04. Penari atau Pembantu?

1.4K 272 41
                                    

"RATNAAAAA."

Teriakkan Narumi dari dalam rumah terdengar sampai halaman belakang dimana Ratna berada. Teriakkan tersebut membuat Ratna yang sedang mencuci piring serta gelas yang sudah dipakai tadi saat keluarga Nakamura sarapan bersama harus ditinggalkan demi menghampiri majikannya.

"Ada apa nyo-"

Majikan Ratna langsung melempari pakaian kotor tepat mengenai wajah Ratna. Sebagai seorang pembantu Ratna hanya bisa menerima itu semua dengan lapang dada. Setidaknya menerima untuk keberlangsungan hidupnya di daerah Batavia. Dengan segera, Ratna memungut pakaian-pakaian kotor yang tadi dilemparkan.

"RATNA, CUCIAN PIRING BELUM KAMU SELESAIKAN?!" Teriak perempuan yang usianya sama seperti dirinya.

Perempuan cantik yang tadi berteriak memanggil namanya kini muncul dari balik pilar rumah. Wajah cantik yang sama seperti perempuan tua yang berada dihadapan Ratna. Raut muka yang tidak mengenakkan dari kedua perempuan itu membuat Ratna langsung bersimpuh dihadapan mereka.

"Nona Kai-ya." Lirih Ratna pelan dan terbata saat tangannya ditarik kasar oleh perempuan keturunan Jepang itu. "N-nona." Lirih Ratna lagi saat tarikan dari Kaiya semakin kencang.

Sampai di belakang rumah tepat sumur yang seiring Ratna gunakan untuk mencuci pakaian dan cucian piring yang belum selesai masih sama seperti awal. Kaiya menghempaskan Ratna hingga tubuh perempuan itu jatuh. Narumi, ibu dari Kaiya atau nyonya yang ada di dalama rumah mereka itu hanya melihat apa yang dilakukan oleh anak bungsunya. Tangan Narumi bersedekap didada seolah menikmati apa yang dilakukan anak bungsu kepada pembantunya, Ratna.

Kaiya menimba air dari sumur lalu menumpuk pada Ratna. Yang bisa Ratna lakukan adalah diam agar penyiksaan dari Kaiya tidak semakin berat. Dari pupil Ratna, Narumi tersenyum senang melihat pembantunya yang disiksa oleh anaknya. Mungkin hampir semua penjajah Jepang menganggap rakyat yang sedang mereka jajah adalah boneka untuk membahagiakan mereka. Dengan bersimpuh, Ratna mengeluarkan air mata tanpa mengeluarkan suara tangisannya. Kemben dari kain batik basah total. Tangan Ratna yang terkepal kuat untuk memindahkan rasa kesal pada dalam dirinya.

"Ini hukuman untuk kamu karena tidak bisa menyelesaikan tugas dengan cepat!!" Kata Kaiya, tangannya yang membawa timbaan air itu kembali menumpuk pada kepala Ratna.

Suara mobil dari depan yang terdengar sampai ke belakang rumah membuat Ratna menghela napas dan bersyukur. Kaiya dan Narumi pergi meninggalkan Ratna yang masih bersimpuh karena Ryuzaki sudah pulang. Mereka berdua harus menyambut Ryuzaki, ah tidak, lebih tepatnya menyambut Ryuzaki dan anak laki-laki satu-satunya dikeluarga mereka. Nakamura Kazuhiko.

Setelah Narumi dan Kaiya sudah benar-benar pergi ke depan, entah dari mana datangnya, Hanako lewat dengan mata tajamnya yang menatap Ratna.

"Cepat selesaikan, aku tidak suka rumah yang kotor!" Ketus Hanako pada Ratna lalu pergi.

Dengan tangan yang bergetar, ia menyelesaikan cucian piring yang masih menumpuk sangat banyak. Ratna harus menyelesaikan semuanya agar ia tidak disiksa lagi oleh para keluarga penjajah ini. Ia tidak ingin disiksa kembali oleh kolonial penjajah.

***

Selama 2 bulan Ratna menjadi pembantu rumah tangga di keluarga Nakamura, yang Ratna dapatkan hanyalah siksaan, kekesalan, dan tekan batin. Disiksa oleh Kaiya atau Narumi sudah seperti makan sehari-hari dalam hidupnya saat ini. Gadis pribumi yang terkadang tidak salah, selalu menjadi sasaran amarah dari ibu dan anak bungsunya itu.

Selesai merapikan rumah, Ratna langsung beranjak pergi dari rumah majikannya. Diujung jalan terlihat banyak gadis-gadis pribumi Indonesia yang berkumpul dengan pakaian kemben dari kain batik.

Batavia 1942 [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang