Typo!!
•
•
•
•
•Kesal.
Itulah yang Lesti rasakan saat ini.
Dia teramat kesal dengan adiknya pasalnya semenjak dia mengetahui kehamilannya dia berubah menjadi lebih posesif dan lebih menuntut.
Ok, mungkin dia menghawatirkan kakaknya sekaligus ponakan yang ada didalam kandungannya tapi bukan berarti dia bisa menjadikan kelebihannya menjadi sebuah ancaman untuknya.
Lesti sendiri tidak ingin terlihat seperti ini, sungguh.
Hamil bukanlah keinginannya sekarang tapi apalah daya, Tuhan telah mempercayakan anugerah yang luar biasa padanya jadi sebagai manusia biasa dia hanya bisa menerima dan menjalaninya.Memikirkan semua yang terjadi pada kehidupannya membuat wanita mungil yang saat ini sedang menghembuskan nafasnya itu pusing, dia tidak tahu kenapa keajaiban itu tumbuh didalam rahimnya?
Lesti tidak tahu, ini sebuah musibahkah? Atau justru sebuah anugerah untuknya.
"Kau tahu bagaimana sedihnya Rara saat melihatmu seperti ini"
Suara yang dulu sangat dia rindukan mengalun ditelinganya, tanpa menoleh pun Lesti tahu dia siapa, walaupun begitu dia tetap tidak melihat Rizki yang datang menghampirinya."Dia sedih, merasa bersalah karena sudah membuat kakak yang paling dia sayangi marah"
Lanjutnya lagi, Lesti sama sekali tidak memiliki niat untuk membalas ucapannya walaupun begitu dia percaya, dia percaya semua yang dikatakan Rizki.Rara sedih, iya sama sepertinya, dia juga sedih tapi jika dia tidak melakukannya dia takut Rara akan terus menerus mengulangi kesalahan yang sama.
Dia menceritakan yang sebenarnya padanya tapi bukan berarti Rara bisa dengan mudah menggunakan kehamilannya itu untuk menggertaknya.
Lesti tidak suka.
Dan Lesti rasa bukan hanya dirinya yang akan bereaksi seperti itu tapi orang diluar sana juga pasti sama.Lesti yakin mereka tidak suka rahasia yang dia percayai untuk dibagikan kepada mereka yang di percayai justru dijadikan alat sebagai ancaman untuknya, mereka juga pasti akan marah sama sepertinya.
"Kau tidak apa-apa?"
Jika ditanya seperti itu, bolehkah Lesti mengatakan.Tidak, saat ini aku tidak baik-baik saja. Aku marah dan saat ini ingin sekali memukul siapapun yang ada dihadapanku.
Tapi dia tidak ingin memperpanjang masalah jadi sebagai balasannya dia hanya menganggukkan kepalanya.
"Maafkan aku"
Apa lagi ini?
"Kenapa? Kenapa kau justru minta maaf, kau tidak salah jadi kau tidak perlu minta maaf"
Dia lelah mendengar kalimat itu.Lesti merasa dia menjadi manusia paling jahat karena tidak bisa memaafkan orang lain.
"Aku salah. Jika saja tadi aku tidak bertanya, Rara tidak akan salah paham"
Benar, jika saja Rizki tidak bertanya kejadian seperti ini pasti tidak akan terjadi.
Dia dan adiknya saat ini seharusnya sedang berada diperjalanan menuju rumah mereka bukan seperti ini.
"Tidak masalah. Semua ini juga bukan kesalahanmu semata tapi aku dan Rara juga turut serta. Kalau saja Rara tidak memaksaku untuk berbicara omong kosong atau aku menjelaskannya sedikit lagi padanya, semua ini tidak akan terjadi. Tapi aku terlalu lelah untuk melakukannya"
Lesti memang terlihat lelah. Tidak, bukan lelah, tiga tahun yang dia lewati bersamanya membuat Rizki dapat membedakan saat kekasihnya lelah atau saat dia mendapatkan masalah, dan kali ini Rizki yakin, kondisi yang Lesti alami sejak pagi bukan karena lelah melainkan karena mantan kekasihnya itu memiliki pemikiran yang tidak ingin dia bagikan padanya.