Di dalam ruangan kerja Jenderal Ito Akeno yang bisa dibilang cukup berantakan itu membuat mata Kazuhiko sedikit risih akan kertas dan buku yang tidak berada pada tempatnya. Karena sangat risih dimatanya, Kazuhiko pun bangkit dari duduknya dan mulai mengambil selembar kertas demi kertas yang berada di atas lantai.
Ia terus mengumpulkan kertas-kertas yang jauh berada dimeja kerja sang Jenderal hingga kertas-kertas yang berada disekitar meja tersebut. Kazuhiko tidak mengamati kertas-kertas yang ia ambil sampai matanya tanpa sengaja tertuju pada kertas yang berada di bawah meja tersebut. Kertas yang penuh dengan tinta dan garis-garis yang dibuat dengan abstrak. Atas rasa penasaran yang begitu kuat, Kazuhiko mengambil kertas tersebut lalu melihat serta memasukkannya ke dalam saku.
Pria itu kembali melanjutkan mengumpulkan kertas-kertas. Beberapa menit setelah semuanya terlihat rapi, pintu ruangan kerja itu terbuka dan sosok pemilik ruangan ini pun berada diambang pintu menatap Kazuhiko dengan tatapan yang tajam. Tidak seperti biasanya.
"Apa yang kau lakukan?" Jenderal Ito Akeno melangkah maju menghampiri Kazuhiko yang kini tengah sedikit membungkukkan tubuhnya karena memberikan hormat pada sang atasan.
Saat Kazuhiko menegakkan tubuhnya, satu tamparan menggenangi wajah tampannya itu. Indera penglihatan Kazuhiko menangkap mata Jenderal Ito Akeno yang melebar dengan menatapnya dengan berapi-api.
"Siapa yang menyuruhmu untuk merapikan ini semua?" Suara lantang milik sang Jenderal menggelegar pada ruangan itu namun, tidak sedikitpun suara lantang itu membuat Kazuhiko ketakutan.
"Maaf jika saya lancang merapikan ruangan tuan." Ucap Kazuhiko meminta maaf dengan kembali membungkukkan tubuhnya.
Saat membungkukkan tubuhnya, tangan Jenderal Ito Akeno mengepal sangat kuat. Punggung yang menyentuh lemari buku yang terbuat dari kayu jati membuat Kazuhiko sedikit meringis. Kertas yang dipegang oleh Kazuhiko terlepas begitu saja saat punggungnya bertemu lemari buku tersebut. Belum sampai sana rasa sakit yang diberikan oleh Jenderal Ito Akeno, pria tua itu langsung mencekik leher Kazuhiko membuat pria gondrong berklan Nakamura itu memejamkan mata dengan merasakan sakit itu.
Ingatannya berputar kembali di dalam kepala kecilnya yang memutarkan sebuah ingatan tentang dirinya yang pernah berada diposisi sang Jenderal saat ini. Dalam cekikkan itu, Kazuhiko tersenyum miring.
"Jadi seperti ini rasa sakit yang mereka rasakan?" Batin Kazuhiko.
Cekikkan itu semakin mengerat namun Kazuhiko tidak mengeluarkan reaksi apapun. Hal itu membuat Jenderal Ito Akeno melepaskan cekikkan tersebut dengan melempar tubuh itu pada sisi kirinya. Kazuhiko memukul pelan dadanya agar napas kembali lancar seperti awal. Sang Jenderal masih menatap dengan berapi-api hingga ia mengeluarkan uang cukup banyak yang telah diikat oleh tali dari dalam laci mejanya. Uang itu ia lemparkan pada Kazuhiko.
"Mulai detik ini, kau bukan lagi tangan kanan saya." Ucap Jenderal Ito Akeno yang memunggungi tubuh Kazuhiko.
"Apa yang membuat Jenderal semarah ini? Saya tahu saya lancang akan tetapi ini sangat tidak masuk akal jika Jenderal memberhentikan saya karena alasan merapikan ruangan tuan." Tangan Kazuhiko mengepal saat mendengar jawaban sang Jenderal yang terdengar seperti mencampakkan dirinya, tidak, lebih tepatnya terdengar seperti meremehkan. "Kau terlalu bodoh untuk menjadi seorang tangan kanan."
Kekehan Kazuhiko pecah mendengar jawaban itu. Ia tahu kemana arah pembicaraan itu. Ucapan itu adalah sindiran untuk Kazuhiko karena sampai saat ini belum juga memberikan informasi tentang Jenderal Kobayashi Eiji sedikit pun. Terlebih lagi, mulai banyak tentara Jepang yang tidak menyukai pria tua itu.
Kazuhiko mengambil uang tersebut lalu meletakkannya pada atas meja tempat Jenderal Ito Akeno bekerja. Ia tersenyum miring sama persis seperti tadi.
"Saya tidak butuh uang untuk memilih teman."
KAMU SEDANG MEMBACA
Batavia 1942 [Tamat]
Ficción históricaTerlalu banyak negeri yang menginginkan tanah Indonesia menjadi salah satu bagian dari negeri mereka. Hingga negeri seindah Jepang pun menginginkan Indonesia dan salah satu tangan kanan dari seorang Jenderal menemukan sesuatu yang lebih indah dari n...