(4) •La migration de la fille super à la mode•

329 238 241
                                    

Tanpamu aku mampu, tapi aku tak mau.

****

Satu tahun setelah pertemanan antara Widya dengan Cahya.

Cahya banyak mengajarkan Widya akan arti indah sebuah agama Islam.

Islam itu adalah agama yang damai dan memuliakan semua wanita serta mewajibkan semua wanita muslimah untuk menjaga aurat serta menjaga kehormatan sebagai wanita.

Di sebuah pertemuan, di taman Tuileries Garden antara Widya dan Cahya.

Dan ketika sore hari itu angin musim gugur berhembus lembut menghiasi taman luas di kota Aubervilliers.

Walau waktu itu menunjukan pukul enam malam, tetapi matahari masih menghembuskan sinarnya. Menciptakan suasana tenang serta membuat berkilau seisi suasana di taman Tuileries Garden ini.

Banyak warga Aubervilliers yang datang ke taman ini untuk bersantai. Terutama di sore hari dan akhir pekan. Tak terkecuali seorang wanita berkulit putih berwajah cantik menarik khas Asia Tenggara dengan senyuman dipenuhi lesung pipi yang muncul di pipi kanannya tiap kali ia tersenyum.

Tubuh langsingnya berbalut celana jeans biru dengan atasan kaus longgar yang berlengan sepanjang siku. Rambutnya yang sedikit ikal dan lebat sebahu ia ikat ekor kuda kemudian ia tutup dengan topi bundar berwarna hitam yang ia kenakan.

"Êtes-vous sérieux? (Apakah kamu serius?) kamu yakin dengan keputusanmu ini Widya?" tanya Cahya kepada Widya.

Widya pun menoleh pada Cahya yang kini sedang menatap nya serius tanpa berkedip.

Widya pun menganggukan kepalanya dengan gerakan mantap.

"Je veux sérieusement apprendre à être une femme musulmane. (Saya serius ingin belajar bagaimana menjadi seorang wanita muslim) Aku ingin sepertimu Cahya" jawab Widya dengan tatapan serius dan mantap.

"Ini bukan keputusan yang gampang kamu rubah suatu saat, Widya. Ini itu adalah sebuah komitmen seumur hidupmu. Dan kamu jangan sekali-sekali memutuskan hanya karena ingin seperti diriku" sahut Cahya sambil menjelaskan.

Lagi-lagi Widya menghela napas panjang. Ia yakin dengan keputusan ini.

Ia sudah mempertimbangkan selama enam bulan sebelum mengambil keputusan ini. Ia tahu apa konsekuensi yang harus ia hadapi jika dirinya sudah menutup aurat dan memakai pakaian Muslimah serta memakai hijab.

Ia berpikir ini adalah sebuah perubahan yang terbaik dan apa salahnya?.

Sejak kecil Widya sering mengenakan semua yang terbaik, kedua orang tuanya sering memberikan Pakaian-pakaian berkualitas tinggi serta beberapa bahkan koleksi pakaian limited edition.

Sedikit demi sedikit ia membereskan pakaian-pakaian yang terbuka dan disumbangkan ke tempat penampungan yang disediakan untuk penduduk terlantar di Prancis. Widya sempat ragu sebelum menyumbangkan semua pakaiannya itu.

Bukan karena merasa sayang dengan harga mahalnya, tetapi karena merasa aneh menyumbangkan pakaian yang tak mau lagi ia pakai kepada orang lain.

Ada sedikit rasa kurang yakin di hatinya. Ini sama saja artinya Widya membiarkan perempuan lain memakai pakaian bahan minim super ketat ini.

Kebanyakan pakaian yang Widya sumbangkan berlengan pendek serta berbahan pendek, yang terbuka aurat badannya serta menonjolkan lekukan tubuhnya.

Widya Cantika Pratiwi. Gadis berusia dua puluh tahun ini tak menyangka jika suatu saat awal kuliah di negara Prancis ini. Yang awalnya tampil gaya modis serta selalu berpakaian seksi dan selalu menghampiri club malam untuk berpesta minuman dengan para rekannya ini.

WIDYA YOU WILL BE MINE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang