01. Pembantu Baru

3.4K 375 14
                                    

Happy reading bestie-!!

-
-
-

Gemericik air sungai yang membuat tenang dan mengurangi lelah dijadikan tempat peristirahatan para pribumi Indonesia. Beberapa gadis pribumi mencuci pakaiannya di air yang mengalir pada sungai. Banyak beberapa pakaian pribumi yang hanyut.

Cipratan air dari pakaian gadis di sebelah membuat pribumi yang bernama Adiratna Maryanti tersentak dari lamunannya yang cukup lama.

"Rat..."

Ratna menoleh, "Iya?"

"Jangan melamun, lebih baik cepat kamu selesaikan sebelum mereka datang." Kata gadis di sebelah Ratna.

Ia mengangguk lalu mulai mencuci pakaian-pakaiannya dengan tangan dialas batu besar sebagai penggilas. Teriakkan yang dibuat oleh gadis-gadis yang kehilangan pakaian karena hanyut pun kian kali terdengar. Ratna hanya bisa tersenyum menahan bagaimana mereka mengangkat kain songket yang melilit di pinggang.

Dengan mengangguk-angguk, Ratna melanjutkan mencuci pakaiannya. Jangan sampai mereka, para penjajah yang berasal dari Jepang datang. Mungkin lebih tepatnya para istri petinggi kolonial Jepang yang ingin mencari pembantu untuk rumahnya lagi.

Negerinya masih sama seperti sebelumnya. Masih dijajah oleh bangsa luar. Setelah Belanda kalah dengan Jepang, Jepang mengambil alih penjajah pada Indonesia. Tanggal 5 Maret 1942 adalah jatuhnya Kota Batavia ketangan Jepang. Tepat pada tanggal 8 Maret 1942 adalah akhir pemerintahan Belanda dan Jepang menjajah Indonesia dengan sangat kejam dan tidak manusiawi. Dan pada tanggal 8 Maret 1942, Hindia Belanda telah lenyap dan berganti menjadi Indonesia. Penyiksaan dari kolonial Jepang kepada rakyat pribumi yang sedang dijajah oleh mereka melebihi apa yang pernah penjajah Indonesia dahulu lakukan. Bagi para penjajah, rakyat Indonesia adalah budak-budak yang harus patuh pada majikannya.

Dari banyaknya rakyat pribumi Indonesia yang harus kerja paksa atau disebut Romusha dengan dituntut oleh Jepang dengan ancaman berbagai macam.

"Astagaaa!!!" Pekik Ratna panik saat kain batik miliknya terhanyut mengikuti arus air sungai.

Sama seperti gadis-gadis sebelum, Ratna mengangkat kain batiknya lalu berlari mengejar kain batik yang hanyut terbawa air. Hal yang paling Ratna tidak suka adalah mengejar pakaian yang hanyut. Itu semua karena sungai tidak pernah bisa ditebak, sama seperti laut luas.

Tanpa disadari Ratna. Rakyat pribumi yang sedang mencuci pun langsung berlari-lari karena istri-istri petinggi kolonial Jepang sudah datang.

Beberapa pengawal istri-istri petinggi itu berlarian mengejar gadis-gadis yang berlari menjauh. Sedangkan satu istri petinggi menatap terus Ratna yang berlari mengejar kain batiknya. Tatapan itu tidak pernah putus saat ia datang. Tanpa ekspresi, tanpa suara, tangan milik istri petinggi yang sedari tadi menatap Ratna pun tangannya terangkat menunjuk Ratna yang saat ini tubuhnya sudah masuk ke dalam air sungai. Kebaya tua dan juga kain batik yang dipakai Ratna sudah basah.

Pengawal wanita itu sudah menaiki rakit, salah satu transportasi umum untuk melewati sungai dengan berbahan batang bambu. Rakit yang dipakai oleh pengawal berjalan secepat mungkin kearah Ratna.

"Ah, akhirnya dapat juga." Ucap Ratna yang mendapatkan kain batiknya.

Ia berbalik, namun yang membuat terkejut adalah para pengawal istri dari petinggi yang menyuruh mereka sudah sampai. Tanpa aba-aba, salah satu mereka langsung menarik tangan Ratna agar gadis itu naik ke atas getek yang mereka taiki. Namun Ratna memberontak membuat pengawal itu melepaskan dan membuat tubuh Ratna terpelanting serta jatuh ke dalam air sungai.

"Hei bodoh! Cepatlah naik. Dasar pribumi yang merepotkan!!" Sentak pengawalan yang tadi melepaskan Ratna.

"Tidak akan!!"

Batavia 1942 [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang