29. Manusia Pendosa

481 95 3
                                    

Entah memang takdir yang dituliskan oleh sang pencipta dengan berlika-liku, seolah sang pencipta ingin membuat manusia-manusia yang hidup di atas bumi jera atas perlakuannya hingga diberikan perasaan takut, kecewa, marah, sedih, jengah, jengkel dan segalanya. Semua kembali menjadi seperti awal dimana Kaiya kembali pulang kerumah setelah beberapa hari dirinya hidup di luar dengan sendirian, Hanako dan Kazuhiko yang terkadang merasa gagal menjadi seorang kakak yang baik untuk adik bungsunya, Kobayashi Eiji yang merasa telah menyakiti perasaan Kaiya namun memang seperti itu kenyataan yang akan dilihat oleh orang-orang, serta seorang gadis yang akhir-akhir ini berada disisi Kazuhiko akan tetapi gadis itu bukanlah Ratna.

Hanako, berkali-kali menghela napasnya saat menatap Jenderal Kobayashi Eiji yang kini sedang mengecek berkas-berkas diruangannya.

"Eiji."

Panggilan Hanako sama sekali tidak dihiraukan oleh pria yang sedang sangat fokus pada berkas-berkas. Mata Hanako memutar karena ia sangat lelah melihat kelakuan pria yang ia cintai itu mengabaikan dirinya.

"Eiji." Panggil Hanako lagi, namun hasilnya tetap sama seperti awal.

Dengan wajah yang masam, Hanako bangkit dari duduknya lalu berjalan kearah pintu untuk keluar dari ruangan itu. Saat suara pintu yang sedikit mengganggu telinga membuat Jenderal Kobayashi Eiji baru saja menyadari bahwa di dalam ruangannya tadi bukan hanya dirinya saja melainkan ada gadis bermarga Nakamura. Segera ia rapikan berkas yang cukup berantakan di atas mejanya lalu ia berjalan membuka pintu dan mengejar Hanako yang berjalan kearah pintu utama.

"Hanako!" Panggil Jenderal Kobayashi Eiji membuat Hanako menoleh untuk memastikan bahwa ia tidak halusinasi. Wajah masam itu masih terlihat diwajah Hanako.

"Kau ingin pulang?" Pertanyaan bodoh yang dilayangkan oleh Jenderal Kobayashi Eiji itu tiba-tiba membuat Hanako kesal setengah mati.

Tanpa menjawab pertanyaan bodoh itu, Hanako langsung berbalik dan membuka pintu utama untuk keluar. Namun sinar matahari yang telah berada di tengah-tengah seketika membuat Hanako mundur beberapa langkah karena sinar tersebut tidak sengaja mengenai kedua matanya. Melihat hal tersebut Jenderal Kobayashi Eiji menutup kembali pintu utama. Perlahan-lahan mata Hanako terbuka saat dibalik kelopak telah menghitam.

"Maafkan saya telah melupakan keberadaan dirimu tadi. Hal apa yang bisa saya lakukan untuk menebus kesalahaan saya untuk mu?"

Gadis bermarga Nakamura itu berbalik dengan kepala yang sedikit ia mendongak untuk melihat wajah tampan pria yang ada dihadapannya. Melihat Jenderal Kobayashi Eiji membuat Hanako mengingat kisah asmara adik laki-laki dan adik bungsunya. Senyuman tipis terlihat saat isi kepalanya mengulang kata-kata Kaiya saat mengutarakan rasanya untuk Kobayashi Eiji.

"Jika suatu saat aku mati entah ditangan pencipta ataupun tangan manusia, bisakah kau berjanji sebagai penggantiku adalah Nakamura Kaiya, adik perempuanku satu-satunya?" Pintanya dengan wajah yang seperti mengatakan sebuah pesan tak langsung.

"Jaga baik-baik ucapanmu, Hanako!" Tegas Kobayashi Eiji yang jelas-jelas tak menyukai permintaan gadisnya itu. "Kau bisa meminta apapun selain permintaan bodoh itu."

Ada perasaan berat dan lelah yang bercampuran menjadi satu lalu dikeluarkan melalui hembusan napas Kobayashi Eiji. Berat yang dimana jika ia harus membayangkan Hanako, gadis yang dirinya cintai harus lebih dahulu pergi atas takdir sang pencipta. Dan kata lelah itu ia tuju kepada Kaiya. Hanako bukanlah gadis yang mudah memberikan miliknya kecuali dirinya merasa bersalah dan selebihnya.

Pria itu menarik Hanako ke dalam dekapannya yang hangat, memberikan sedikit ketenangan untuk kepala kecil gadisnya. 

"Kazuhiko adik tersayangmu bukan?" Tanya Jenderal Kobayashi Eiji mengalihkan permintaan Hanako sebelumnya.

Batavia 1942 [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang