32. Selendang Ratna

495 91 5
                                    

⚠️ Warning! Adegan kekerasan, darah, dan semacamnya. Jika yang tidak bisa dengan seperti itu maka sebaiknya tidak usah membaca.

***

Malam yang sunyi, hanya ada derik serangga yang terdengar dengan ditemani bulan sabit berada di atas langit yang jauh disana. Kazuhiko tidak akan melupakan janjinya untuk membalaskan apa yang pernah dilakukan tangan kanan Jenderal Ito Akeno kepada gadisnya.

Kazuhiko menatap seseorang yang berada di sampingnya, Jenderal Kobayashi Eiji, lalu kembali menatap rumah di depannya. Dimana mereka berdua berada? Di belakang batang pohon beringin yang tumbuh sangat besar. Seringai Kazuhiko terlihat saat tokoh utama yang mereka incar pulang entah dari mana.

Jika diprediksikan atas melihat pakaian yang acak-acakan dengan mata tajam Kazuhiko, seperti pria putih itu baru saja pulang dari rumah bordil, lanjo.

Kata Kazuhiko menatap ke samping untuk melihat Jenderal Kobayashi Eiji yang sama menatap dirinya. Dengan anggukan sang Jenderal muda, keduanya memasangkan selendang yang Kazuhiko pinjam dari gadisnya. Setelah pas menutup hidung dan bibirnya untuk tidak dilihat oleh sang mangsa, mereka berlari mendekati sang masa seperti seorang ninja.

Kedua katana yang dipegang oleh Kazuhiko dan Kobayashi Eiji menahan pergerakan leher jenjang milik pria putih itu. Dimana katana Kazuhiko berada di depan dan ketana milik Kobayashi Eiji berada di belakang leher pria putih tersebut. Sangat terlihat bahwa wajah beratnya karena minuman yang ada dirumah lanjo, menahan kepala agar tidak bergerak. Dengan mata yang merah, pria itu terkekeh atas samar-samar yang ia lihat siapa yang menahan dirinya.

"Tuan Nakamura Kazuhiko?" Pekiknya seperti kesenangan tahu siapa pria dibalik selendang putih kusam milik Ratna.

Mata Jenderal Kobayashi Eiji memutar, nyatanya percuma saja memakai penutup wajah menggunakan selendang jika akhirnya sang mangsa tahu siapa pemburu dirinya. Kazuhiko menurunkan selendang milik gadisnya. Seringai itu kembali terlihat dan sang mangsa sama sekali tidak takut sedikitpun pada seringai tersebut.

"U bent erg dom, meneer Kazuhiko. Als je op me wilt jagen, doe dan eerst dat lange haar weg." Ucap pria putih itu dengan santai. (Anda sangat bodoh, tuan Kazuhiko. Jika anda memburu saya, singkirkan rambut panjang itu terlebih dahulu)

Sial!

Jika pria itu mengetahui Kazuhiko dari rambutnya, maka itu adalah keberuntungan yang dimiliki oleh pria putih itu. Namun bukankah menjadi kesialan bagi mereka berdua jika pria putih ini masih sadar meskipun kepalanya berat karena minuman yang ia minum?

Tanpa aba-aba, Kazuhiko menjatuhkan pria itu ke tanah dan badannya mengenai pagar kayu rumahnya sendiri. Kazuhiko jongkok serta menatap pria putih itu dengan wajah pias, seolah dirinya bersalah telah mendorong pria putih itu hingga jatuh. Cih, Kobayashi Eiji benci melihat pemain muka siapapun.

"Ah, maaf saya tidak sengaja tuan." Ucap Kazuhiko.

"Bukankah kita membuang waktu saja, Kazuhiko? Cepatlah selesaikan, saya ingin segera kembali kerumah dan tertidur dengan tenang." Gerutu Kobayashi Eiji.

Kazuhiko mengangguk untuk mengiyakan bahwa mereka membuang-buang waktu. Namun Kazuhiko melakukan itu bukan tanpa sebab, ia rasanya ingin sekali menghabisi pria putih itu sekarang juga. Hanya saja rasanya ia ingin bermain-main sebentar bersama mangsanya.

Melihat keduanya lengah, pria putih itu menendang tubuh Kazuhiko lalu berlari sekuat tenaga untuk menjauh dari si iblis tampan itu. Dugaan Jenderal Kobayashi Eiji benar, dengan membantu Kazuhiko bangkit terlebih dahulu, mereka berdua yang berdarah Jepang murni mengejar pria putih tersebut. Kazuhiko dan Kobayashi Eiji berlari dengan hening tanpa mengeluarkan suara karena jika mereka mengeluarkan suara, warga yang ada disekitar akan terbangun dan membuat janji Kazuhiko gagal.

Batavia 1942 [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang