku belum menjadi mualaf tetapi sejak aku menjadi mualaf aku tak pernah punya pacar lagi karena aku tahu itu tidak baik" kata Adam.

Widya mengangguk setuju .

"Aku kagum sekali pada mu, Adam. Kau benar-benar seorang pemuda muslim yang taat itu bagus sekali kau benar pacaran tidak baik dan dua orang yang mengaku sebagai sepasang kekasih biasanya berbuat seolah sudah saling memiliki, padahal mereka belum halal satu sama lain. Mereka belum resmi menikah" ucap Widya menyetujui pendapat Adam.

"Karena itu aku menyukai seorang gadis. Aku tahu sebaiknya aku tidak memintanya untuk menjadi kekasih ku tetapi langsung meminta kesediaannya untuk menjadi istri ku" kata Adam lagi.

Arghhh.

Rasanya jantung Widya kali ini benar-benar hampir copot karena perkataan Adam yang membuatnya terkejut.

Widya sudah bisa menebak apa maksudnya dan jantung Widya berdebar keras dan cepat.

"Apakah kau sependapat dengan ku, Widya?" tanya Adam.

"Ya menurut ku memang sebaiknya begitu menikah lebih baik dari pada pacaran yang tidak jelas" jawab Widya masih berusaha menutupi rasa canggungnya itu yang tiba-tiba saja datang.

"Karena itu, aku meminta kesediaan mu untuk menjadi istri ku, Widya. Aku menyukaimu, aku mencintai diri mu Widya" ucap Adam memandangi serius wajah Widya.

Kedua mata Widya terbelalak ia merasa sesak napas dan rasanya jika punya ilmu menghilang ia ingin lenyap dari hadapan Adam saat ini juga.

Widya sama sekali tak pernah menduga Adam akan mengucapkan kata-kata ini padanya. Widya bertanya-tanya apa yang sedang terjadi pada dirinya? Mengapa berhari-hari ini ada dua pemuda yang menyatakan cinta padanya bahkan berniat melamarnya?.

"Adam, kau bercanda kan?" sahut Widya sambil tertawa kecil berusaha mencairkan kegugupannya.

"Aku serius Widya maaf jika permohonan ku ini mendadak.
Aku tak bisa lagi menahan perasaan ku pada mu walaupun aku tahu kau masih kuliah dan aku pun belum selesai kuliah pascasarjana ku tapi aku harus menyatakan perasaan ku ini sekarang. Dan hanya agar kau tahu Widya, kau tak perlu menjawabnya pertanyaan ku sekarang. Aku tahu pertanyaan ku ini tidak mudah dijawab. Maukah kau memikirkannya dulu sebelum menjawab permohonan ku ini, Widya?" ucap Adam lagi masih memandangi Widya dengan penuh harap.

Widya hanya bisa menunduk ia tak tahu harus menjawab apa dan ia benar-benar butuh seorang untuk menceritakan tentang ini. Cahya, yaa.. Tiba-tiba saja Widya mengingat Cahya dan sangat membutuhkan Cahya secepatnya.

"Jujur saja kau membuatku sangat terkejud Adam. Aku sama sekali tak menyangka kau akan menyukaiku" kata Widya beberapa saat kemudian.

Matahari mulai bergulir tenggelam dan langit diatas taman ini mulai remang dan meninggalkan jejaknya membuat warna jingga di langit.
Dalam suasana senja yang indah ini, Widya melihat senyum Adam yang juga sangat indah sekali.

"Kau adalah sosok gadis yang sanggup membuat siapapun mudah jatuh cinta pada mu, Widya" sahut Adam.

Widya berasa melambung mendengar rayuan Adam itu.

"Jangan merayuku seperti itu Adam kata-kata mu bisa berbahaya" ucap Widya mengingatkan.

Adam tertawa geli.

"Aku tidak sedang merayu dan aku hanya mengatakan fakta dari pengamatanku selama ini" sahut Adam.

Kening Widya berkerut mendengar ucapan Adam.

"Jadi selama ini kau mengamatiku? Seolah aku ini objek pengamatan gitu?" sindir Widya.

"Jangan marah Widya bukan begitu maksudku. Jujur saja aku memang sering memperhatikanmu. Kau gadis yang baik karena itu aku menyukai mu" sahut Adam lagi.

"Cahya Chewy Lie juga gadis yang baik. Apakah kau juga jatuh cinta padanya?" tanya Widya masih bernada sindiran.

"Perasaan cinta tak sembarangan jatuh pada setiap orang, kau pasti tau itu kan? Cahya Chewy memang gadis yang baik juga. Tapi aku hanya tertarik pada mu, Widya" jawab adam.

"Kenapa begitu?" cecar Widya lagi.

"Aku sendiri tak tahu bagaimana menjelaskannya, aku hanya bisa merasakannya Widya" jawab Adam.

Widya tertegun jawaban Adam mirip dengan kata-kata smith "cinta tak bisa dijelaskan, cinta hanya bisa dirasakan" kata-kata ini benar sekali adanya. Widya mengalaminya sendiri.

Secara jelas seharusnya hatinya lebih memilih Adam karena pemuda ini hampir sempurna satu keyakinan iman dengan widya serta taat beribadah pula dan mapan dalam harta dan pekerjaannya akan tetapi anehnya hati Widya justru lebih condong pada Smith yang berbeda agama dengannya. Siapa yang bisa menjelaskan mengapa Widya seperti ini?

---0000---

Jangan lupa vote dan komenn784 kata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan komenn
784 kata

乂❤‿❤乂

WIDYA YOU WILL BE MINE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang