(51) •Apprendre à être musulman-3•

16 8 0
                                    

"Ya harus ku akui kali ini kita sepaham" jawab Widya berusaha tetap tentang berusaha sambil mengatur gemuruh dalam hatinya.

"Memeluk agama yang tak sama dengan kedua orang tuaku pasti akan membuat mereka sangat kecewa, aku tak ingin membuat mereka bertambah kecewa dengan mengganti nama ku. Aku menghormati nama pemberian kedua orang tua ku" ucap Smith.

Lagi-lagi Widya mengangguk setuju.

"Smith, menghornati orang tua adalah keutamaan yang juga diajarkan dalam agama Islam. Walaupun kini kau berbeda agama dengan kedua orang tua mu kau tetap harus menghormati dan menghargai mereka. Memang begitulah seharusnya semua manusia di dunia ini untuk saling menghargai dan menghormati apa pun perbedaan keyakinan dan pandangan di antara kita" sahut Widya dan kali ini benar-benar serius mengungkapkan pendapatnya.

Smith kembali memandangi Widya dengan perasaan kagum sekaligus cinta. Ya, ia akui sejak itu ia menyukai Widya.

"Dalam pengajian yang pernah ku ikuti juga dijelaskan seorang muslim laki-laki dilarang menindik telinganya. Apakah ini artinya aku salah karena telinga ku sudah terlanjur berlubang? Walaupun sekarang aku sudah tak pernah memberi hiasan lagi di telinga ku" tanya Smith pada Widya.

Widya tertegun ia tak tahu harus menjawab apa. Sebenarnya, pengetahuannya tentang Islam belum sampai sedetail itu dan bagaimana pun penampilan Smith asalkan Smith bersikap sopan dan baik ia bisa menerimanya. Tetapi sekali lagi itu hanyalah pendapat sebagai pribadi.

"Pernah ku dengar juga tentang itu katanya menindik telinga dilarang bagi laki-laki karena akan membuat penampilan laki-laki menjadi menyerupai wanita. Itulah sebabnya menindik telinga bagi laki-laki tidak boleh. Seorang laki-laki sebaiknya harus tampil sepeti layaknya laki-laki. Begitu yang aku dengar, Smith. Tetapi pengetahuan ku tentang ini juga masih terbatas" jawab Widya.

Smith mangangguk memahami maksud Widya.

"Selain itu ku dengar mentato tubuh juga salah satu hal yang dilarang, karena mentato tubuh sama artinya dengan merusak ciptaan tuhannya. Padahal aku sudah terlanjur mentato tubuh ku" kata Smith lagi.

"Kamu punya tato Smith?" tanya Widya mengulang ucapan terakhirnya Smith.

"Ya, aku punya satu tato di tubuh ku letaknya di lengan kanan. Aku membuatnya begitu aku lulus SMA saat itu aku sedang merasa bebas dan ingin merayakan kebebasan ku" jawab Smith.

Widya tertegun saat mendengar jawaban Smith.

"Bagaimana menurut mu Widya, apakah karena aku punya satu tato lalu aku tak pantas menjadi seorang muslim yang baik?" tanya Smith kemudian meminta pendapat Widya.

"Kalau kamu bertanya pada ku, Smith, aku hanya bisa menjawab kau tidak bisa menjadi sempurna secara instan. Sekuat apapun kamu berusaha kau tak mungkin bisa menjadi sempurna. Kita hanya bisa berusaha melakukan yang terbaik, apapun keputusan mu, Smith. Semoga adakah karena sudah kau pertimbangkan baik-baik dan aku tahu kamu orang baik Smith, nama mu mengandung bahasa Arab atau tidak, kamu punya tato atau ada lubang di telinga mu sekali pun, dasarnya kamu adalah orang yang baik dan aku sudah menyaksikan sendiri kebaikan hati mu" jawab Widya.

Widya menghentikan ucapannya sebentar, ia sadar ia bukan orang yang pantas menentukan apakah yang dilakukan Smith dulu salah ataukah tidak karena ia sendiri bukan seorang ahli dalam agama.

"Jujur, aku sendiri juga masih harus belajar dan aku tak pernah berhenti belajar" lanjut Widya.

"Okay mari kita sama-sama belajar menjadi lebih baik bersama ku Widya" ucap Smith.

Widya mengangguk seraya tersenyum pada Smith. Sore hari ini terasa indah mereka melangkahkan kaki bersama meninggalkan masjid Al-Ansar dengan jarak yang telah disepakati, seratus sentimeter.

Angin musim semi berhembus di langit dengan hangat. Sehangat hati Smith dan Widya, mereka kini sudah dalam keyakinan yang sama namun mereka sadar di depan mereka masih banyak yang harus mereka lalui dan Smith yakin selama ada Widya yang menemaninya ia akan mampu melangkah dengan tegap.

Smith menarik napas panjang saat kemudian ia teringat ia harus menghadap kedua orang tuanya untuk mengakui perubahan keyakinannya ini. Entah bagaimana reaksi papah dan mamahnya nanti, Ia juga harus menghadapi rekan-rekan grub bandnya.

Sepertinya kini Smith punya rencana lain dalam berkarier musik selanjutnya. Smith menghembuskan napasnya perlahan dan ia masih ada banyak hal yang harus ia selesaikan.

---0000---

Jangan lupa vote dan komenn656 kata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan komenn
656 kata

乂❤‿❤乂

WIDYA YOU WILL BE MINE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang