Setelah percekcokan antara anak kedua dan si bungsa anak keluarga Nakamura, Kaiya sampai saat ini belum juga kunjung pulang. Entah ia muak dengan pria yang ada dirumah tidak menghiraukan dirinya atau gadis itu masih marah dengan Kazuhiko atas perkataannya. Hal tersebut benar-benar membuat Kazuhiko bersalah serta gagal menjadi seorang kakak yang baik untuk adik satu-satunya.
"Sudah tiga hari ayah dan ibu pulang tapi Kaiya tidak terlihat dirumah, dimana adik kalian berdua?" Tanya Ryuzaki membuka pembicaraan di atas meja makan. Dan pertanyaan itu sukses membuat Kazuhiko diam seribu bahasa.
"Entahlah, aku sendiripun tidak tahu dimana Kaiya. Apakah kau tahu Kazuhiko?" Jawab Hanako lalu melemparkan pertanyaan pada sang adik laki-laki dengan kepala yang ikut menatapnya.
Kazuhiko masih terdiam seribu bahasa. Tanpa menjawab pertanyaan Hanako, ia mengambil sepotong roti lalu menaruh pada atas piringnya. Dengan hembusan napas pelan ia mulai menggigit roti tersebut dengan gigi-giginya. Ryuzaki dan Hanako yang berada dimeja makan itu menatap lekat-lekat Kazuhiko yang kini menikmati sarapannya.
"Apakah ada perkelahian antara kau dengan Kaiya?"
Suara Narumi yang terdengar jelas membuat aliran darah Kazuhiko berhenti beberapa detik. Jika Ryuzaki selalu mengkhawatirkan Hanako maka Narumi mengkhawatirkan anak bungsu keluarga Nakamura, sedangkan Kazuhiko? Ia adalah anak yang berada diposisi netral. Karena sedari kecil ia selalu ada di asrama tempat dirinya mencari ilmu di negeri bunga sakura itu.
"Sedikit." Pasrah Kazuhiko menjawab pertanyaan Narumi.
Pria gondrong itu menatap wajah cantik dari sosok wanita yang telah melahirkan dirinya pada dunia ini. Sedikit ia sadari bahwa mata tajamnya adalah cerminan dari mata sang ibu, Narumi.
"Tidak ada perkelahian yang sedikit jika salah satu pihaknya pergi dari tempat dirinya berkelahi."
"Tapi sungguh ibu, ini hanya perkelahian yang tidak perlu dibesar-besarkan. Ini hanya tentang aku yang sudah menjadi kakak yang baik untuk Kaiya atau belum."
"Jika memang kau merasa bahwa belum menjadi kakak yang baik untuknya, seharusnya kau mencarinya bukan malah bersantai dengan menikmati sarapan seperti ini." Cerca Narumi membuat Kazuhiko menghentikan aktivitas sarapannya. Lagi dan lagi Kazuhiko menghembuskan napasnya, bukan hanya Kazuhiko saja yang menghembuskan napasnya, Narumi pun sama melakukan apa yang Kazuhiko lakukan. "Apakah kau tidak kasihan pada adikmu yang berada di luar rumah?" Lanjut Narumi.
Suasana dimeja makan tidaklah mengenakkan. Tatapan tajam Narumi jelas membuat jantung Kazuhiko merasa tertusuk. Padahal, dirinya sendiri sering menatap seperti itu. Hanako dan Ryuzaki hanya menatap perselisihan antara kedua orang tersebut tanpa ingin melerai. Sebenarnya Hanako ingin melerai perselisihan yang ada dimeja makan saat ini hanya saja ia tidak tahu harus melakukan sesuatu apa hingga matanya tanpa sengaja melihat Ratna yang berjalan kearah meja dengan membawa 4 gelas teh di atas nampan.
Mata kedua gadis itu saling bertukar satu sama lain. Tentang Hanako yang menatap dengan permohonan agar Ratna bisa melerai perselisihan antara seorang ibu dan seorang anak serta tentang Ratna yang menangkap bahwa dibalik tatapan Hanako, gadis itu meminta untuk menjauhkan Kazuhiko dari Narumi. Untuk saat ini.
"Tuan, nyonya, nona, maaf sebelumnya. Tadi saya tidak sengaja keluar sebentar lewat sampai rumah utama dan ada dua tentara yang mencari tuan Kazuhiko." Tentu saja ucapan Ratna ini adalah kebohongan meskipun keluar sebentar itu ada benarnya. "Maaf jika saya lancang nyonya." Lanjut gadis itu saat melihat mata tajam Narumi yang menatapnya.
Tatapan tajam seperti itu rasanya sudah menjadi makanan sehari-hari untuk Ratna atau lebih singkatnya, ia sudah terbiasa ditatap seperti itu. Tatapan yang sering dilayangkan Kazuhiko dahulu dan sekarang pun masih sama meskipun hanya dibeberapa waktu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Batavia 1942 [Tamat]
Historical FictionTerlalu banyak negeri yang menginginkan tanah Indonesia menjadi salah satu bagian dari negeri mereka. Hingga negeri seindah Jepang pun menginginkan Indonesia dan salah satu tangan kanan dari seorang Jenderal menemukan sesuatu yang lebih indah dari n...