Pagi hari yang seharusnya menyenangkan bagi keluarga Nakamura harus berakhir berisik karena beberapa pengawal rumah membetulkan pintu kamar Kazuhiko karena ulah Ryuzaki yang langsung mendobrak pintu tersebut kemarin malam. Di ruang makan, semua seperti biasa. Dimana Kazuhiko dan Ryuzaki terlampau fokus pada koran yang dipegang. Narumi, Kaiya, dan Hanako pun sama sibuknya membicarakan tentang betapa banyaknya sumber daya alam, rempah-rempah, dan tempat yang benar-benar bagus di dalam negeri yang sedang mereka jajah saat ini.
"Aish, lama sekali pembantu bodoh itu." Ucap Kaiya tiba-tiba keluar dari topik yang merek bicarakan.
Koran Kazuhiko menurun, mata tajam itu menatap adik perempuannya yang sedang duduk di depannya Dengusan keluar dari Kazuhiko untuk mengejek seorang Nakamura Kaiya.
"Isi pikiran mu hanya dipenuhi dengan makanan saja ya?" Tanya Kazuhiko sekaligus dengan nada mengejek yang amat begitu menyebalkan.
"Sekarang aku tanya pada mu. Apa kau tidak lapar hah? Saat ini sudah memasuki waktu sarapan. Kau tahu, aku paling tidak bisa terlambat sarapan." Cerca Kaiya pada Kazuhiko.
Wajah Kaiya memerah karena menahan kesal pada kakak laki-lakinya. Kazuhiko hanya terkekeh mendengar cercaan adiknya itu. Ia menaruh koran pada kursi sampai yang masih kosong. Tangannya bersedekap di dada, mata tajamnya menatap sang adik meremehkan. Tatapan Kazuhiko benar-benar berhasil membuat Kaiya semakin kesal.
"Ayah, lihatlah kakak! Kau tahu bukan ayah bahwa anak terakhir mu ini tidak bisa terlambat sarapan? Tolonglah panggilkan pembantu itu untuk segera membawa sarapan sekarang." Rengek Kaiya.
Narumi hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat putri bungsunya itu. Ryuzaki pun menaruh koran yang sedang dibacanya lalu memandangi sang putri bungsu cukup lama. Senyuman dari sang ayah terbit dari wajah tuanya.
"Berhentilah bersikap seperti anak kecil! Jika kau selalu bersikap seperti itu, maka sampai kapan kau akan menemukan pasangan hidup?" Ucap Ryuzaki membuat Kazuhiko dan Hanako tertawa.
"Aku sudah menemukan pasangan ku ayah!"
"Siapa? Apakah aku mengenalnya? Apa pria itu berasal dari negeri kita?"
"Jelas pria itu berasal dari negeri kita, bahkan kau sendiri saja mengenal pria itu."
Kazuhiko, Hanako, Narumi, serta Ryuzaki menatap Kaiya dengan lekat untuk mencari titik kebohongan pada mata Kaiya. Namun yang dilihat hanyalah kejujuran. Tepukkan tangan dari Narumi membuat semuanya kembali seperti semula. Ryuzaki hanya mengangguk-angguk mendengar penjelasan dari Kaiya. Ia tidak akan melarang anak-anak menjalin hubungan dengan pria atau gadis dari negeri mereka, namun, Ryuzaki akan melarang keras jika anak-anaknya menjalin hubungan dengan rakyat dari negeri yang saat ini mereka jajah.
Narumi yang duduk di sebelah Kaiya pun menepuk-nepuk kepala putrinya sambil berkata 'anakku sudah besar'. Dari ujung mata Kazuhiko, terlihat sekali Hanako yang sepertinya masih memikirkan siapa pria yang disebutkan oleh adiknya itu. Kegiatan mereka terhenti ketika Ratna membawa makanan sedikit demi sedikit. Wajah ceria dari Kaiya pun berubah menjadi seperti bisa saat ia melihat Ratna.
"Kau lama sekali seperti siput!" Sindir Kaiya dibalas senyuman tipis dari Ratna. "MaafKan atas kelamaannya nona, untuk merebus singkong membutuhkan waktu sedikit lebih lama."
"Ya ya ya, sekarang lebih baik kau kembali lagi ke belakang sebelum napsu makanku hilang karena diri mu!!"
Ratna mengangguk lalu berjalan kearah belakang. Kazuhiko terus melihat Ratna yang menjauh dari meja makan mereka. Mata Ryuzaki menajam saat melihat pergerakan anak laki-lakinya. Hanako yang sadar akan tatapan sang ayah langsung menginjak kaki Kazuhiko membuat sang empu meringis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Batavia 1942 [Tamat]
Historical FictionTerlalu banyak negeri yang menginginkan tanah Indonesia menjadi salah satu bagian dari negeri mereka. Hingga negeri seindah Jepang pun menginginkan Indonesia dan salah satu tangan kanan dari seorang Jenderal menemukan sesuatu yang lebih indah dari n...