08. Bulan Sabit Yang Indah

1K 210 13
                                    

Happy reading-!!!

Happy reading-!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-
-
-

Wajah yang putus asa sangat terlihat diraut muka ketiga gadis pribumi yang dipilih menjadi pembantu rumah tangga oleh seorang jenderal Ito Akeno. Mobil yang membawa ketiga gadis itu berhenti tepat di depan rumah yang sangat luas. Mereka, ketiga gadis pribumi turun tanpa diperintah oleh tentara Jepang maupun perintah sang jenderal yang saat ini telah menjadi majikan mereka. Ratna menatap cara jenderal Ito Akeno turun dari sebuah kendaraan beroda empat. Terbesit satu kalimat di dalam pikirannya.

"Semua petinggi Jepang sama saja."

Tanpa disengaja, Ratna melihat mata tajam dari sosok pria tua di depannya. Mata tajam itu seperti memerintah untuk mereka mengikuti langkahnya. Belum Ratna selesai menghela napas, ketiga gadis itu sudah didorong oleh tentara Jepang mengunakan pistol yang mereka selalu bawa. Tiga gadis pribumi itu akhirnya berjalan mengikuti sang jenderal dari negeri penjajah memasuki rumah yang sangat luas. Sudah tidak heran bagi mereka, rakyat pribumi dari negeri yang sedang dijajah, ketika meliha para petinggi entah itu dari petinggi Jepang maupun petinggi Indonesia yang memiliki rumah sangat luas. Saat pintu utama dibuka oleh dua pembantunya, yang terlintas dibenak ketiga gadis pribumi itu adalah di dalam rumah ini, pastinya hanya ada barang-barang yang harganya sangat mahal ketika dijual.

Terus berjalan mengikuti langkah kaki jenderal Ito Akeno, Ratna dan yang lain hanya mendapati pemandangan para pembantu yang menundukkan kepala sebagai ucapan hormat akan majikan datang. Sudah bukan hal asing lagi untuk seorang Adiratna Maryanti. Langkah sang jenderal terhenti,

"Dimana Sri?" Tanya jenderal Ito Akeno pada salah satu pembantunya.

"Beliau ada didapur, tuan." Jawab pembantu itu yang masih setia menunduk.

Tanpa berucap terima kasih, jenderal Ito Akeno langsung berjalan kearah tempat dimana seseorang yang ia cari. Ketiga gadis pribumi itu pun mengikuti kembali langkah kaki sang jenderal dari negeri penjajah. Terlalu banyak dinding yang menyekat bagian-bagian rumah, mereka akhirnya sampai dibagian lumrah untuk para pembantu rumah tangga, yaitu dapur. Terlihat disana ada dua wanita pribumi yang berbeda umur dan berbeda pakaian. Yang satu memakai kemben dan yang satu memakai kebaya lusuh.

Perawakan dari wanita yang memakai kebaya lusuh itu membuat Ratna memincingkan matanya karena sepertinya, ia mengenali perawakan itu.

"Sriii!" Panggil jenderal Ito Akeno membuat wanita yang memakai kebaya lusuh menoleh diikuti dengan wanita yang memakai kemben. Terlihat mereka berdua bangkit dari hadapan tungku. "Iya tuan, ada yang bisa saya bantu?" Sahut wanita berkebaya lusuh itu.

Jenderal Ito Akeno mengangguk lalu menggoyangkan kepalanya ke belakang guna memberitahu pembantu barunya. Wanita berkebaya lusuh yang bernama Sri itu mengangguk membuat jenderal Ito Akeno melenggang pergi meninggalkan ketiga gadis pribumi. Setelah tubuh sang majikan sudah tidak terlihat lagi, Sri mengajak Ratna dan kedua gadis pribumi itu untuk kekamar mereka yang berada di belakang rumah.

Batavia 1942 [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang