21. Ular Naga Panjang

645 136 8
                                    

Cuaca terkadang tidak bisa ditebak. Mungkin sekarang terang benderang namun tidak ada yang tahu beberapa menit kemudian berubah menjadi mendung lalu keluarlah tetesan air hujan. Sama seperti sore ini. Hujan turun sangat deras secara mendadak. Ratna menatap ruangan yang ia tempati kembali.

Meskipun sudah beberapa bulan ia kembali pada keluarga Nakamura. Akan tetapi ia merasa bahwa ada sesuatu yang dirinya lewatkan selama ia hidup di bawah atap rumah Jenderal Ito Akeno. Seperti Hanako ketus berubah menjadi hangat padanya, gudang yang dulu ia tempati kini diubah menjadi kamar selayaknya, siksaan yang dilakukan oleh Narumi dan Kaiya tidak sesering seperti saat Ratna pertama kali datang, dan juga sikap Kazuhiko yang terkadang membuat Ratna berpikir 'apakah ada yang salah dari otak pria gondrong itu?'

Sikap Kazuhiko kadang berubah menjadi sangat baik dan lembut membuat beberapa kali hatinya tersentuh. Membuat hati Ratna berdetak lebih cepat dari biasanya. Dan ada suatu perasaan yang membuatnya bingung akan pada dirinya sendiri, Ratna benci saat ada seorang gadis entah pribumi sepertinya atau gadis dari negeri Jepang, Belanda, ataupun Eropa yang tinggal di atas tanah Indonesia berbicara bahwa Kazuhiko adalah pria yang sangat pantas menjadi suami mereka kelak. Ratna benci, ia tidak suka mendengar kata-kata itu. Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa pria gondrong itu adalah pria yang memang pantas untuk menjadi seorang suami—maksudnya, pantas menjadi seseorang yang direbutkan oleh gadis-gadis.

Gadis pribumi itu memijat pelipisnya untuk menghilangkan pikirannya yang diisi oleh seorang Nakamura Kazuhiko, seorang iblis tampan itu.

"Ratna, apakah kau ada di dalam?"

Helaan napas keluar dari bibir Ratna dengan sangat berat. Baru saja ia ingin menghilangkan pria itu dari dalam pikirannya namun sepertinya alam tidak menyetujui hal itu. Dengan rasanya yang berat, ia membuka pintu gudang yang berubah menjadi kamar yang layak untuknya.

"Ada yang bisa saya—"

Ucapan Ratna tertahan saat ia membuka pintu, Kazuhiko benar-benar berada di depan pintu yang membuat dirinya dan tuannya hanya memiliki sedikit jarak.

"Bantu tuan?" Lanjut Ratna dan mundur selangkah untuk menjaraki dirinya pada tuannya.

Kazuhiko yang terlihat basah akibat air hujan benar-benar sangat menarik di dalam mata Ratna. Tanpa persetujuan, pria itu menautkan telapak tangannya pada telapak tangan Ratna lalu ia membawa Ratna berlari keluar lewat jalan sempit yang berada di samping rumah utama.

Aneh.

Sungguh ini sangat aneh. Ratna sama sekali tidak memberontak saat Kazuhiko membawanya berlari mengenai rintikan air hujan yang turun. Wajah kebingungan yang sempat Ratna keluarkan kini berubah menjadi senyuman yang manis saat melihat telapak tangannya dan telapak tangan Kazuhiko bertaut. Tautan telapak tangan itu dilepas oleh Kazuhiko saat kaki mereka menyentuh tanah merah. Mata Ratna menatap sekeliling. Beberapa anak-anak pribumi bermain bersama dengan permainan sederhana yang dibuat oleh mereka. Gadis itu menoleh kearah Kazuhiko dengan tatapan seolah berkata, apa yang tuan lakukan?

"Bermain bersama mereka." Ucap Kazuhiko yang paham atas tatapan Ratna.

"Tuan sadar dengan apa yang tuan ucapkan barusan?"

Kedua tangan Kazuhiko menyentuh pundak Ratna yang dibaluti kebaya seperti biasanya. Wajah pria itu mensejajarkan pada wajah Ratna lalu tersenyum manis.

"Saya yakin, maka dari itu saya ajak kamu ikut saya. Karena saya tidak tahu bagaimana melakukan permainan bersama mereka."

Ratna mengangguk mengerti lalu memanggil salah satu anak kecil yang sedang bermain. Anak kecil yang dipanggil berjalan kearah Ratna. Interaksi antara Ratna yang sedang meminta izin pada anak kecil untuk ikut bermain bersama dilihat lekat-lekat oleh seorang Nakamura Kazuhiko.

Batavia 1942 [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang