Sesuai permintaan Seodira Balvita, kini, ketiga manusia sedang berjalan menuju suatu tempat. Dan tempat pertama yang ingin dikunjungi oleh Balvita adalah padepokan tari dilereng bukit. Kazuhiko hanya bisa mengangguk dengan menjaga Balvita dari belakang.
Selama perjalanan, senyum Balvita benar-benar mengembang. Seolah berkata bahwa ia bahagia. Bukan Balvita saja yang tersenyum bahagia, Ratna dan Kazuhiko pun ikut tersenyum bahagia. Adiratna Maryanti tersenyum karena sang nona muda akhirnya mendapatkan apa yang ia inginkan sejak lama. Sedangkan pria bernama Nakamura Kazuhiko tersenyum karena pujaan hatinya berada di depan. Ratna menepuk pundak Balvita, lalu menunjuk pada seekor burung yang berputar-putar dilangit yang cerah.
"Lihatlah burung yang sedang berputar-putar itu." Ucap Ratna terdengar senang, membuat gadis yang memakai gaun berwarna putih mengangkat kepalanya menatap langit.
"Wah Ratna! Itu sungguh indah. Luar biasa sekali burung itu." Sahut Balvita dengan memegangi kedua pipinya.
Gadis itu masih tidak menyangka bahwa alam semesta yang saat ini ia lihat ternyata lebih indah dari apa yang dipikirkan selama ini.
"Burung yang sedang berputar-putar itu namanya burung elang, nona. Ia seperti itu karena sedang memata-matai mangsanya dan mangsanya seperti ayam, tupai-"
"Apakah burung itu jahat?" Potong Seodira Balvita.
Ratna baru saja ingin membuka suara menjawab pertanyaan nona mudanya itu. Namun tiba-tiba Kazuhiko bersuara, "Tidak! Memang ayam dan sebagainya adalah makanan untuk para elang."
Kedua alis Balvita menaut karena jawaban dari Kazuhiko. Ia memutarkan badannya 180 derajat untuk menatap wajah Kazuhiko. Yang ditatap hanya memasang wajah seperti biasanya, datar.
"Lebih baik kau diam. Aku tidak bertanya padamu."
Setelah berucap seperti itu, Balvita menarik lengan Ratna dan membawa gadis pribumi itu untuk melanjutkan perjalanannya. Dengan senang hati, Ratna melanjutkan perjalanan menuju padepokan tari. Kedua gadis yang lahir dari negeri yang berbeda itu berjalan bersama dengan riang. Dan tercetak jelas pula senyuman indah nan lebar dari wajah Kazuhiko.
Nakamura Kazuhiko menatap burung elang yang masih berputar-putar di atas langit, senyumnya semakin lebar.
"Indah." Ucap Kazuhiko lalu kembali mengikuti langkah kedua gadis yang telah berjalan cukup jauh.
***
Tepukkan tangan dari antusias Balvita membuat kedua penari tersenyum karena merasa dihargai oleh penjajah. Bukan hanya penari saja yang tersenyum, melainkan seluruh yang manusia yang ikut berpartisipasi dalam memainkan gamelan pun ikut tersenyum senang. Hanya sebuah tepukkan tangan saja mereka sudah merasa senang karena dihargai.
"Sungguh luar biasa! Negerimu sangat hebat Ratna memiliki tarian seperti ini." Puji Balvita dengan memasang wajah yang sangat menggemaskan.
"Terima kasih telah memuji negeriku, nona."
Kedua penari itu berjalan kearah Balvita yang tengah duduk manis di atas kursi dengan menatap Ratna yang duduk dilantai. Kursi hanya diberikan kepada Balvita dan juga Kazuhiko. Tidak, mereka memberikan kursi kepada Ratna tadi. Hanya saja ditolak dengan alasan gadis itu tidak pantas duduk sama seperti tuan dan nona mudanya.
Salah satu dari penari itu mengulurkan tangannya dihadapan Balvita. Gadis berdarah Jepang dan Belanda hanya menatap tangan tersebut dengan wajah seolah mengeluarkan tanda tanya.
"Apa?" Tanya Balvita. Penari yang mengulurkan tangan tersebut, "Maukah nona menari bersama kami berdua?" Ajak penari tersebut.
"Apakah boleh?" Wajah Balvita kembali menatap Ratna dengan meminta persetujuan. Dengan senyuman dan anggukan, Balvita pun langsung menyambut baik uluran tangan penari tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Batavia 1942 [Tamat]
Historical FictionTerlalu banyak negeri yang menginginkan tanah Indonesia menjadi salah satu bagian dari negeri mereka. Hingga negeri seindah Jepang pun menginginkan Indonesia dan salah satu tangan kanan dari seorang Jenderal menemukan sesuatu yang lebih indah dari n...