Happy reading bestie-!!
-
-
-Pagi-pagi buta Ratna sudah membawa bakul besar yang berisi pakaian kotor. Bakul itu berada di dalam pegangan tangan kecilnya. Jalanan sempit serta licin dengan kaki yang tidak memakai alas kaki adalah hal yang biasa untuk Ratna.
Hari ini Ratna tidak memakai kebaya. Ia hanya memakai kemben dari kain batik yang membuat bahunya terlihat jelas. Dari atas lereng, Ratna dapat melihat beberapa gadis dan wanita tua yang sedang mencuci pakaian. Mungkin dari sebagian mereka adalah pembantu kolonial Jepang. Sama sepertinya.
Gadis itu turun dengan perlahan-lahan itu semua karena memang tanah yang basah akibat embun pagi. Senyuman sebagai sapaan dari mereka pun dibalas baik oleh Ratna. Ia memilih mencuci di sebalah wanita yang terlihat sudah berumur. Wanita itu tersenyum dan di balas pula senyuman oleh Ratna.
Pakaian-pakaian milik majikannya tidak terlalu banyak. Sedikit bersyukur untuk Ratna sendiri.
"Kamu pembantu untuk kolonial Jepang ya nduk?" Tanya wanita berumur itu.
"Iya, bu. Memangnya ada apa ya?" Tanya balik Ratna.
"Jaga diri baik-baik ya. Kamu cantik. Pasti banyak para tentara yang menginginkan tubuh mu itu."
Ratna terdiam mendengarkan ucapan dari wanita berumur itu. Di dalam hatinya, ia membenarkan apa yang diucapkan oleh wanita itu. Dengang mengangguk, Ratna memulai mencuci pakaiannya tuan, nyonya, dan nona majikannya.
Sedikit demi sedikit yang sedang mencuci pakaian dengan air sungai mengalir pun telah selesai. Begitu juga dengan Ratna. Gadis itu telah selesai mencuci. Ia bangkit dari duduknya di atas batu besar, Ratna melangkahkan kakinya pergi meninggalkan sungai yang jernih itu.
***
Sampai di depan rumah majikan yang berklan Nakamura, Ratna langsung melangkah kearah belakang rumah tidak lupa dengan bakul yang berisi pakaian bersih. Rumah saat ini sangat sepi. Ryuzaki sedang melakukan perjalanan bisnis dengan membawa Narumi, keluarga Nakamura adalah seorang pembisnis yang hebat. Hanako dan Kaiya pun ikut dalam perjalanan bisnis.
Ratna menggantungkan pakaian majikannya pada tali yang menjalang dari sisi rumah ke sisi yang lain. Pakaian-pakaian mahal berjejer rapi di atas tali tersebut. Selesai menggantungkan pakaian, ia langsung menaruh bakul kepada tempat asal diri mengambil tadi sebelum pergi ke sungai.
"Bisakah kau buatkan saya kopi lagi?"
Ratna mengerjapkan matanya saat melihat pria gondrong yang berbicara padanya dari kejauhan. Ah, sepertinya ia lupa bahwa masih ada satu tuan majikan di dalam rumah ini. Majikan yang belum ia ketahui namanya.
"Tuan berbicara pada saya?" Tanya Ratna memastikan.
"Lantas saya berbicara pada siapa jika bukan kau? Memangnya kau melihat ada pembantu selain kau di sini?"
Gadis yang hanya memakai kemben dari kain batik itu mengangguk. Ia baru sadar jika hanya dia sebagai pembantu dari majikannya saat ini. Sepertinya Narumi tidak terlalu suka keramaian di dalam rumahnya. Terbukti dengan para pengawal yang tidak berlalu lalang pada bagian dalam rumah.
"Saya tunggu di ruang tengah." Kata pria gondrong itu.
Setelah berkata seperti itu, ia melenggang pergi. Ratna mengangguk. Gadis itu langsung menumpukkan ranting-ranting pada lubang tungku. Tidak lupa menaruh panci yang sudah hitam di atas tungku itu. Ratna menyalakan api pada tungku.
Air yang ada pada gentong di ambil oleh Ratna menggunakan gayung dari batok kelapa. Beberapa kali ia mengambil air dari gentong tersebut.
Ratna menunggu air itu mendidih dengan sesekali meniup tungku menggunakan batang bambu untuk menjaga kestabilan api. Sebenarnya, pria gondrong yang tadi meninggalkan Ratna tidak benar-benar pergi. Ia mencari tempat untuk melihat langsung bagaimana pembantu barunya membuat kopi untuk dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Batavia 1942 [Tamat]
Historical FictionTerlalu banyak negeri yang menginginkan tanah Indonesia menjadi salah satu bagian dari negeri mereka. Hingga negeri seindah Jepang pun menginginkan Indonesia dan salah satu tangan kanan dari seorang Jenderal menemukan sesuatu yang lebih indah dari n...