Happy reading-!!
-
-
-
-Terik matahari pagi masuk ke dalam rumah jenderal Ito Akeno. Rumah besar milik jenderal Ito Akeno terlihat sangat ramai. Itu semua karena seluruh pembantu rumah tangga yang dikerjakan oleh jenderal Ito Akeno sedang membersihkan rumah bersama-sama. Dibagian belakang rumah besar itu, ada sosok Ratna yang sendirian dengan tungku yang menyala. Sudah seminggu dirinya tinggal di dalam rumah jenderal Ito Akeno. Dan selama seminggu itu, pekerjaan yang dilakukan oleh Ratna sama saja seperti pekerjaan yang ia lakukan saat dirumah keluarga Nakamura.
Semua sama. Siksaan yang diberikan oleh sang majikan pun sama. Yang memberikan memang keluarga jenderal Ito Akeno lebih kejam dari keluarga Nakamura. Bersyukur sekali Ratna selama seminggu ini belum merasakan hukuman dari keluarga sang jenderal, namun, kekejaman mereka sangat terasa sekali dipupil mata Ratna saat melihat mereka yang disiksa. Jika keluarga Nakamura yang sering menyiksa adalah Narumi dan Kaiya, maka dirumah besar ini adalah nyonya Ito. Istri pertama dari jenderal Ito Akeno.
"Ratna!"
Ratna yang merasa namanya dipanggil pun menoleh kearah belakang. Diambang pintu belakang rumah, nampak sesosok gadis cantik. Gadis itu adalah anak satu-satunya dari jenderal Ito Akeno, Seodira Balvita. Sang pembantu pun berdiri dan berjalan menghampiri sang majikan.
"Ada yang bisa saya bantu nona?" Tanya Ratna dengan sesopan mungkin.
Balvita melirik Ratna dari bawah hingga atas. Perlakuan itu benar-benar membuat Ratna tidak enak. Sedikit sadar bagi Ratna. Ketika gadis pribumi hanya memakai kebaya lusuh seperti biasa dilirik oleh gadis keturunan Belanda dan Jepang yang memakai gaun mahal.
"Temani saya untuk keliling." Pinta Balvita. Ratna menghela napas pelan, "Maaf nona sebelumnya. Jika saya menemani nona, siapa yang akan menggantikan pekerjaan saya?"
"Lagi pula, bukankah nona Balvita tidak di perbolehkan keluar dari rumah ini oleh tuan Ito?" Lanjut Ratna dengan menatap wajah cantik campuran Belanda dan Jepang yang berada di depannya itu.
Raut wajah senang Balvita tiba-tiba berubah menjadi sendu saat mendengar lanjutan ucapan Ratna. Seminggu belakangan ini juga, Ratna baru tahu bahwa nona mudanya ini tidak pernah diperbolehkan keluar dari rumah oleh sang ayah. Entah apa alasannya, Ratna benar-benar tidak berniat untuk lebih tahu. Fokusnya hanya untuk terbebas dari mimpi buruknya yang menjadi pembantu rumah tangga untuk rakyat kolonial Jepang.
Gadis keturunan Belanda dan Jepang itu memilih duduk dikursi panjang yang terbuat dari bambu. Ratna hanya bisa menghela napas dengan kembali berjalan kearah tungku untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Tatapan Balvita mengarah kepada Ratna yang sedang meniup api tungku.
"Apa di luar rumah sangat indah?" Tanya Balvita tiba-tiba. Ratna yang mendengar pertanyaannya itu hanya mengangguk.
"Ada apa saja di luar sana?" Nada pertanyaan itu terlihat sangat antusias untuk mendengar lebih jelas apa yang ada di luar rumah besar ini. Lagi dan lagi Ratna menghela napasnya dengan pelan.
"Banyak. Ada sungai, ada hutan, ada padepokan untuk menari di lereng bukit, dan banyak lagi yang menurut saya indah."
"Wah! Sepertinya menakjubkan. Apa kamu bisa menemani saya kesana?"
"Nona harus meminta izin terlebih dahulu kepada tuan Ito, baru saya bisa menemani nona Balvita."
Kini yang terdengar adalah desahan berat yang keluar dari bibir Seodira Balvita. Seperti terlihat sangat susah untuk keluar dari rumah besar ini. Ratna menggelengkan kepalanya, lalu fokus pada tungku yang berada dihadapannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Batavia 1942 [Tamat]
Ficção HistóricaTerlalu banyak negeri yang menginginkan tanah Indonesia menjadi salah satu bagian dari negeri mereka. Hingga negeri seindah Jepang pun menginginkan Indonesia dan salah satu tangan kanan dari seorang Jenderal menemukan sesuatu yang lebih indah dari n...