Adiratna Maryanti menggelengkan kepalanya setelah mendengar pertanyaan Kazuhiko tentang dirinya menganggap indah atau tidaknya. Mata tajam itu seketika menatap dengan seperti biasanya membuat Ratna mengangguk melihat perubahan sekejap mata sosok pria di depannya.
"Menurut pria-pria lain, saya memang indah. Namun maksud dari kata itu bukan benar-benar indah karena hati, melainkan karena paras yang saya miliki."
Mata Kazuhiko terus mantap manik mata Ratna dengan tatapan yang telah berubah menjadi teduh. Seperti seseorang yang bisa mengerti perasaan yang tengah dihadapi oleh sang gadis di depannya.
"Tapi memang saya akui bahwa parasmu memang memikat pria." Jawab Kazuhiko yang membuat suara kekehan terdengar.
"Itu yang menjadi kunci utama saya menganggap diri saya tidak seindah itu. Paras saya ini—" Ratna menunjuk wajahnya dengan gaya memutar membuat Kazuhiko mengangguk menunggu ucapan gadis itu berlanjut, "Saya membenci sebuah fakta bahwa ada beberapa bagian yang menjadi cerminan ibu dan bapak saya. Seperti hidung dan bibir ini, dua hal ini adalah cerminan ibu saya. Dan mata dan alis ini cerminan milik ayah."
Selama menjelaskan, Ratna menunjukkan bagian yang ia bicarakan. Dalam hati paling dalam, Kazuhiko bertanya seberapa hebatnya kedua orang tua Ratna telah dikaruniai seorang putri seperti ini. Namun disisi lain ia bertanya, mengapa gadis seperti Ratna tidak menyukai beberapa bagian cerminan kedua orang tuanya. Dan pria itupun melupakan sesuatu yang pernah Ratna ucapkan tempo lalu. Setetes air mata luruh begitu saja membanjiri pipi Ratna. Kazuhiko menatap Ratna seperti tidak percaya bahwa gadis itu mengeluarkan air mata dengan tersebut seolah yang ia bicarakan barusan adalah hal yang paling menyakitkan.
"Tuan tahu? Pria-pria yang berkata saya indah hanya menginginkan saya menjadi seorang pemuas napsu belaka mereka serta menjadi mesin untuk menghasilkan keturunan. Bukankah membuat keturunan harus dengan perasaan yang saling mencintai satu sama lain?"
Ratna napas terlebih dahulu lalu melanjutkan ucapannya, "Seperti nyonya Narumi dan tuan Ryuzaki yang saling mencintai hingga memiliki ketiga anak yang terlampau hebatnya."
Terlampau hebat? Kazuhiko tidak pernah merasakan apapun selain menyusahkan kedua orang tuanya. Tapi apa yang Ratna ucapkan memang benar. Membuat suatu keturunan harus dengan perasaan cinta satu sama lain dan tentunya sah dimata agama yang mereka anut ataupun sah dimata negeri, bukan hanya napsu belakang.
Tangan Kazuhiko menghapus jejak-jejak air mata yang membanjiri wajah gadisnya. Senyumannya sangat manis saat menghapus jejak tersebut membuat indera penglihatan Ratna merekam senyuman langka dari sang iblis berwajah tampan.
"Jika ayah memiliki anak-anak yang terlampau hebat, maka perjuangan beliau mendapatkan ibu pun sangatlah besar. Kau ingin tahu Ratna?"
Jari Kazuhiko berhenti menghapus jejak air mata lalu menarik kembali seperti sedia kala. Ia menghembuskan napasnya pelan.
"Ibu adalah anak yang bisa dibilang bahwa keluarganya termasuk jajaran keluarga yang memiliki perusahaan besar, sedangkan ayah adalah seorang anak dari petani bisa. Perjuangan ayah bisa dibilang sangat ditentang oleh keluarga ibu karena ayah tidak memiliki apapun saat itu, entah emas ataupun perak. Beberapa tahun mereka melupakan rasa cinta mereka satu sama lain namun nyatanya, keduanya sama-sama tidak bisa saling melupakan. Hingga akhirnya ibu memiliki pikiran licik untuk menjebak ayah."
Suara kekehan itu mengundang Ratna untuk berpikir apa yang lucu dari kisah itu? Ia ingin bertanya, namun ia harus menghargai mengapa Kazuhiko terkekeh.
"Ibu itu anak keluarga terpandang tapi bodoh Ratna. Ia ingin menjebak ayah yang telah beberapa tahun tidak dirinya lihat namun pada akhir kisah itu, ayah datang dengan apa yang ia gapai selama ini demi menikahi ibu sesuai persetujuan kakek saat itu bahwa ia akan melepaskan ibu meninggalkan gelar sebagai anak penerus keluarga mereka untuk ayah yang telah memiliki segalanya agar hidup keduanya terjamin sampai saat ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Batavia 1942 [Tamat]
Historical FictionTerlalu banyak negeri yang menginginkan tanah Indonesia menjadi salah satu bagian dari negeri mereka. Hingga negeri seindah Jepang pun menginginkan Indonesia dan salah satu tangan kanan dari seorang Jenderal menemukan sesuatu yang lebih indah dari n...